Part 4

Sudah satu bulan ia disekap dan semuanya tak ada yang berubah. Penyiksaan demi penyiksaan terus didapatkannya. Masalah apa yang membuat pria itu menyiksa Dita belum dapat ditemukan oleh wanita itu.

Yang ia pikirkan saat ini bagaimana orang tuanya yang menunggu dirinya di rumah yang tak pulang-pulang. Apakah mereka akan mencari ke mana perginya Dita? Dita tak bisa membayangkan jika ibunya akan menangis setiap malam hanya karena sangat merindukan dirinya.

Rasa bersalah pun timbul di hati Dita. Ia benar-benar menyesal karena terlalu nekat untuk menyusul mereka. Apakah ada harapan untuk dirinya bebas?

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Suara itu lagi. Suara tersebut menyisakan trauma pada diri Dita.

Ia berteriak kencang dan berusaha untuk menghindari Abraham. Hal apa lagi yah akan dilakukan oleh pisikopat itu kepada-nya. Tak puas kah selama ini menyiksa dirinya tanpa ia tahu apa kesalahan apa yang ia perbuat.

"Berhenti di situ. Aku tidak ingin kau ke sini."

"Memangnya siapa kau yang berani melarang diri ku? Ini adalah wilayah ku dan aku bebas melakukan apapun kepada mu, cantik."

Dita mengepalkan tangannya. Ia harus berani dan kali ini bisa melawan si penjahat itu.

"Aku akan membunuh mu!" teriak Dita yang diam-diam telah menyiapkan pecahan kaca di kantong bajunya untuk menyerang Abraham.

Abraham menahan serangan itu dengan tangannya hingga ia pun terluka akibat genggaman keras pada kaca tersebut. Ia tidak merasa sakit sama sekali dan malah menikmati.

"Kau salah untuk melukai diri ku dengan senjata bodoh ini. Jelas-jelas aku sangat menyukai darah." Seperti tidak ada rasa jijik sama sekali. Ia pun meminum tetesan darah tersebut dari tangannya.

Dita yang melihat hal itu ingin muntah. Membayangkan saja meminum darah telah membuat perutnya bergejolak. Apalagi pria itu yang meminumnya dan tanpa mengenal rasa jijik. Dita rasa Abraham bukanlah seorang manusia.

"Kenapa kau terlahir mengerikan?" tanya Dita dengan nada suara yang bergetar.

"Kau tidak ada bosannya bertanya itu kepadaku. Itu semua karena kau! Kau yang membuat aku seperti ini! Aku adalah orang baik."

"AKU DARI DULU SELALU BERTANYA APA SALAH KU, TAPI KAU TIDAK PERNAH MENJAWABNYA. BAGAIMAN MUNGKIN AKU BISA MENGETAHUI APA SALAH KU DAN MEMPERBAIKI SEMUANYA," ucap Dita dengan sangat lantang.

Tampak suara wanita itu bergetar dan juga sangat menggebu-gebu saat ia melupakan perasannya.

"KAU BERANI MENANTANG KU! KAU TIDAK TAHU APA-APA DITA! KAU JUGA TIDAK BISA MEMPERBAIKI KESALAHAN MU KARENA KESALAHAN TERBESAR MU ADALAH LAHIR KE DUNIA."

"JIKA KAU TIDAK INGIN AKU ADA, KENAPA KAU TIDAK MEMBUNUH KU SAJA?!"

Mereka berdua sama-sama terbawa emosi. Keduanya bahkan tak peduli dengan penjaga di penjara itu yang mendengar pertengkaran mereka.

"KAU PIKIR DENGAN MEMBUNUH MU DAPAT MEMBUAT KU KEMBALI MENJADI ORANG YANG DULU? SUPAYA KAU DAPAT MERASAKAN PENDERITAAN KU, KAU HARUS MERASAKAn SAKIT SECARA PERLAHAN SEBELUM AKU AKAN MEMBUNUH MU!" teriak Abraham sembari meninju tembok.

"Apakah ini ada hubungannya dengan masa lalu?" tanya Dita dengan suara pelan tapi sangat membutuhkan kepastian.

Seketika Abraham pun terdiam dengan tubuh yang menegang. Yah semua ini karena masa lalu yang sangat suram. Ia pun meneteskan air matanya tanpa sadar. Tapi untungnya ia menggunakan topeng sehingga Dita tak mengetahui bahwa ia tengah menangis.

"Apa yang kau tahu?"

Dia pun pergi dari penjara Dita. Dita pun diam dan tubuhnya langsung merosot ke lantai. Ia menangis kencang sembari mendekap kakinya.

Rasa takut yang luar biasa dirasakan oleh Dita. Ia pun menjadi penasaran dengan masa lu pria itu yang mungkin ada hubungannya dengan keluarganya.

"Jika itu masa lalu kenapa aku yang harus terkena imbasnya?"

Tak disangka ucapan Dita didengar oleh Abraham. Abraham melirik ke belakang.

"Itu sudah menjadi takdir mu. Jadi kau tak berhak ingin memprotesnya. Dan satu lagi, kau akan bisa melihat dunia luar hanya hari ini. Aku memberikan mu sedikit kebebasan."

_________

Dita memandang alam bebas dari balkon yang dihalangi oleh jendela. Semuanya penuh dengan pepohonan rimbun. Rumah ini memang sangat indah dan juga sangat aestetik.

Tapi sayang di balik semua itu menyimpan misteri yang sangat kelam. Puluhan orang mati di rumah ini. Bahkan Dita melihat beberapa tulang belulang di tempat ini yang membuat takut orang-orang yang melihatnya.

Untuk angker, itu sudah pasti. Sering kali Dita mendengar suara tangis orang-orang. Entah itu ia salah dengar atau memang ada orang lain yang sedang menangis.

Dita termasuk orang yang sangat menakuti hantu. Ia selalu mengigau sendiri saat malam karena selalu bermimpi buruk.

Angin menerpa rambut Dita hingga rambut wanita itu berkibar. Dita sangat cantik jika seperti itu, apalagi wanita itu berdiri di depan jendela.

Kebetulan Abraham memperhatikan Dita dari jauh. Pria itu memasukkan tangannya ke dalam saku celananya dan berdiri dengan tanpa ekspresi sembari memperhatikan Dita.

Apa yang terjadi dengan Dita tak luput dari pandangannya. Pria itu bahkan langsung dejavu saat melihat rambut Dita yang diterpa angin.

Itu mengingatkannya akan masa lalu di mana seorang wanita cantik tengah tertawa bersamanya dan rambut hitam kepirangan nya diterpa angin.

Dia benar-benar sangat cantik. Seketika air matanya kembali jatuh melihat betapa miripnya Dita.

Sedangkan Dita merasa bosan berdiri di balkon dan berada di tepi jendela. Ia pun pergi dan memutuskan untuk berjalan-jalan.

Tubuh Dita sangat merinding karena setiap ia melangkah seperti ada hawa dingin yang mengikuti dirinya.

"Nona!"

"Hah?" Dita terkaget-kaget saat mendengar suara itu. Ia kira adalah hantu tapi rupanya orang tersebut adalah anak buah Abraham.

"Kau terkejut rupanya. Kau tak perlu takut. Hari ini Tuan memberikan kamar untuk mu," ucap anak buah Abraham yang membuat Dita sangat heran.

"Kenapa dia sangat baik?"

"Entahlah. Tapi kau jangan senang dahulu."

Dita melirik pria itu sekilas. "Di mana kamar ku? Aku ingin tidur. Tubuh ku terasa remuk selalu disiksa olehnya."

"Biar aku tunjukkan."

Dita pun mengikuti arahan pria itu. Sementara Abraham yang masih memperhatikan Dita terus mengikuti wanita tersebut dan hingga sampai di depan kamarnya.

Ia menunggu bawahannya itu keluar dari dalam kamar.

"Bagaimana dia?"

"Lebih baik. Ah, ya aku juga sangat penasaran sama seperti dia, kenapa kau kali ini sangat baik kepadanya."

"Hanya mengingat masa lalu yang membuat aku tidak tega. Besok kembalikan dia ke penjara."

Kemudian Abraham pun pergi dengan angkuhnya. Ia menuju ke dalam kamarnya.

Di dalam kamar ia akan disambut dengan lukisan seorang wanita yang ia pajang di dalam kamarnya.

Pria itu hanya menatapnya sekilas dan mengepalkan tangannya. Objek tersebut bukan untuk menjadi kenang-kenangan tetapi sebagai objek kemarahannya.

_________

TBC

JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA.

Terpopuler

Comments

✨ Canddy MinSuga😼

✨ Canddy MinSuga😼

lanjut smkin pnasaran sma masa lalu nya Abraham

2022-12-04

0

Miyura Rajati

Miyura Rajati

the best lah buat othor...lanjut.

2022-12-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!