Entah apa yang ada pada dirinya dan membuat pria mengerikan itu sangat mengenali siapa dia. Yang pasti Dita merasa sangat ketakutan sebab dia benar-benar mengerikan.
Dia yang awalnya mengira bahwa akan mati tapi sangat tak menyangka jika ia dirawat oleh pria itu di dalam penjara dengan perawatan yang lengkap.
Hal itu sangat membuat Dita ketakutan. Ia menggenggam tangannya untuk berani dan menatap ke samping yang penuh dengan bau anyir.
Sesungguhnya saat ini Dita tak sanggup berada di ruangan yang sangat berbau busuk ini. Terlebih lagi perlakuan mereka kepada Dita adalah perlakuan sangat buruk yang pernah ia dapatkan.
Entah mimpi apa yang membuat Dita berada di tempat ini. Yang jelas wanita tersebut tak tahu harus berbuat seperti apa karena semuanya tampak sangat menakutkan.
Dita memeluk kakinya dan bersandar ke tembok yang sangat dingin. Ia mengigit bibirnya ketakutan dan berharap jika ia akan selamat dan bisa keluar.
Air matanya tak berhenti jatuh. Selain rasa ketakutan yang terus menghantui dirinya ia juga merasa sangat kesakitan akibat bekas benturan yang sangat kuat di tubuh dan kepalanya yang membuat ia mengalami cedera parah.
Wanita tersebut menghela napas panjang dan menghapus air matanya. Tak lama bayangan seseorang kian mendekat membuat Dita tak berani menatap ke depan.
Saat ia memandang pria itu maka ia akan seperti tengah dihipnotis olehnya dan bisa saja tanpa sadar ia membunuh dirinya sendiri.
Suara pintu sel yang dibuka membuat Sinta pun langsung mundur tapi dia pun sadar jika saat ini belakangnya benar-benar tembok.
Dita mengigit bibirnya untuk mengurangi rasa takut yang dideritanya. Wanita itu berusaha untuk tampil berani dan bisa menantang pria di depannya.
"Anindita. Nama mu sangat bagus, tapi sayang nasib mu tak sebagus dengan nama mu."
Dita berusaha untuk menulikan pendengarannya. Wanita itu menarik napas panjang dan membuang wajahnya.
Pria itu yang sangat tak ingin ditantang pun seketika marah dengan Dita yang dianggapnya tengah menghina dirinya. Pria itu memejamkan matanya dan mengepalkan tangan.
Lalu kemudian ia dengan kasar menarik wajah Dita lalu mencengkram rahang wanita itu cukup kuat hingga membuat Dita terdongak ke atas.
"Akh!!" rintih Dita yang tak kuasa menahan rasa sakit yang mendera dirinya. Wanita itu memikirkan cara agar bisa selamat dari iblis di depannya. "Tolong antarkan aku pulang. Aku tak bisa berada di sini, orang tua ku pasti menunggu ku. Lagipula apa untungnya kau menahan ku di sini karena aku bukan siapa-siapa dan tak memiliki apa-apa."
Tanpa diduga-duga, dia malah tertawa gelak menertawakan Dita. Pria itu seolah menganggap Dita adalah orang yang sangat memalukan.
"Kau tahu apa yang saat ini kau katakan tidak ada gunanya dan tak akan bisa menyelamatkan diri mu. Kau sendiri yang menyerahkan diri ke tempat ku. Jadi sekarang apakah semua ini salah ku?" Dita pun diam dan menarik napas panjang.
Apa yang akan ia dapatkan dari hasil bermohon-mohon kepada orang seperti pria di depannya. Tidak ada gunanya karena seorang pisikopat inginkan adalah nyawanya.
"Kenapa kau sangat mengenal diri ku? Apa yang kau tahu tentang aku dan apa yang membuat mu menahan diri ku?"
Pertanyaan Dita seolah menjadi pertanyaan yang sangat konyol bagi pria itu. Lagi-lagi ia menertawakan Dita. Untung-untung jika tawa tersebut adalah tawa bahagia, tapi yang adalah malah ketawa yang berupa bentuk ancaman kepada dirinya.
"Kau ingin tahu? Yang pasti aku adalah orang yang sangat jahat. Kau jangan terkejut jika aku adalah seorang pisikopat. Aku terobsesi untuk membunuh para wanita. Dan karena kau adalah orang yang membuat ku seperti ini maka kau adalah target sesungguhnya. Aku tak akan membunuhmu dengan mudah. Aku ingin kau merasakan betapa sakitnya dunia ini supaya kau bisa merasakan rasa sakit yang aku rasakan karena kehadiran mu. Huh, aku bahkan saking membenci mu bisa menebak diri mu siapa dengan sekali lihat wajah mu," ucapnya pada Dita.
Jawaban pria itu bukan membuat Dita tenang dan tahu pokok permasalahan tapi yang ada malah membuat dirinya kian kebingungan. Kenapa ia berada di tempat ini dan dirinya siapa sehingga membuat pria di depannya sangat terobsesi untuk menyiksa dirinya.
"Kau gila. Bahkan aku tak mengenal mu, jadi kau hanyalah orang asing," ucap Dita marah.
Plak
Tamparan yang sangat kuat di pipinya membuat Dita diam dan tak memberontak. Ia menyentuh wajahnya dan merasakan jika wajahnya sangat panas. Dirinya baru saja ditampar oleh pria di depannya.
Yang benar saja, Dita bahkan belum sehat hingga membuat dirinya kembali lagi mengalami pendarahan.
Dita yang menahan rasa sakit tapi sangat berbeda dengan pria bertopeng tersebut yang malah tertawa gelak saat melihat darah.
Ia menyapu darah yang mengalir di kepala Dita lalu memasukkannya ke dalam mulutnya.
Ia mengangkat kepala Dita seakan menyuruh agar wanita itu memerhatikan dirinya yang tengah menjilat darahnya.
"Rasanya sangat manis! Apakah kau ingin mencobanya?"
Spontan Dita menggeleng dengan sangat kuat. Dia benar-benar pisikopat.
"Pergi! Hiks, pergi!" Dita memejamkan matanya dan menutup kedua telinganya dengan tangannya.
Tampak jika saat ini si pria sangat puas. Melihat tangisan dan ketakutan itulah yang membuat ia bahagia. Karena memang disitu letak kebahagiaan seorang pisikopat, yaitu tangisan sang korban.
"Ya teruslah menangis. Itu yang sangat aku suka!!"
Dita merinding. Ia pun semakin takut tatkala saat ia merasakan jika saat ini ada benda dingin yang menyentuh tangannya.
Dita berusaha untuk tak menegang. Tapi yang ada semakin ditahan semakin lagi membaut si sang pisikopat tertarik untuk menyakitinya lebih lama lagi.
"Apa yang kau inginkan?"
"Menghias tubuh mu sayang," ucap si pria.
Sontak mendengar hal itu membuat Dita memberontak. Wanita itu memandang laki-laki tersebut dengan sangat marah.
"Kau!!"
Saat Dita hendak melawan, tapi rupanya ia sudah siap dan menangkap tangan Dita lalu diborgol nya.
"Sekarang kau nikmati rasa enaknya," ucapnya.
Pria itu membuka baju Dita secara paksa membuat Dita ketakutan dan berusaha untuk memberontak.
Bahkan baju Dita disobek lalu kemudian ia menatap punggung Dita dengan sangat berbinar.
"Ini yang aku suka," ucapnya dan kemudian menancapkan pisau ke punggung Dita.
Dita menggerang kesakitan saat benda tajam tersebut menggores punggungnya membentuk sebuah hiasan.
"Akh!! Hentikan ini sangat sakit!!" teriak Dita dan kemudian menangis.
Wanita itu terpekik antara sakit dan juga tak berdaya. Darah bekas goresan pisau tersebut menetes ke lantai.
Melihat korbannya menggerang malau menjadi candu bagi pria tersebut.
"Nikmati lah rasa senang yang diberikan oleh seorang Abraham. Hahahaha!!"
________
TBC
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
❄️ sin rui ❄️
alur nya bagus tapi bahasa bikin bingung, banyak typo
2023-03-15
3
Miyura Rajati
lanjut othor...kasian banget jadi dita masuk kesarang psikopat..
2022-12-03
0