Tut.. Tuttt...
Naomi terbangun dengan rambut naik bagaikan pohon beringin, iler dimana-mana, pokoknya tidak aesthetic sekali. Dengan perlahan ia membuka gorden serta jendela dan keluar dari kamar walaupun matanya masih senyap senyap. Ia menuju dapur, mengambil gelas dan air didispenser.
Pyuhhh..
Naomi tersedak dan mencipratkan air dari mulutnya keluar lagi. Matanya membulat melihat seseorang didepannya yang dengan santainya sedang mengecek skripsian mahasiswi bimbingannya.
" Bapak sedang apa disini pak? " tanya Naomi dengan nada terkesan ngegas.
Yang ditatap hanya melirik datar dan bahkan terkesan seperti calon mertua yang menyeleksi pakaian pacar anaknya dari atas sampai bawah.
" Ini apartement saya, terserah saya mau ngapain disini " ucap Yohan 'sipaling pemilik apartement' dengan nada datarnya
" Tapi tadi malam bapak bilang akan meninggalkan saya disini, kenapa bapak tiba-tiba muncul disini?" Naomi membereskan pakaiannya yang berantakan habis tidur dan mengambil tissue untuk menghapus bekas air dilantai.
Yohan memberikan tatapan seolah 'Apakah saya harus menjawabnya' dengan tatapan sinis. Naomi pun langsung bungkam dengan senyum kecut. Naomi kembali kekamarnya dan membawa sebuah amplop kehadapan Yohan.
" Saya kasih cash aja ya pak, saya belum begitu tau daerah sini. Nanti saya malah kesasar diperjalanan. ' ujar Naomi dengan cepat tanpa ingin melihat tatapan datar laki-laki itu.
Yohan menerima amplop itu tanpa berkata apa-apa tapi entah keberanian darimana, Naomi menarik tangan kekar lelaki tersebut dan menjabat tangannya.
" Nama saya Naomi pak, mohon kerja samanya. Jangan galak-galak karena saya orangnya cengeng pak, sekarang bapak harus ngasih tau nama bapak secara lengkap tanpa dikurangi ataupun disingkat " Naomi sepertinya cocok ngerap, dengan menahan nafasnya sambil menatap mata laki-laki itu yang menurutnya lebih menakutkan daripada ayahnya ketika marah.
" Oh my god, berurat banget tangannya. Jangan khilaf, jangan khilaf! " batin Naomi berteriak.
" Kim Yohan, kalau kamu cengeng lebih baik keluar dari apartement ini lebih awal karena saya tidak suka wanita cengeng dan manja. Saya akan mengembalikan uang kamu seratus persen " Naomi tercengang dengan ucapan itu, bahkan ketika genggaman tangan mereka dilepas oleh Yohan. Dia langsung menghentakkan kaki sebal dan pergi dari sana.
" Dasar Arrogant..!! Semoga dia menjadi perjaka tua " rutuk Naomi dalam hatinya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Orang gil*a mana yang jalan siang terik demi nyari tukang siomay sama batagor? Jawabannya ya Naomi Yemima. Ia merindukan jajanan kesukaannya itu, sesat dijalan pun tak apa asal menemukan makanan itu.
Disebrang kirinya, ia melihat pasar kulineran yang lumayan ramai. Naomi langsung berlari kearah sana.
" Wahh ada tukang gado-gado jugaa, ihh ada wafer yang nguap nguap " Naomi seperti baru pertama kali kesebuah pasar kuliner, padahal dulu saat sekolah menengah atas ia sering kesebuah festival kuliner. Ditambah dengan paras ayu keturunan tionghoanya yang kental membuat ia menjadi pusat perhatian.
Naomi berkeliling mencari tempat duduk sambil membawa wafer nguap-nguap, siomay dan bahkan dimsum. Tak peduli dengan beberapa orang yang menertawai keasikannya dengan dunianya sendiri, ia tetap senyam senyum seperti habis jadian sama sidoi yang nggak pernah peka.
" Selamat makan! " Naomi bahkan menggerakkan kepalanya kekanan dan kekiri saat semua makanan itu masuk kedalam mulutnya.
" Memang ya, kota S itu identik sama kulineran yang enak-enak " gumam Naomi sambil melihat kesekelilingnya. Ada seseorang yang nampak familiar didalam pikirannya. Dengan makanan yang terus masuk kedalam mulutnya tiba-tiba ia membulatkan matanya.
" Pangeran bandara!! " panggil Naomi sambil mengejar orang tersebut.
Dukk..!!
" Aduhh!! " ringis Naomi menabrak sesuatu yang keras. Ia menggerutu sebal dan mulai menatapkembali kearah depannya.
" Kaos putih-? " Senyum Naomi langsung merekah dan benar saja yang ia tatap sekarang adalah wajah ala western itu.
" Kamu yang dibandara? " senyum lelaki tersebut dan Naomi langsung mengangguk dengan cepatnya. Ia sangat senang bahwa laki-laki itu masih mengingatnya.
" Makasih ya kak udah ngebantuin aku kemarin, asli kalo nggak ada kakak kemarin aku udah nangis " senyum kikuk Naomi.
Mereka berpindah ketempat Naomi makan tadi, karena saat mereka saling menyapa. Mereka malah menjadi tontonan orang-orang yang menganggap mereka *'couple goals' *. Bagaimana tidak? Laki-laki itu yang menjulang tinggi sedangkan Naomi sangatlah pendek dan kedua wajah mereka yang sangatlah berlawanan etnis membuat mereka sangat manis.
" Jadi kakak pindahan dari negara B kesini? Kakak ngapain disini? " tanya Naomi dengan rasa pensaran yang tinggi.
" Biasa kuliah, ngikut paman disini " jawab laki-laki itu dengan santai.
" Bukannya dinegara B pendidikannya lebih maju? Kenapa kak nuel milih disini? " Sejenak Immanuel terdiam mendengar pertanyaan Naomi.
" Dekat dengan keluarga yang membuatmu nyaman itu memiliki kelebihan apapun daripada yang lain, Naomi " ucap Immanuel dengan senyum berlesungnya. Seketika Naomi terdiam merasa tidak enak karena sepertinya ia menyinggung masalah internal.
" Kamu asli Negara ini, Naomi? " tanya Immanuel dengan logat bulenya untuk memecah rasa kikuk diantara mereka.
" Iya kak "
" Asli kota ini juga? "
" Nggak kak, Aku asli kota L. Disini aku baru mau masuk kuliah " Naomi sambil memakan baksonya dihadapan Immanuel.
" Kuliah dimana, mi?" tanya Immanuel sambil sedikit terkekeh melihat Naomi yang memakan makanannya dengan semangat 45.
" Di Universitas ESA, kak. Ngambil jurusan farmasi" ucap Naomi dengan bangganya.
Immanuel hanya terkikik sambil mengusap pinggiran bibir Naomi yang terdapat bekas saus, Naomi sedikit tercengang dengan muka sudah semerah tomat.
" Makan yang lahap ya cantik, sebelum jadi MABA " Senyum lesung itu pun membuatnya salah tingkah.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
" Makan yang lahap ya cantik, sebelum jadi MABA "
" Makan yang lahap ya cantik, sebelum jadi MABA "
Naomi tersenyum dengan pikiran yang melayang kemana-mana dikursi meja makan apartement berlantaikan lima belas itu. Ia diantar pulang oleh Immanuel dengan motor racing berwarna hitam, Naomi memeluk pinggang Immanuel dengan erat bahkan atas suruhan Immanuel karena takut Naomi terjatuh.
" Apakah dia jodohku, ya tuhan? " gumam Naomi yang masih meleyot dengan pakaian yang sudah berganti kepakaian tidur kembali. Tiba-tiba pikirannya tersadar dan langsung melihat ponsel miliknya.
" Besok aku sudah mulai masuk menjadi Mahasiswi Baru, lebih baik beresin dulu deh yang buat besok " dengan meloncat tuing-tuing Naomi mempersiapkan tagname 'MABA' nya dan tas berisi satu buku catatan yang selalu ia bawa dengan beberapa pulpen didalamnya.
Jadwal besok dia adalah perkenalan dengan beberapa dosen, panitia ospek, sesama mahasiswa dan mahasiswi baru, lingkungan universitas serta pembagian jadwal. Tentu ia tak sabar karena perkuliahan ini sudah ia tunggu selama 2 tahun dan selama 2 tahun ia pergunakan untuk mengumpulkan uang kuliah dan hidup dikota S yang relatif mahal.
.
" Mamih, liat deh mimi bisa kuliah ditempat yang mamih dulu inginkan. Bangga gk mih? pasti banggakan sama mimi? " ucap pede Naomi sambil melihat secarik foto ditangannya. Sambil menonton tv, perlahan mulutnya menguap dan matanya menutup. Ia pun ketiduran diatas sofa ruang tamu.
.
Cklek
Tatapannya menyiratkan sesuatu yang ia tak pahami, sungguh kepalanya terlalu pusing untuk memusingkan orang lain juga. Tidurnya selalu tak nyenyak dan berakhir bangun di jam dua dini seperti ini. Ia berbaring disofa sebelah gadis itu sambil memijit pelipisnya dan tiba-tiba ada kaki yang menendang kepala nya begitu keras sampai terjedot kursi dan semuanya menggelap.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Tinggalkan jejak like, commentnya yuk. Jangan lupa follow ig : @Melodye.Hua untuk lebih dekat dengan Author !...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments