Suara adzan ashar berkumandang. Terdengar begitu indah dan merdu. Suara Nurdin memang sangat enak didengar apalagi saat mengumandangkan adzan ataupun saat bersholawat. Sore ini Nurdin datang lebih awal karena dia sedang piket adzan ashar.
Terlihat tiga gadis kecil sedang duduk bersantai di pinggiran sawah. Berteduh dibawah pohon rambutan yang rindang. Mereka sedang bermain di belakang rumah juwita.
"Vivian dengerin deh.!" Seru Mala pada Vivian.
"Dengerin apaan.?" Jawab Vivian cuek sambil duduk selonjor menatap langit.
"Siapa yang adzan. Coba tebak.?" Tanya Mala sambil memainkan matanya menatap bergantian ke arah Juwita dan Vivian.
Vivian mendengarkan suara itu dengan seksama.
Inikan suaranya..
"Aku pulang dulu ya mau mandi." Kata Vivian tiba-tiba dia berdiri dan membersihkan bagian pantatnya yang kotor akibat duduk di rerumputan.
"Ciye.. Ciye.. " Kata Mala dan Juwita bersamaan.
"Apaan sih." Ucap vivian sambil tersenyum.
"Ehem.. Ehem.. Kapan nih kamu nyatain perasaanmu sama nurdin." Tanya Juwita tanpa basa basi langsung menjurus ke titik permasalahan.
"Ka.. Kamu ngomong apa sih ta.?" Vivian kelabakan mendengar pertanyaan sahabatnya.
"Udah.. Mau sampai kapan kamu menyimpan perasaan itu Vi.?" sahut Mala.
"Rasa apa.?? Nano-nano." Celetuk Vivian cemberut. Meski dalam hati memang benar adanya.
"Kamu kelamaan Vi.!! Entar kalau ditikung orang lain baru tau rasa kamu." Seru Juwita menimpali.
"Udah ah. Aku mau pulang." Vivian mengibas tangannya. "Kalian nggak mandi juga.?" Tanya Vivian mengalihkan pembicaraan sambil mengenakan sandal jepitnya.
" ya mandilah. barengan aja yuk.!! mandinya disungai aja." kata mala.
" memangnya mau mandi dimana lagi.? di sumur.?" Tanya juwita sambil berdiri dan memakai sandalnya.
" ha ha ha." mereka tertawa besama sama.
Mereka berjalan menyusuri jalan setapak menuju sungai yang tak jauh dari rumah vivian. Mandi di sungai sudah menjadi kesenangan tersendiri bagi mereka. Bagaimana tidak, di desa yang jauh dari perkotaan. dimana orang di kota memiliki kamar mandi sendiri dirumahnya.
Tapi tidak seperti di desa mereka yang jarang bahkan mungkin hanya 1 orang yang memiliki kamar mandi dirumahnya. Kalaupun ada, pasti orang itu adalah orang paling kaya di desa itu. Jadi mau tidak mau mereka harus mandi di sungai. Tidak hanya mandi, mencuci baju dan peralatan rumah tangga pun harus dibawa ke sungai.
Setelah selesai mandi mereka segera pulang ke rumah masing masing untuk bersiap berangkat ke TPQ untuk mengaji.
***
Dalam kamar vivian
Vivian sedang bersiap untuk berangkat ke TPQ. Berdiri di depan kaca dan sedang menyematkan jarum ke kerudung ungunya. Mengenakan rok panjang warna ungu dan atasan lengan panjang warna merah muda. perkataan teman temannya saat bermain tadi masih melekat dan mengganggu fikirannya.
Apa aku harus bilang duluan kalau aku suka sama dia. aaahhh.. itukan nggak mungkin. mau ditaruh dimana muka aku. Masak cewek harus nembak duluan sih. Fikiran vivian semerawut.
Vivian memukul kepala dengan kedua tangannya. membayangkannya saja vivian sudah sangat malu. apalagi kalau hal itu sampai terjadi. Vivian mendesah kesal memikirkan hal itu.
Vivian meraih tasnya. menghampiri neneknya yang sedang menjaga toko kelontong kecil kecilan milik keluarganya. Berpamitan dengan mencium tangan neneknya yang sudah renta.
Setelah berpamitan vivian segera berangkat ke TPQ yang letaknya tak jauh dari rumahnya. Mungkin hanya berjarak 50 meter dari rumahnya. Langkah kaki vivian terhenti saat dia melihat seseorang yang sangat dia sukai. Siapa lagi kalau bukan nurdin yan baru keluar dari dalam masjid.
Nurdin tersenyum melihat kedatangan vivian dan berjalan menghampirinya. Vivian yang mengetahui hal itu merasa sangat gugup dan canggung. Dia berusaha menenangkan hatinya. Entah dia harus merasa senang atau malah merasa canggung.
Ya Alloh.. aku harus gimana nih.? kenapa dia kemari sih.. vivian menggerutu dalam hati.
" sendirian.?" tanya Nurdin yang sudah berdiri tepat didepan vivian.
" i.. iya kak." jawab vivian gugup sambil sesekali menggigit bibir bagian bawah dan meremas tangannya sendiri.
Kenapa hatiku dag dig dug gini sih. tenang vi.!! Kamu harus terlihat tenang. hati vivian berkecamuk.
Karena umur nurdin 2 tahun lebih tua dari vivian maka vivian memanggilnya kakak. Nurdin melihat tingkah vivian yang aneh hanya bisa menahan senyum.
" ya udah. aku masuk dulu ya." lanjut nurdin sambil menutupi mulutnya sendiri.
" i.. iya kak." lagi lagi vivian gugup dan meremas keras jari jarinya.
Nurdin pergi meninggalkan vivian yang masih mematung karena kegugupannya. vivian menelan ludahnya sendiri berkali kali.
Ya ampun vivi.. kenapa kamu bisa begitu gugup di depan dia. kenapa jawabnya iya iya terus sih. vivian memarahi dirinya sendiri yang tak bisa berkutik di depan orang yang disukai.
Baru beberapa langkah nurdin berbalik dan menoleh pada vivian. vivian yang sedari tadi memandangi punggung nurdin langsung melotot salah tingkah karena tatapan mereka bertemu. vivian segera melempar pandangannya ke arah lain.
Nurdin yang mengatahui hal itu hanya tersenyum dan melanjutkan langkahnya menjauhi vivian.
Apa dia tau kalau aku memandangi dia dari tadi.. ya ampun vivian kamu bodoh banget sih. mau ditaruh dimana muka ku ini.
Saat vivian larut dengan kegugupannya pada nurdin dua sahabatnya telah berdiri di belakangnya.
" Hayooo." teriak mala dan juwita sambil menepuk bahu vivian bersamaan.
" kalian bikin jantungan aja." vivian kaget bukan main sambil mengelus dadanya sendiri.
" gimana.?" tanya mala sambil merangkul bahu vivian.
" apanya yang gimana.?" tanya vivian berlagak bingung.
" nggak usah pura pura lagi. !! kita lihat kok tadi kamu disamperin sama nurdin." lanjut mala.
" kalian udah jadian.?" tanya juwita antusias.
" jadian pala lo peyang. lagian kalian ngomongin apaan sih.?" mata vivian melotot geram melihat kelakuan dua sahabatnya yang tak henti menggodanya.
" hayo ngaku aja.!! pandangan mata mu nggak bisa lepas dari dia kan.?" sahut mala.
" udah diem." vivian menutup mulut mala dengan tangannya. " udah masuk dulu yuk.!! entar kalau keduluan pak ustad bisa brabe urusannya." vivian merangkul bahu mala dan juwita.
Mereka bertiga masuk ke dalam kelas sambil sesekali tertawa bersama. Di dalam ruangan 6x8 meter yang di bagi menjadi 2 yang di pisahkan hanya dengan sebuah kayu triplek. bertujuan untuk memisah antara santri perempuan dan laki laki.
Nurdin sedang membaca surat ar rohman. meski vivian tak dapat melihatnya secara langsung namun suara yang sangat merdu itu sudah membuat hatinya meleleh. Dan tanpa sadar vivian senyum senyum sendiri. Mala dan Juwita hanya terkekeh melihat tingkah Vivian yang konyol.
" woi. kamu lagi kesambet ya.?" Tanya Mala sambil tersenyum menggoda. Wajah Vivian langsung cemberut mendengar celoteh temannya.
" iya. dia lagi kesambet dewi cinta." Sahut Juwita dan disambut gelak tawa keduanya.
Vivian semakin geram dan langsung membungkam mulut kedua temannya itu.
" Kalian bikin malu aja.!! suara vivian berbisik pada keduanya. " udah diem.!! kalau nggak aku sumpal pakek sandal jepit mau.?" gertak vivian.
Mala dan Juwita hanya menggangguk paham. mereka tak dapat bersuara karena mulut mereka yang terbungkam dengan tangan Vivian. Vivian melepas kedua tangannya. Namun Mala dan Juwita malah tertawa terbahak bahak.
Aduuuhhh... mereka ini bikin malu aja..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Choirul Azzami
ciiieeee...
cpcp nih..
2021-11-05
1
chelina azzahra
cp cp ya thorr... 🤣🤣🤣
curi pandang cari perhatian..
2021-07-10
3
Shofie star
cerita nya bagus semangat
2021-06-27
5