Wanita itu harus merasakan apa yang cucu ku rasakan, karena dia cucu ku sekarang hanya bisa berbaring di tempat tidur! ~batin Anita.
Syifa yang baru saja keluar dari ruangan rumah sakit, hanya bisa mengatur nafasnya. Bukannya ia ingin kurang ajar, namun Syifa mengingat pesan mamanya jika tidak boleh lemah kalau harga diri di-injak-injak.
Syifa melirik Azam yang keluar dari ruangan, Azam mendekat kepadanya "Apakah anda ingin memberikan aku ceramah? Atau memarahi ku? Dengar tuan, keberadaan ku di sini hanya karena aku ingin bertanggung jawab kepada anak mu, mungkin apa yang aku lakukan tidak akan cukup untuk mengobati segala luka yang anak mu rasakan, namun kau harus tahu jika aku bukan lah pelayan yang bisa kalian perlakukan dengan sesuka kalian! Aku memiliki hati, dan aku tidak akan tinggal diam jika kalian memperlakukan ku dengan tidak adil!"
Azam bungkam, menatap Syifa dengan sinis namun tidak mengatakan apapun, Syifa tidak perduli dengan semua itu. Ia pun membuang muka ke-sembarang arah.
Merasa dirinya berbicara kepada tembok "Huft, lihat lah dia! Seolah-olah aku ini hanya angin lalu yang tidak perlu didengar!"
Syifa hanya bisa menggelengkan kepala, mengelus dadanya "Namun kau harus ingat status mu di sini!" Syifa mengatakan jika Azam tidak perlu khawatir
"Anda jangan khawatir tuan! Saya tahu tugas saya apa! Namun bukan berarti, saya juga harus diam dan menunduk saat anda dan keluarga anda menginjak-injak harga diri saya, saya menghargai kalian dan saya harap kalian memiliki rasa toleransi yang sama,"
"Wah, pandai sekali kau berbicara nona! Baiklah, apakah menurut mu aku dan keluarga ku harus bersikap baik dan sopan kepada wanita yang sudah menghancurkan masa depan anakku? Iya!"
Azam menyentak Syifa, membuat wanita itu kaget namun ia tetap bersikap untuk biasa saja, bukan karena Syifa tidak merasa bersalah dengan semua perbuatannya namun ia tidak mau keluarga Azam bersikap seenaknya kepada dia dengan alasan kesalahan yang sudah diperbuat oleh dirinya
"Kenapa anda diam? Apakah saya dan keluarga saya harus memuja wanita yang sudah mengakibatkan anak ku lumpuh?" Syifa menggelengkan kepalanya, ini memang semua kesalahannya "Maafkan saya tuan, saya tahu saya bersalah. Dan saya akan bertanggungjawab untuk kesalahan saya, namun anda dan keluarga anda harus tahu. Jika tugas saya di sini hanya untuk menjadi perawat Nizam. Tidak lebih! Dan jika anda merasa kurang, lebih baik anda penjarakan saja saya kemarin. Namun, nyatanya anda yang membuat pilihan untuk membebaskan saya dengan bebas bersyarat. Lalu, apalagi yang kalian harapkan?"
Azam menatap Syifa dengan tajam, namun Syifa tidak merasa takut sedikit pun. Ia menatap Azam balik tanpa ada keraguan "Saya menyadari semua kesalahan saya tuan, dan saya akan melakukan apapun demi kesembuhan Nizam. Namun ini hanya untuk kepentingan Nizam saja bukan untuk papa atau nenek kakeknya, saya permisi!"
Syifa meninggalkan Azam sendirian di luar ruangan "Sial! Wanita itu benar-benar membuat ku kesal, dia berbicara seolah-olah dia paling pintar. Baiklah, kita lihat kedepannya bagaimana! Aku akan membuat kehidupan mu hancur seperti yang sudah kau lakukan kepada anakku!" Gumam Azam dengan pelan, rahangnya mengeras, matanya juga memerah kesal karena mendengar ucapan dari Syifa.
*********
Kini, Syifa masuk ke dalam ruangan terlihat orang tua Azam ada di dalam menjaga cucu mereka. Anita menatap Syifa dengan begitu tajam dan penuh dengan kebencian "Aku benci wanita itu!"
Anita pun menggerutu kesal, membuatnya semakin kesal jika terus melihat wajah wanita itu "Kau sebaiknya pulang saja! Lagipula, cucu ku sudah tidur! Dan jangan kembali besok, Kau bisa kembali saat kami sudah di rumah saja!" Syifa pun mengangguk, dan berpamitan untuk pulang "Baik lah Tante, om saya pulang dulu!"
Syifa langsung membalikan tubuhnya, ingin pulang. Ia kaget saat melihat Azam berdiri dibelakangnya "Bagus jika anda di sini tuan, saya yakin anda juga mendengar ucapan ibu anda yang meminta saya kembali kerumah. Dan anda bisa menghubungi saya jika kalian kembali kerumah!"
Syifa memberi kartu namanya kepada Azam, lelaki itu pun menerima dan melihatnya dan memang terlihat jika Syifa bukan berasal dari keluarga yang sembarangan.
Azam tidak mengatakan apapun lagi kepada Syifa, dan wanita itu segera pergi dari rumah sakit. Karena ia juga harus ke kantor papanya
*******
Begitu lelah aktifitas Syifa namun ia tidak mau meninggalkan tanggungjawabnya, ia pun sudah sampai di kantor papanya.
"Sayang, kenapa kamu terlambat ke sini? Tugas kampus bisanya kamu bisa mengerjakannya di kantor hanya butuh absen saja?" Syifa merasa bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh papanya
"Hem, papa tadi ada tugas kampus yang memang harus Syifa kerjakan di kampus dan tidak bisa ditinggal. Maafkan Syifa papa,"
Memang ini kantor milik papanya, namun Revan selalu bersikap sangat disiplin dengan waktu dan itu berlaku untuk anaknya juga "Sayang, lain kali kamu jangan terlambat lagi ya? Papa enggak mau karyawan mencontoh hal buruk karena melihat kamu terlambat seperti ini,"
"Iya papa, maafkan Syifa. Syifa janji tidak akan mengulanginya lagi,"
Bukannya Revan tidak memberikan toleransi kepada anaknya, namun ia tahu jika anaknya belajar di kampus juga tidak setiap hari dan hanya hari-hati tertentu saja.
"Sayang, bukannya ini jadwal kamu tidak masuk kampus ya?"
Syifa semakin gelagapan "Iya papa, memang Syifa tidak masuk namun ada urusan yang harus kakak kerjakan. Papa jangan khawatir, ini yang pertama dan terakhir kakak terlambat,"
"Ya sudah nak, papa harus rapat dulu dengan kolega kerja kita. Kamu jangan lupa mempersiapkan dokumen yang papa kirim ke kamu tadi malam ya?"
Astaga, aku lupa. Jika aku mengatakan jika belum dikerjakan, papa pasti akan marah ~batinnya dengan gugup
"Sudah siap kan sayang?"
Syifa menggeleng "Butuh revisi sedikit lagi pa," kini Syifa kembali berbohong kepada papanya, bukannya ia mau terus berbohong namun Syifa tidak memiliki pilihan lain selain berbohong kepada papanya "Ya sudah, kamu revisi dulu. Jangan lama ya sayang? Karena meeting setengah jam lagi,"
"Se-setentah jam lagi, P--pa?"
"Iya sayang, setengah jam lagi. Revisi juga tidak harus membutuhkan waktu selama itu bukan? Hanya sepuluh menit saja,"
Syifa mengangguk, menggigit bibir bawahnya karena gugup. Ia segera masuk kedalam ruangannya dan mengerjakan dokumen yang di suruh oleh papanya
"Aku harus menyiapkan dokumen itu sebelum papa meeting, aku tidak mungkin membuat papa marah besar. Ayo Syifa, kamu pasti bisa!" Gumamnya sendiri, ia langsung mengerjakan dokumen yang dikirim oleh papanya.
Memang apa yang disuruh papanya bukan lah hal yang sulit, Syifa sudah terbiasa mengerjakannya namun masalahnya akhir-akhir ini membuatnya suka gagal fokus
Baru Syifa ingin mengerjakannya, ponselnya sudah berbunyi dan terlihat nomer yang tidak dikenal memanggil. Syifa membuat panggilannya menjadi silent agar tidak menganggu pekerjaannya.
Tidak lama kemudian, pesan masuk Syifa pun segera membacanya
Segera kembali kerumah sakit, anakku mencari mu dan merengek! ~Azam
Hal itu membuat Syifa merasa mau pecah, ia bingung harus melakukan apa "Aku harus apa? Sementara tugas dari papa masih banyak seperti ini," gumamnya. Syifa langsung mematikan ponselnya sebentar, karena ia tahu jika lelaki itu tidak akan berhenti menghubunginya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Srimurni Nurjanah Sitorus
jujur aja sama orang tuamu Syfa
2022-12-11
0
༅🌠luͣcᷫy hiatus🐼
lnjut thor
2022-12-11
0
BellaRosiana
semangat terus kk, di tunggu up kaynara yah ka
2022-12-11
0