Di sisi lain, Andra langsung mendengus geram, ketika pria itu mendudukkan diri di depan sang Papa. Pria tampan berusia 24 tahun itu, jelas kesal dengan ulah papanya.
"Papa berniat merusak liburanku ya?" todong Andra pada papanya. "Alah, cuma audit perusahaan kecil. Dengan otakmu, tidak akan memakan waktu lebih dari dua hari," jawab si papa santai. "Memang tidak lebih dari dua hari, tapi kan tetap ribet jadinya. Aku tu mau liburan sama yang lain. Rehat Papa, istirahat. Sudah ngebul ni kepala lihat angka tiap hari," keluhan Andra bak kereta cepat yang datang melintas. Sekilas tapi panjangnya minta ampun.
"Siapa suruh kau memilih jadi akuntan. Ya, isinya deretan angka semua. Kalau kau milih masuk kantor Papa, pemandangannya akan beda," sang Papa berkata sembari menaikkan alisnya.
Andra langsung berdecih kesal mendengar ucapan sang ayah. Sementara ini, Andra memang belum mau meneruskan bisnis keluarga mereka. Pada akhirnya, Andra hanya bisa menghela nafasnya panjang. Bisa dipastikan kalau liburannya kali ini akan berantakan. Liburan campur audit, what the hell is going on?
******
Rea langsung menghentikan langkahnya ketika Clara menghadangnya. "Masih bisa sekolah kamu?" tanya gadis itu sombong.
"Memangnya kenapa? Sekolah pakai otak, yang lain hanya pendukung," jawab Rea. Kali ini dia mencoba melawan. Beruntung kemarin dia dan Nana berhasil menemukan bengkel yang mau memperbaiki sepedanya. Rea jelas senang sekali, apalagi uang dari pak Budi masih tersisa. Dan pak guru baik hati itu tidak mau menerima kembaliannya. Pria itu juga menolak ketika Rea ingin mengganti uang tambal ban itu.
"Wooohhh, berani jawab dia guys," kata Clara pada gengnya. Gadis itu mendekat ke arah Rea. Rea reflek memundurkan langkah. Berpegang erat pada stang sepeda miliknya.
"Kamu pikir kamu hebat bisa masuk sekolah ini? Kamu ini cuma anak panti yang bisa masuk ke sini karena belas kasihan Pak Munawar," Clara berkata penuh intimidasi.
Rea mengeratkan pegangannya pada sepedanya. Mata gadis itu mulai mengembun. Sakit sekali rasanya, ketika Clara mengucapkan hal itu. Meski hal itu memang benar. Dia masuk ke sini karena Ibu Panti dan Kepala Sekolah saling mengenal. Hingga pria itu bisa merekomendasikan dirinya masuk ke sekolah itu melalui jalur prestasi. Walau prestasi dan kecerdasan Rea mendukung semua itu. Terbukti dari awal masuk hingga sekarang, Rea selalu berada di tiga besar ranking umum di sekolah itu.
"Lalu ada masalah? Yang penting aku sekolah dengan benar, tidak neko-neko, aawwww," Rea meringis ketika Clara mendorong tubuhnya. Gadis itu terjatuh, reflek membuat sepedanya ikut terjatuh. "Kau menyindirku?"
Rea menggeleng, merasakan perih pada lututnya. "Clara jangan!" Rea berteriak ketika Clara menginjak-injak sepedanya. Gadis itu hanya bisa menangis, ketika Clara dan yang lainnya pergi setelah puas mengerjai dirinya. Tidak ada seorangpun yang tahu akan kejadian itu, tempat itu berada di belakang sekolah. Jarang ada orang yang lewat, selain dirinya.
Rea duduk sembari memeluk lututnya, dengan tangis tak kunjung mereda. Melihat sedih pada sepedanya. Kali ini dia harus bagaimana lagi? Semalam dia kembali minta pindah pada ibu panti, dan wanita itu kembali menolak. "Tanggung Rea, tidak sampai sepuluh bulan lagi dan kamu bisa lulus dari sana,"
Dia sudah tidak tahan dengan perlakuan Clara padanya. Hinaan dan sindiran Clara benar-benar menghancurkan mental Rea. Gadis itu tidak punya rasa percaya diri, bahkan untuk menatap wajah orang lain.
****
"Bagaimana bisa dia menghancurkan liburanku?" Andra masih merasa geram dengan Daniar, sang papa. Pria itu terpaksa menambah dua hari jadwal liburannya, dua hari untuk melakukan audit yang sang papa minta. Semua temannya sudah kembali ke ibukota. Menyisakan dirinya, Nick dan Gina, kekasih Nick. Keduanya akan pulang bersama Andra.
Lebih menyebalkan lagi, mereka tidak mendapatkan tiket pesawat pada hari H keberangkatan mereka ke ibukota. Andra yang asal mengubah schedule, membuat mereka mengalami kesialan yang tidak berkesudahan. "Kau tahu sendiri, ini puncak musim liburan. Jadi susah mendapatkan tiket," Andra menjawab kesal ketika Nick bertanya soal tiket.
"Bahkan pewaris Sky Airlines pun bisa tidak mendapatkan tiket," ledek Gina. Ucapan Gina semakin membuat Andra geram. Hingga akhirnya mereka pulang menggunakan mobil. Terpaksa, naik kereta atau bus, mereka tidak mau. Padahal kan lebih nyaman.
Siang itu mereka siap bertolak dari kota itu. Sebagian barang sudah dikirim melalui ekspedisi khusus. Menyisakan benda penting yang mereka letakkan dalam satu tas ransel. Juga tas tangan milik Gina. Nick dan Andra akan mengemudi bergantian sampai ibukota.
*****
"Kita bertemu di gerbang. Aku akan mengambil si Gennie dulu," kata Nana dengan nafas terengah-engah. Sama dengan Rea, gadis itu malah lebih parah. Rasa sakit di lututnya membuat wajahnya merah padam. Bermaksud mencari hiburan, Nana mengajak Rea masuk ke bandara yang baru dibuka. Bandara itu memang menyediakan touring untuk mengelilingi tempat itu. Tapi ternyata mereka masuk ke area yang dilarang dimasuki oleh orang awam. Enggan mencari mencari masalah, Rea dan Nana memilih kabur ketika seorang satpam melihat mereka. Hingga keduanya dikejar oleh security bandara.
Rea mengangguk mendengar ucapan Nana. Mereka berpisah arah. Rea berlari kencang menuju pintu keluar. Saat itulah seorang security melihatnya. "Jangan kabur kamu!" teriak pria dengan seragam biru navi itu.
"Yaelah Pak, gue kagak nyolong. Cuma salah masuk pintu aja," gerutu Rea. Ketika sampai di pintu keluar, si satpam masih belum menyerah mengejarnya. "Masih getol aja ngejar gue," Rea berkata dengan nafas ngos-ngosan. Gadis itu menoleh ke kiri dan kanan. Mencari tempat persembunyian. Hingga dilihatnya sebuah mobil yang terparkir tak jauh darinya. Rea langsung mendekat ke arah mobil hitam itu. Sesaat mengendap-ngendap seperti pencuri. Sepertinya yang punya mobil sedang tidak ada. Rea merunduk di samping mobil ketika si satpam mengikutinya. "Ya ampun, aku harus apa?" Rea panik. Mengintip pada si pria security itu. Hingga tiba-tiba terdengar bunyi "klik", bagasi di belakangnya terbuka. Tanpa ragu, Rea masuk ke dalamnya.
"Aihhh, kenapa aku malah membuka bagasi," gumam Nick. Pria itu lantas mengunci bagasi mobilnya lagi. "Ada apa Pak?" tanya Gina, melihat seorang security berdiri di depan mereka.
"Oh tidak apa-apa, Bu. Tadi sedang cari orang tapi sepertinya sudah pergi," jawab pak satpam. Lalu berlalu pergi dari sana. Andra dan Gina langsung masuk ke mobil. Dan mobil itu mulai melaju meninggalkan tempat itu.
"Alamak, kenapa mobilnya jalan? Mana ini tidak bisa dibuka lagi," keluh Rea. Gadis itu mulai memukul-mukul atap bagasi itu. Tapi Gina yang sudah memasang air pods-nya tentu tidak mendengar ketukan di bagasi di belakangnya.
Mobil itu melaju keluar dari area bandara. Karena mereka hanya mampir makan di tempat makan yang sedang hybe saat ini. Dan lokasinya berada di dekat bandara. Mobil Nick melewati Nana yang yang menunggu Rea dengan gelisah di luar gerbang tempat itu.
"Bagaimana ini? Kenapa dia tidak datang-datang. Apa dia tertangkap satpam bandara?" gumam Nana. Ketakutan mulai merayapi hati Nana. Terlebih, dia tidak bisa menghubungi Rea karena gadis itu tidak memiliki ponsel.
"Aku harus mencarinya ke mana?" Kepanikan Nana semakin menjadi kala hari mulai beranjak petang. "Rea, kamu di mana?" Nana berulang kali mengatakan itu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
IG: @sskyrach
visual Andra kek mana ya?
2022-12-06
1