Bab 3: Masalah Kampus

"Kamu tinggal di apartemenku saja deh, Jess. Rindi itu memang sepertinya perlu disobek-sobek mulutnya. Teganya dia mengusir kamu dari rumah. Dasar keluarga gila!"

Fika terlihat emosi saat mendengarkan cerita dari Jessy. Ia tidak menyangka teman baiknya sudah diusir dari rumah. Jessy tidak mengatakan apapun sampai Fika tahu sendiri. Rindi memberi tahu jika Jessy sudah tidak tinggal di rumahnya saat ia datang untuk menjemputnya.

"Sudahlah, aku tidak mau memperpanjang masalah. Toh aku sudah dapat kos-kosan yang lumayan nyaman." Jessy menjawab pertanyaan Fika sembari menikmati makanannya di kantin.

"Kamu jadi orang jangan terlalu mengalah, nanti habis diinjak-injak orang!" Fika memberi nasihatnya dengan menggebu-gebu.

Jessy bisa saja melawan bibi dan sepupunya. Ia yakin pamannya juga pasti akan membelanya. Bahkan jika sampai harus bertengkar dengan sang bibi, pamannya akan memihak padanya. Ia tidak mau keluarga pamannya berantakan hanya karena dirinya.

"Tugas kuliah untuk besok sudah selesai apa belum?" tanya Jessy mengalihkan pembicaraan.

Fika terdiam sesaat. "Ah, kayaknya belum deh, Jess ... Bantuin dong ...," ucapnya sembari meringis.

Jessy memutar malas bola matanya. "Kerjakan sendiri deh! Capek aku bantuin kamu terus," protesnya.

"Ayolah Jessy yang baik ... Nanti aku beri tempat tinggal gratis kalau kamu mau membantuku mengerjakan tugas." Fika mengerlingkan matanya.

"Nggak mau! Nanti kalau Daddy kamu datang aku jadi nyamuk pengganggu."

"Nggak, Kok ... Mas Leon itu orang yang baik. Pasti dia juga kasihan kalau tahu temanku jadi gelandangan nggak punya rumah."

"Enak saja gelandangan! Aku masih sanggup bayar kos-kosan, ya!" Jessy menampol kepala Fika.

"Hidup sendiri itu berat, Jess ... Percaya deh sama aku. Apalagi kita tinggal di kota metropolitan yang apa-apa serba mahal."

Tiba-tiba selera makan Jessy jadi hilang. Ia ingat ada salah satu teman yang memberitahu jika ia dipanggil menghadap ke bagian administrasi. Sepertinya ia akan bermasalah dengan pembayaran kuliahnya.

"Apa kamu tertarik aku carikan Sugar Daddy?" lirih Fika.

Jessy membelalakkan mata. "Kamu sudah gila, apa?"

"Ya, aku kan hanya mau bantu kamu saja. Siapa tahu kamu minat. Aku tidak sedang ingin menjerumuskanmu menjadi sepertiku. Tapi ... Aku tahu sulitnya hidup sendiri di kota besar."

Jessy menggeleng-gelengkan kepala. "Stop deh ide gilanya. Kamu ada-ada saja."

"Lagian kamu juga aneh. Punya pacar tapi tidak minta bantuan apa-apa. Kalau Justin nggak berguna, ngapain kalian masih pacaran?" gerutu Fika.

"Jangan bilang begitu, Fika. Ini mauku sendiri, bukan salahnya, juga bukan urusannya."

"Terserah kamu saja, lah! Toh kamu yang bakalan merasa kesusahan sendiri. Ngapain juga aku ikut pusing!" Fika manyun.

"Makasih kepeduliannya, ya! Aku senang punya teman sepertimu. Nanti kalau aku butuh bantuan, pasti aku akan bilang padamu," kata Jessy.

Fika menyandarkan kepalanya di meja. Ia kesal dengan prinsip Jessy yang seakan baik-baik saja padahal hidupnya penuh masalah.

"Fik, aku pergi duluan, ya. Ada sedikit urusan. Sampai ketemu besok," pamit Jessy meninggalkan Fika yang masih ngambek di kantin.

Jessy berjalan cepat menuju ruangan tata usaha untuk bertemu dengan bagian yang mengurusi tentang pembayaran uang kuliah.

"Kamu pastinya sudah tahu kan, Jessy, kenapa saya panggil kamu kemari?" tanya Ibu Yuli.

"Iya, Bu. Saya tahu." Jessy sedikit menunduk di hadapan Ibu Yuli.

"Kamu sudah menunggak biaya kuliah dua semester. Katanya mau membayarkannya bulan ini, kan?"

Jessy mengangguk. Seharusnya uang simpanannya memang ia gunakan untuk melunasi biaya kuliahnya. Namun, ada-ada saja kebutuhannya.

Semester lalu uang yang seharusnya ia gunakan untuk membayar uang kuliah ia berikan kepada Pak Dasiran, mantan tukang kebun di rumahnya yang harus merawat anak semata wayangnya yang tengah dirawat karena gagal ginjal.

Baru kemarin juga ia gunakan uangnya tiga juta untuk membayar kos-kosan selama 6 bulan, karena ibu kos tidak mau pembayaran sistem bulanan. Minimal enam bulan atau satu tahun langsung.

"Saya belum ada uang, Bu." Hanya itu jawaban yang bisa Jessy lontarkan.

Ibu Yuli menghela napas. "Saya memberi kamu keringanan karena kamu mahasiswa yang rajin dan pintar. Seharusnya tidak boleh seperti ini, Jessy."

"Saya tahu. Nanti saya usahakan dapatkan uangnya, Bu."

"Ibu beri waktu sampai minggu depan ya, Jess. Tolong jangan anggap saya kejam. Ini memang sudah peraturan dari kampus."

"Iya, Bu. Saya mengerti," kata Jessy.

"Ya sudah, kamu boleh keluar sekarang."

"Terima kasih, Bu."

Jessy keluar dari ruangan Ibu Yuli dengan lemas. Uang 20 juta yang harus ia sediakan tidak kecil. Ia bisa saja meminjam kepad Fika, namun gengsinya terlalu tinggi.

"Loh, Jessy?"

Langkah Jessy terhenti saat melewati depan ruang dosen. Ia bertemu dengan Ibu Magda, salah satu dosennya sekaligus ibu dari Justin, pacarnya.

"Ah, Bu Magda." Jessy mengembangkan senyuman.

"Kamu dari mana?" tanya Bu Magda.

"Dari ruang tata usaha, Bu," jawabnya.

"Bisa ikut saya sebentar ke dalam?" ajak Bu Magda.

"Bisa, Bu."

Jessy sudah berpikiran macam-macam saja. Ia baru selesai menemui Bu Yuli, sekarang harus kembali masuk ke ruangan Bu Magda.

Setiap dosen di kampus memiliki ruang kerjanya masing-masing. Ruangan milik Bu Magda termasuk yang paling luas karena beliau merupakan dosen utama dan kebanggaan universitas. Usianya masih tergolong muda, di akhir usia tiga puluhan.

Banyak yang tidak percaya jika Bu Magda yang masih kelihatan muda sudah memiliki anak sebesar Justin. Katanya, Bu Magda telah menikah muda selepas lulus SMA.

"Ada perlu apa Ibu memanggil saya kemari?" tanya Jessy. Ia sampai tidak berani duduk karena takut akan dimarahi.

"Duduk dulu, santai saja. Saya tidak akan memarahimu, kok," kata Bu Magda.

Jessy menurut. Ia duduk di sofa empuk yang ada di sana.

"Ibu hanya ingin bertanya sesuatu sama kamu, Jessy. Sebenarnya bukan hal penting juga. Tapi, rasanya tetap harus ditanyakan dari pada mengganggu pikiran," kata Bu Magda.

"Tentang apa, Bu?" Jessy masih belum bisa menebak apa yang hendak Ibu Magda sampaikan.

"Kamu tidak sedang pacaran dengan Justin, kan?"

Jessy seketika terdiam mendengar pertanyaan yang baru saja Bu Magda sampaikan. Entah dari mana berita itu sampai tersebar. Ia sangat hati-hati menjaga jarak dengan Justin di tempat umum. Seharusnya tidak ada yang tahu hubungan mereka selain Fika.

"Ibu kok sempat mendengar kabar seperti itu, katanya ada yang pernah lihat kamu jalan bareng Justin di mall."

"Tapi, kalau jalan bareng belum tentu pacaran kan? Kalian tidak pacaran kan, Jessy?"

Dari pertanyaan Bu Magda, Jessy sudah bisa menangkap bahwa beliau memang tidak mau tahu kalau ia berhubungan dengan Justin.

Terpopuler

Comments

☠⏤͟͟͞R⚜🍾⃝ ὶʀαͩyᷞαͧyᷠυᷧͣ🏘⃝Aⁿᵘ

☠⏤͟͟͞R⚜🍾⃝ ὶʀαͩyᷞαͧyᷠυᷧͣ🏘⃝Aⁿᵘ

ini sama saja dengan menolak secara halus 🥺

2023-02-04

4

Tri Widayanti

Tri Widayanti

Semangat Jes✊

2022-12-29

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Wanita Simpanan
2 Bab 2: Diusir
3 Bab 3: Masalah Kampus
4 Bab 4: Pacar Rahasia
5 Bab 5: Pilihan
6 Bab 6: Liburan
7 Bab 7: Pertemuan Tak Terduga
8 Bab 8: Lelaki Bernama Mark
9 Bab 9: Penculikan
10 Bab 10: Butuh Sandaran
11 Bab 11: Sugar Daddy
12 Bab 12: Sentuhan Pertama
13 Bab 13: Kekuatan Orang Kaya
14 Bab 14: Dimana Jessy?
15 Bab 15: Malam di Menara Shard
16 Bab 16: Berpisah
17 Bab 17: Pernikahan Sampah
18 Bab 18: Kedatangan Justin
19 Bab 19: Tidak Bahagia
20 Bab 20: Rumah Sakit
21 Bab 21: Daddy Datang
22 Bab 22: Ambisi
23 Bab 23: Simpanan yang Terungkap
24 Bab 24: Satu-Satunya Teman
25 Bab 25: Perpisahan
26 Bab 26: Serangan Mendadak
27 Bab 27: Perjodohan
28 Bab 28: Ellena Russel
29 Bab 29: Daddy Nakal
30 Bab 30: Syok
31 Bab 31: Suami Dosenku
32 Bab 32: Kisah Pahit
33 Bab 33: Perbincangan Keluarga
34 Bab 34: Aku Serius
35 Bab 35: Cemburu
36 Bab 36: Jessy Pergi
37 Bab 37: Menangkap Jessy
38 Bab 38: Cinta dan Realita
39 Bab 39: Bantuan Mark
40 Bab 40: Membalut Luka
41 Bab 41: Terakhir
42 Bab 42: Kekecewaan
43 Bab 43: Terkuak
44 Bab 44: Pilihan
45 Bab 45: Jangan Menyesal
46 Bab 46: Keributan
47 Bab 47: Semalam Bersamamu
48 Bab 48: Kesepakatan
49 Bab 49: Kehamilan
50 Bab 50: Siapa Itu Papa?
51 Bab 51: Masalah Kantor
52 Bab 52: Anak Hilang
53 Bab 53: Bertemu Masa Lalu
54 Bab 54: Motivasi Manajer
55 Bab 55: Perpisahan Resmi
56 Bab 56: Tim Supervisi
57 Bab 57: Gathering Perusahaan
58 Bab 58: De Javu
59 Bab 59: Pertemuan Kembali
60 Bab 60: Maukah Bersamaku?
61 Bab 61: Cemburu
62 Bab 62: Fakta
63 Bab 63: Pertemuan Ayah dan Anak
64 Bab 64: Pernikahan
65 Bab 65: Extra Part 1
66 Penghangat Ranjang Suami Orang
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Bab 1: Wanita Simpanan
2
Bab 2: Diusir
3
Bab 3: Masalah Kampus
4
Bab 4: Pacar Rahasia
5
Bab 5: Pilihan
6
Bab 6: Liburan
7
Bab 7: Pertemuan Tak Terduga
8
Bab 8: Lelaki Bernama Mark
9
Bab 9: Penculikan
10
Bab 10: Butuh Sandaran
11
Bab 11: Sugar Daddy
12
Bab 12: Sentuhan Pertama
13
Bab 13: Kekuatan Orang Kaya
14
Bab 14: Dimana Jessy?
15
Bab 15: Malam di Menara Shard
16
Bab 16: Berpisah
17
Bab 17: Pernikahan Sampah
18
Bab 18: Kedatangan Justin
19
Bab 19: Tidak Bahagia
20
Bab 20: Rumah Sakit
21
Bab 21: Daddy Datang
22
Bab 22: Ambisi
23
Bab 23: Simpanan yang Terungkap
24
Bab 24: Satu-Satunya Teman
25
Bab 25: Perpisahan
26
Bab 26: Serangan Mendadak
27
Bab 27: Perjodohan
28
Bab 28: Ellena Russel
29
Bab 29: Daddy Nakal
30
Bab 30: Syok
31
Bab 31: Suami Dosenku
32
Bab 32: Kisah Pahit
33
Bab 33: Perbincangan Keluarga
34
Bab 34: Aku Serius
35
Bab 35: Cemburu
36
Bab 36: Jessy Pergi
37
Bab 37: Menangkap Jessy
38
Bab 38: Cinta dan Realita
39
Bab 39: Bantuan Mark
40
Bab 40: Membalut Luka
41
Bab 41: Terakhir
42
Bab 42: Kekecewaan
43
Bab 43: Terkuak
44
Bab 44: Pilihan
45
Bab 45: Jangan Menyesal
46
Bab 46: Keributan
47
Bab 47: Semalam Bersamamu
48
Bab 48: Kesepakatan
49
Bab 49: Kehamilan
50
Bab 50: Siapa Itu Papa?
51
Bab 51: Masalah Kantor
52
Bab 52: Anak Hilang
53
Bab 53: Bertemu Masa Lalu
54
Bab 54: Motivasi Manajer
55
Bab 55: Perpisahan Resmi
56
Bab 56: Tim Supervisi
57
Bab 57: Gathering Perusahaan
58
Bab 58: De Javu
59
Bab 59: Pertemuan Kembali
60
Bab 60: Maukah Bersamaku?
61
Bab 61: Cemburu
62
Bab 62: Fakta
63
Bab 63: Pertemuan Ayah dan Anak
64
Bab 64: Pernikahan
65
Bab 65: Extra Part 1
66
Penghangat Ranjang Suami Orang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!