Bab 5: Pilihan

Hubungan Jessy dengan Justin terlihat kurang baik. Jessy merasa Justin benar-benar mengabaikannya. Seperti hari ini, mereka ada jadwal mata kuliah yang sama. Namun, Justin sama sekali tak menyapanya.

"Kalian berantem, ya?" tanya Fika.

"Ini gara-gara kamu juga," jawab Jessy.

"Kok gara-gara aku?"

"Memangnya siapa coba yang memberi tahu masalahku pada Justin?" keluh Jessy. "Fika, Fika ... Kenapa sih mulutmu bocor!"

"Yah, mau bagaimana lagi? Kamu punya pacar gak ada gunanya. Harusnya dia kan membantumu, Jess!"

Jessy hanya bisa menghela napas pasrah pada keadaan. Bahkan usai perkuliahan selesai rasanya ia tak ada tenaga untuk keluar dari ruangan.

"Jess ...."

"Hm?"

"Minggu depan kita libur satu minggu, kan? Ikut aku ke Inggris, yuk!" ajak Fika.

"London? Kamu mau pergi ke luar negeri?" Jessy mengernyitkan dahi.

"Yup! Mas Leon ada kerjaan di sana, dia menyuruhku menyusul," kata Fika enteng.

"Ngapain kamu mau kelonan tapi ngajak aku? Gila, ya?"

"Ye ... Aku sama Mas Leon paling bisa ketemu sebentar. Sisanya aku sendirian, makanya aku mengajakmu buat jadi teman."

"Kamu kan tahu sendiri aku tidak punya uang. Boro-boro untuk ke luar negeri, buat makan juga susah," kata Jessy.

"Aku bayarin semuanya. Kamu cukup menemaniku saja. Belum pernah ke luar negeri kan, kamu?"

"Ya belum pernah lah! Aku kan miskin."

"Makanya nih, teman baikmu sedang memberikan penawaran bagus, kamu ikut aku saja!" rayu Fika.

"Oke, nanti aku coba pikirkan lagi," jawab Jessy.

"Kayak gini ngapain juga mikir lagi sih, Jess, Jess ...." Fika menggeleng-geleng.

Jessy membereskan buku-buku miliknya ke dalam tas. "Fik, aku pergi dulu, ya! Mau bayar uang kuliah sebelum dipangil Bu Yuli lagi," pamitnya.

"Heh! Kamu belum membayarkannya juga? Buruan gih bayar!" perintah Fika.

"Ya, ini mau ke bank. Makasih sudah meminjamkan uang padaku," ucapnya dengan seulas senyum.

"Sama-sama. Nggak usah sungkan sama aku, kalau bisa pasti aku bantu. Minggu depan pokoknya ikut aku, ya!" kata Fika.

Jessy bergegas keluar dari ruangannya. Ia menoleh ke sana kemari mencari keberadaan Justin.

"Justin!" serunya sembari berlari menghampiri Justin yang hendak menuju lapangan basket kampus.

Agaknya Justin malas melihat Jessy saat ini. Ia masih kesal dengan perbincangan mereka beberapa hari yang lalu.

"Justin ...." Nada bicara Jessy merajuk. Ia bimbang dengan apa yang seharusnya dilakukan terhadap lelaki itu.

"Kenapa?" tanya Justin sembari melihat kondisi sekeliling.

"Jangan marah lagi, ya!" pinta Jessy.

"Siapa yang marah? Bukannya kamu sendiri yang marah?" Nada bicara Justin agak kesal.

"Aku memang salah kemarin. Aku minta maaf sudah menyinggungmu," ucap Jessy penuh penyesalan.

Justin menghela napas. Ia juga tidak bisa lama-lama marah dengan Jessy. Ia menepuk lembut kepala Jessy.

"Sudahlah! Tidak apa-apa," katanya.

"Kamu nggak marah lagi, kan?" tanya Jessy memastikan.

"Nggak, aku nggak marah. Kita bicarakan ini nanti malam saja. Di tempat biasa."

"Baiklah."

"Aku pergi dulu. Teman-temanku sedang menunggu di tempat latihan," pamit Justin.

Jessy mengangguk. Ia membiarkan Justin berlalu meninggalkannya.

Usai berbicara dengan Justin, Jessy melanjutkan langkahnya menuju bank untuk membereskan pembiayaan kuliahnya. Setelah pertimbangan yang panjang, ia memutuskan untuk meminjam uang kepada Fika. Ia akan segera mengganti setelah memiliki uangnya.

"Pak, saya mohon beri saya keringanan."

"Maaf, Pak. Kami tidak bisa. Anda sudah jatuh tempo 6 bulan."

"Pak Dasiran?" Sapa Jessy.

Tanpa sengaja ia bertemu dengan Pak Dasiran di area depan bank. Dari wajahnya, lelaki paruh baya itu terlihat kebingungan berhadapan dengan salah seorang pihak bank. Jessy menghampiri mereka.

"Eh, ada Mba Jessy." Pak Dasiran terlihat kaget bisa bertemu dengan Jessy di sana.

"Ada apa Bapak di sini?" tanya Jessy.

Pak Dasiran terlihat bingung untuk menjawabnya. "Anu ...."

"Mba ini siapanya Bapak?" tanya pegawai bank tersebut.

"Saya keponakannya Pak Dasiran," jawab Jessy.

Pak Dasiran menunduk. Ia menjadi sungkan dengan jawaban yang Jessy berikan.

"Jadi, kenapa Pak Dasiran ada di sini?" tanya Jessy.

"Begini, Mba. Beliau menunggak cicilan di bank sudah 6 bulan. Kami berniat untuk menyita rumah Beliau karena tidak memiliki kemampuan untuk melunasi hutangnya," jawab pegawai bank tersebut.

"Saya bukannya tidak mampu membayar, Pak. Saya hanya meminta keringanan lagi karena seluruh uang saya sudah digunakan untuk biaya perawatan anak saya di rumah sakit. Kalau sudah ada uangnya pasti akan saya lunasi," kilah Pak Dasiran.

"Maaf, Pak. Kami juga sudah memberikan kelonggaran Anda selama 6 bulan. Itu melebihi batas toleransi yang biasanya hanya 3 bulan saja."

Jessy ikut dilema. Ia sendiri sedang membutuhkan uang, namun mendengar permasalahan Pak Dasiran ia jadi tidak tega.

"Berapa biaya tunggakkan hutangnya, Pak?" sahut Jessy.

"18 juta."

Jessy rasanya terkena serangan jantung mendadak. Ia memiliki uang sejumlah itu yang akan dipergunakan untuk melunasi biaya kuliah. Tapi, melihat orang yang sudah dianggap sebagai keluarga sendiri, rasanya tidak tega mengabaikannya.

"Kalau begitu, biar saya saja yang membayar tunggakkannya, Pak," kata Jessy.

"Jangan Mba Jessy! Jangan ...." Pak Dasiran keberatan dengan bantuan yang Jessy tawarkan.

"Tidak apa-apa, Pak. Saya ada kok uangnya. Pak Dasiran fokus saja dengan Nino supaya dia lekas sembuh," kata Jessy menenangkan.

"Aduh, Mba ... Saya ini sudah tidak bekerja dengan keluarga Mba Jessy, tapi kok malah merepotkan terus begini." Pak Dasiran rasanya ingin menangis dengan kebaikan hati Jessy.

"Bapak tidak perlu sungkan begitu kepada saya. Bagaimanapun juga Bapak sudah saya anggap seperti orang tua sendiri," ucap Jessy.

"Kalau begitu, mari ikut saya ke dalam," ajak pegawai bank.

Jessy dan Pak Dasiran masuk ke dalam ruangan bank mengikuti pegawai tersebut. Di sana mereka dijelaskan tentang besaran tunggakkan beserta denda keterlambatan yang totalnya sekitar 20 jutaan.

Uang Jessy benar-benar kembali habis, padahal itu juga uang hasil berhutang kepada Fika. Di lain sisi kesedihannya tidak bisa membayar kuliah, ia merasa lega karena bisa membuat Pak Dasiran kembali tersenyum.

Usai mengurusi permasalahan hutang Pak Dasiran di bank, Jessy ikut ke rumah sakit menjenguk Nino.

Nino merupakan anak tunggal Pak Dasiran yang usianya 18 tahun, lebih muda dua tahun darinya. Nino menderita gagal ginjal selama dua tahun yang dipicu akibat perundungan teman sekelasnya saat awal masuk SMA.

Selama dua tahun Nino harus keluar masuk rumah sakit dan menjalani cuci darah. Pak Dasiran dan Bu Ramini yang sudah cukup tua membuat Jessy merasa kasihan dengan kehidupan mereka. Apalagi kondisi perekonomian mereka juga bisa dikatakan pas-pasan.

"Kak Jessy makin cantik saja, ya! Pasti di kampus banyak yang suka," puji Nino yang terbaring di atas ranjang perawatan. Tubuhnya terlihat semakin kurus dari waktu ke waktu.

"Di kampus banyak yang lebih cantik lagi, Nino. Aku tuh nggak ada yang suka," kilah Jessy.

"Ah, aku tidak percaya," kata Nino.

"Kalau tidak percaya, datang ke kampus sendiri. Kamu bilang aku cantik kan karena nggak pernah lihat cewek lain."

"Hahaha ... Gimana, ya ... Maunya juga jalan-jalan ke luar, kak! Sayangnya kondisi badan tidak mendukung." dalam kondisi seperti itu, Nino masih berusaha tertawa.

"Kamu harus semangat terus, Nino. Yakin suatu saat pasti sembuh. Nanti kamu masuk ke kampus yang sama denganku, ya!" kata Jessy memberi semangat.

Terpopuler

Comments

Dwisur

Dwisur

iih...Jesy..kok gitu sich .
realistis dunk

2025-02-07

0

koen

koen

gak amanah namanya tuh...

2024-12-28

0

luiya tuzahra

luiya tuzahra

aku percaya ada org sprti jessi diluar sana tpi klw uang yg mau bwt bantuin jg minjem dan dia jg butuh bwt bayar kuliah yg udah nunggak kayaknya cm ddunia halu.
jatuhnya bukan simpati tpi sok naif si jessi

2024-02-29

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Wanita Simpanan
2 Bab 2: Diusir
3 Bab 3: Masalah Kampus
4 Bab 4: Pacar Rahasia
5 Bab 5: Pilihan
6 Bab 6: Liburan
7 Bab 7: Pertemuan Tak Terduga
8 Bab 8: Lelaki Bernama Mark
9 Bab 9: Penculikan
10 Bab 10: Butuh Sandaran
11 Bab 11: Sugar Daddy
12 Bab 12: Sentuhan Pertama
13 Bab 13: Kekuatan Orang Kaya
14 Bab 14: Dimana Jessy?
15 Bab 15: Malam di Menara Shard
16 Bab 16: Berpisah
17 Bab 17: Pernikahan Sampah
18 Bab 18: Kedatangan Justin
19 Bab 19: Tidak Bahagia
20 Bab 20: Rumah Sakit
21 Bab 21: Daddy Datang
22 Bab 22: Ambisi
23 Bab 23: Simpanan yang Terungkap
24 Bab 24: Satu-Satunya Teman
25 Bab 25: Perpisahan
26 Bab 26: Serangan Mendadak
27 Bab 27: Perjodohan
28 Bab 28: Ellena Russel
29 Bab 29: Daddy Nakal
30 Bab 30: Syok
31 Bab 31: Suami Dosenku
32 Bab 32: Kisah Pahit
33 Bab 33: Perbincangan Keluarga
34 Bab 34: Aku Serius
35 Bab 35: Cemburu
36 Bab 36: Jessy Pergi
37 Bab 37: Menangkap Jessy
38 Bab 38: Cinta dan Realita
39 Bab 39: Bantuan Mark
40 Bab 40: Membalut Luka
41 Bab 41: Terakhir
42 Bab 42: Kekecewaan
43 Bab 43: Terkuak
44 Bab 44: Pilihan
45 Bab 45: Jangan Menyesal
46 Bab 46: Keributan
47 Bab 47: Semalam Bersamamu
48 Bab 48: Kesepakatan
49 Bab 49: Kehamilan
50 Bab 50: Siapa Itu Papa?
51 Bab 51: Masalah Kantor
52 Bab 52: Anak Hilang
53 Bab 53: Bertemu Masa Lalu
54 Bab 54: Motivasi Manajer
55 Bab 55: Perpisahan Resmi
56 Bab 56: Tim Supervisi
57 Bab 57: Gathering Perusahaan
58 Bab 58: De Javu
59 Bab 59: Pertemuan Kembali
60 Bab 60: Maukah Bersamaku?
61 Bab 61: Cemburu
62 Bab 62: Fakta
63 Bab 63: Pertemuan Ayah dan Anak
64 Bab 64: Pernikahan
65 Bab 65: Extra Part 1
66 Penghangat Ranjang Suami Orang
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Bab 1: Wanita Simpanan
2
Bab 2: Diusir
3
Bab 3: Masalah Kampus
4
Bab 4: Pacar Rahasia
5
Bab 5: Pilihan
6
Bab 6: Liburan
7
Bab 7: Pertemuan Tak Terduga
8
Bab 8: Lelaki Bernama Mark
9
Bab 9: Penculikan
10
Bab 10: Butuh Sandaran
11
Bab 11: Sugar Daddy
12
Bab 12: Sentuhan Pertama
13
Bab 13: Kekuatan Orang Kaya
14
Bab 14: Dimana Jessy?
15
Bab 15: Malam di Menara Shard
16
Bab 16: Berpisah
17
Bab 17: Pernikahan Sampah
18
Bab 18: Kedatangan Justin
19
Bab 19: Tidak Bahagia
20
Bab 20: Rumah Sakit
21
Bab 21: Daddy Datang
22
Bab 22: Ambisi
23
Bab 23: Simpanan yang Terungkap
24
Bab 24: Satu-Satunya Teman
25
Bab 25: Perpisahan
26
Bab 26: Serangan Mendadak
27
Bab 27: Perjodohan
28
Bab 28: Ellena Russel
29
Bab 29: Daddy Nakal
30
Bab 30: Syok
31
Bab 31: Suami Dosenku
32
Bab 32: Kisah Pahit
33
Bab 33: Perbincangan Keluarga
34
Bab 34: Aku Serius
35
Bab 35: Cemburu
36
Bab 36: Jessy Pergi
37
Bab 37: Menangkap Jessy
38
Bab 38: Cinta dan Realita
39
Bab 39: Bantuan Mark
40
Bab 40: Membalut Luka
41
Bab 41: Terakhir
42
Bab 42: Kekecewaan
43
Bab 43: Terkuak
44
Bab 44: Pilihan
45
Bab 45: Jangan Menyesal
46
Bab 46: Keributan
47
Bab 47: Semalam Bersamamu
48
Bab 48: Kesepakatan
49
Bab 49: Kehamilan
50
Bab 50: Siapa Itu Papa?
51
Bab 51: Masalah Kantor
52
Bab 52: Anak Hilang
53
Bab 53: Bertemu Masa Lalu
54
Bab 54: Motivasi Manajer
55
Bab 55: Perpisahan Resmi
56
Bab 56: Tim Supervisi
57
Bab 57: Gathering Perusahaan
58
Bab 58: De Javu
59
Bab 59: Pertemuan Kembali
60
Bab 60: Maukah Bersamaku?
61
Bab 61: Cemburu
62
Bab 62: Fakta
63
Bab 63: Pertemuan Ayah dan Anak
64
Bab 64: Pernikahan
65
Bab 65: Extra Part 1
66
Penghangat Ranjang Suami Orang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!