Ayla hanya bisa memekik seperti orang bodoh, kemudian dia sadar teman-temannya sudah menatapnya dengan tatapan ‘aneh’ itu. Tatapan tidak suka, tatapan kesal, tatapan tersaingi, dan lain sebagainya.
Ini adalah hari pertama Ayla masuk sekolah SMA Bhakti Dharma yang Ayla bayangkan jika kehidupan SMAnya akan menjadi begitu indah seperti apa yang diceritakan pada novel-novel romansa, atau di sinetron-sinetron yang sering ia tonton di stasiun TV lokal. Namun bagaimana jika dirinya bisa sesial ini?
Jadi, apa yang terjadi di dalam mimpinya itu … nyata?
Ayla mengacak rambutnya frustasi, dia berharap jika semua yang terjadi itu adalah mimpi. Tepat setelah Devano pergi meninggalkan ruangan, semua orang langsung mengolok-olok Ayla dengan sempurna, semua cewek tidak suka dengan Ayla. Ayla bahkan terpaksa harus diselamatkan oleh Nuna keluar dari gedung olah raga tersebut agar Ayla tidak disiksa oleh cewek satu sekolahan.
Ayla kembali menarik kesadarannya, memandang Intan dengan wajah pucat pasinya. Dari semua mimpi buruk yang ada, kenapa dia harus mendapati kenyataan jika statusnya sekarang di mata semua siswa satu sekolah adalah, pacar dari Devano! Padahal menurut Ayla, bahkan sampai detik ini dia sama sekali tidak merasa menjadi pacar dari Devano sama sekali.
Pertama, Ayla tidak memiliki nomor Devano, jadi bagaimana bisa mereka pacaran jika teleponan dan saling mengirim pesan saja tidak pernah sama sekali!
Kedua, Ayla bahkan tidak pernah berbicara dengan Devano, bahkan hal itu adalah sesuatu yang mustahil. Jadi, bagaimana bisa mereka berpacaran?
Jadi, bagian mananya yang bisa dianggap Ayla adalah pacar Devano? Ayla benar-benar bingung setengah mati dengan hal itu.
“Ay, sejak kapan lo bisa deket dan gimana ceritanya lo bisa pacaran sama Kak Devano? Elo nyolong start ya?” tanya Intan yang agaknya butuh penjelasan dari sahabatnya.
Sedari SMP, baik Intan, Ayla, dan Nuna adalah sahabat, dan ketiganya sama-sama tahu Devano dengan cara yang tidak sengaja ketika mereka berada di bangku akhir masa SMP, dan itulah motivasi pertama yang membuat mereka untuk bisa masuk SMA Bhakti Dharma, tidak ada yang lainnya lagi.
“Apa elo nggak percaya gue, Tan? Demi Tuhan, gue juga nggak tahu! Gue bareng terus sama elo kan selama MOS? Terus pas acara penutupan MOS itu pun kita bareng-bareng juga. Jadi kapan gue PDKT sama Kak Devanonya? Kapan gue pacarannya sama dia coba? Gue nggak paham!”
Intan mengerutkan keningnya dengan sempurna, bagaimana tidak, Ayla yang merupakan sosok yang disebut pacar Devano malah bingung sendiri dengan apa yang terjadi. Sebuah hal ganjil yang tidak masuk akal di dunia.
“Terus, kejadian yang di toilet itu? Ada apa? Elo kan lari keluar dari toilet dengan wajah bego elo, Ay,” selidik Intan lagi.
Tunggu ….
Ayla mengingat satu kejadian yang nyaris saja dia hapus dari ingatannya tapi dia tidak akan pernah bisa sama sekali. Sebuah dosa terbesar yang kemungkinan besar Ayla meyakini jika karena kejadian itulah Devano menjadi dendam terhadapnya. Bagaimana tidak …
Pagi itu, Ayla melihat Devano masuk ke toilet, Ayla sudah menunggu lama, tapi Ayla tidak melihat Devano melintas di depannya. Ayla hanya ingin memotret Devano, agar dia bisa mendapatkan foto Devano pada jarak terdekat yang pernah ada, kemudian dia akan memamerkan keberhasilannya ke semua orang. Namun, bahkan sampai kedua kaki Ayla kesemutan, Devano tak kunjung keluar.
Rasa penasaran Ayla semakin bertambah, ketika suasana toilet sepi. Dengan rasa bangganya, Ayla merekam suasana toilet sebagai bukti jika Devano baru saja masuk ke dalam toilet tersebut. Ayla yakin jika mungkin Devano sudah pergi, dia melangkah masuk ke toilet cowok dengan pikiran ingin melihat sisa-sisa jejak yang ditinggalkan oleh Devano. Namun, siapa sangka, di saat Ayla masuk ke dalam toilet itu, dia melihat Devano sedang berdiri di depan toilet sedang buang air kecil. Mata Ayla melotot dengan sempurna melihat Devano, pun dengan Devano yang wajahnya sudah merah padam karena merasa malu.
Satu …
Dua …
Tiga …
Em—
“Kyaaaa!!!”
Teriakan itu hampir menggemparkan toilet sekolah, tanpa aba-aba Ayla berlari tunggang-langgang.
Ayla menggelengkan kepalanya mengingat kejadian memalukan tersebut. Dia tidak melihat apa pun, dia hanya melihat wajah Devano. Tapi tetap saja, kejadian waktu itu adalah kejadian yang bahkan paling memalukan yang pernah ada. Ayla yakin jika sekarang mungkin Devano telah berpikir jika dirinya adalah cewek mesum atau lain sebagainya. Sebuah hal yang tidak pernah terpikirkan bahkan sampai kapan pun itu.
“Bukan apa-apa, Intan. Gue hanya lihat kecoa di toilet. Elo tahu, kan, kalau gue takut kecoa,” dusta Ayla pada akhirnya.
Kini, Ayla menundukkan wajahnya, dia merutuki dirinya sendiri. Kehidupannya di SMA Dharma Bhakti pasti akan kacau sekarang ini, dan Ayla harus siap dengan risiko yang ada.
Ayla, melirik dengan kesal, saat lengannya disenggol oleh Arka. Mata Arka melotot memandangnya, tapi Ayla tidak mempedulikan sama sekali.
“Nyet, kenapa lo ninggalin gue tadi?” tanya Arka. Ayla mengabaikan ucapan Arka, dia kemudian memandang pada barisan depan pengurus upacara bendera. Di sana, Ayla melihat sosok Devano mengenakan seragam putih abu-abunya dengan gagah. Mengenakan topi dengan mimik wajah tegas yang sempurna.
Ayla tersenyum malu-malu, demi apa pun, Ayla tidak pernah menyangka jika rasa kagum kepada Devano akan segila ini. Ayla, memegang dadanya yang terus berdetak tak karuan. Entah perasaan apa yang mulai merasuki hati Ayla, dia juga tidak tahu. Hanya saja, setiap kali dia melihat Devano, jantungnya langsung berdetak dengan cara tidak karuan sama sekali.
Apakah ini yang namanya cinta?
Plak!!
“Auh!” keluh Ayla, ketika kepalanya dijitak oleh seseorang, dia menoleh, siapa sangka jika orang yang menjitak itu adalah Arka.
“Mupeng banget lo liatin Devano!” kata Arka kemudian.
“Berisik lo!” sentak Ayla.
Arka tak menjawab ucapan Ayla, dia menarik sebelah alisnya. Mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah Ayla dan hal itu berhasil membuat Ayla kaget bukan main.
“Elo yakin pacaran sama Devano?” tanya Arka kemudian. Menarik tubuhnya dari Ayla, dan hal itu berhasil membuat Ayla melotot. “Kok gue nggak yakin, ya, mana mungkin sekelas Devano si cowok paling sempurna di sekolah, mau sama cebol kayak elo. Elo kan monyet,”
“Ar … ka,”
“Udah-udah, fokus upacara!” marah salah satu OSIS yang bertugas di belakang anak-anak baris upacara.
Ayla dan Arka pun pada akhirnya saling diam, menundukkan wajah mereka dalam-dalam. Tapi, Arka adalah Arka, mana bisa dia diam dan tak menjahili Ayla? Bahkan setiap kali Arka selalu mencari gara-gara dengan Ayla apa pun itu asalkan Ayla bisa marah kepadanya. Ya, itu adalah tujuan dari Arka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
oktaviarrk
udah dikatain cebol, diklaim monyet pulak🤣
2022-12-06
0