Nicho bergerak maju, menahan kedua tangan Ganes untuk tidak bergerak.
Tanpa menunggu lama, Nicho mencondongkan wajahnya menatap Ganes dengan gaerah, seketika Nicho menyerang Ganes dengan ciuman yang rakus. Menikmati ciuman yang manis dari bibir Ganes yang dirasanya seperti madu dan membuatnya ingin kembali mengulang. Tangannya bermain di belakang, merem*s sesuatu yang kemudian membuat Ganesa merasakan panas dingin tak karuan.
"Ahh," desis Ganesa di tengah panas dingin yang menyerang tubuhnya. Memdengar itu membuat Nicho semakin bersemangat.
Ganesa mencoba memberontak, Nicho tak melepaskannya. Ganesa tampak panik, kenapa saat ini Nicho tak bisa mengontrol diri seperti tadi? Bahkan, Nicho kembali menciumnya. Tangannya terus menyapu punggungnya membuat Ganesa merasakan semakin panas dingin tak karuan.
Saat ini, Ganesa benar benar dalam kepanikan, berada dalam kamar bersama dengan lekaki adalah hal yang menakutkan. Niatnya ingin tidur, tapi sepertinya semua sudah berubah tak seperti awal.
Ganesa tak bisa menahan diri untuk tetap tenang, tanganya meronta meminta dilepaskan dan tak diperdulikan Nicho. Jika pada akhirnya nanti terjadi sesuatu, apa yang harus dia lakukan?
Ganesa masih mencoba memberontak, akan tetapi Nicho sudah tak bisa dicegah. Kekuatanya seakan semakin bertambah saat dirinya mencoba untuk melawan.
Nicho melepaskan ciumannya, mengangkat tubuh Ganesa dan meletakan dengan halus diatas ranjang, Nicho segera beraksi menindih tubuh Ganesa agar tak bisa bergerak, Nicho membuka semua yang menempel di tubuhnya.
Ganes dengan jelas bisa melihat aktifitas lelaki tak dikenalnya itu. Ganesa menatap waspada. Kakinya meronta, tangannya memukul Nicho yang sekarang berada di atasnya, mencoba untuk merasakan kembali ciuman panasnya.
"Tolong lepaskan aku. Aku bukan wanita bayaranmu! Aku salah masuk," sentaknya sambil menggelengkan kepalanya. Dia mencoba mengingat, apa Nala sekeji itu? Tapi tidak mungkin. Bayangan nomor 106 dan 108 mengiang. Tadi dia mengantuk, dan dia masuk di kamar 108. Jadi apa dia salah masuk kamar?
Nicho seolah tak mendengar, yang dia dengar suara indah yang semakin menariknya untuk mendekat.
Melihat Ganesa yang semakin meronta, Nicho segera menggenggam kedua tangan Ganesa dengan kuat, sehingga wanita cantik itu tak mampu untuk kembali memberontak.
Dengan lembut Nicho kembali mencium bibir Ganesa, tubuh mereka menempel sempurna, jantung Ganesa bergetar hebat saat merasakan dada bidang Nicho menempel sempurna menindih dadanya, dan dia bisa merasakan benda tegak di bawah sana.
"Tuan lepaskan," sentaknya lagi.
"Diamlah, jangan membodohiku. Aku tidak percaya dengan ucapanmu," lirihnya.
Deg
Jantung Ganesa terpompa lebih cepat. Kenapa jadi begini? Lelaki ini benar benar benar benar bre*gsek. Sakit hatinya, Air matanya mengalir. Ganesa ingin kembali memberontak, tapi tangan Nicho terlalu kuat.
Nicho kembali mencium bibir manis Ganesa dengan lembut sekali. Ganesa memejamkan mata indahnya. Antara menikmati dan kecewa. Lelaki tak dikenalnya mengambil mahkotanya? Air mata Ganesa kembali mengalir deras.
Ganesa masih memejamkan matanya, rasanya tak sanggup untuk berbicara ataupun memberontak. Tenaganya sudah terkuras. Bahkan kedua tangannya masih di genggam Nicho dengan erat.
Keadaan Ganesa yang tanpa pemberontakan membuat Nicho tak segan untuk meneruskan aksinya. Merasa Nicho tengah bergerak men*lanjanginya, Ganesa mencoba mendorong tubuh lelaki itu.
Namun, Nicho tampak tak bergeming sedikitpun. Bibir Nicho membungkam mulut Ganesa dengan lembut, turun ke leher jenjang yang putih mulus milik Ganesa, sentuhan yang lembut memabukkan membuat tubuh Ganesa merasakan panas dingin seketika.
Ganesa membuka matanya, tak kuasa lagi untuk menolak atau memberontak. Yang jelas sorot matanya meminta Nicho untuk melepasnya.
Tapi lelaki itu seolah tak mau diganggu dengan apapun, melakukan gerakan gerakan yang membuat tubuh Ganesa semakin menggila. Senjata ampuh Nicho merespon sempurna hingga menegang, menyesakkan dirinya dan menyiksanya sedari tadi. Nicho perlahan mencoba untuk memasukannya.
Ganesa yang semakin tak berdaya tak bisa melakukan apapun. Rasanya sangat sakit, tapi bagaikan melayang ke angkasa.
Air matanya mengalir, bayangan Rian kekasihnya ada di otaknya, tapi tak kuasa dia menolak atau menghentikan aktifitas Nicho saat ini.
Ganesa benar-benar tidak bisa menghindar dari jeratan malam yang salah ini. Ia mencoba untuk menolak kembali namun dirinya tak sanggup lagi. Air mata kembali mengalir saat sesuatu melesak ke dalam dan menekan titik sensitifnya.
"Ampuni aku Ya Tuhan," lirihnya. Air matanya mengalir deras.
"Ahk,,," terdengar Ganesa berteriak, akan tetapi tertahan.
Nicho tau wanita bayarannya terkejut. Tapi dirinya lebih terkejut lagi saat mendapati noda merah mengalir di spray. Kesadarannya seakan kembali. Wanita yang menemaninya masih murni? Sesak menyeruak di dadanya. Apa yang harus dia lakukan?
Aku bukan wanita bayaranmu, aku salah masuk.
Ucapan wanita tadi samar samar dia ingat. Tapi untuk berhenti rasanya tidak mau. Semua sudah terlanjur. Nicho membungkam mulut wanita itu dengan bibirnya, mencoba memberikan ketenangan padanya.
Tubuhnya bergerak ke atas ke bawah mencari sebuah kenikmatan. Bahkan dia memejamkan matanya saat merasakan tubuhnya seperti melayang ke angkasa. Untuk yang pertama kali baginya, dan dia tau pasti juga yang pertama kali untuk wanita yang berada di bawahnya.
Nicho menghentikan aktifitas yang jelas telah menguras energinya dan energi wanita itu. Apa yang dilakukannya? Keduanya tampak gugup, Nicho melepas ciumannya, mereka saling memandang dan mengatur pernapasan. Tatapan Nicho tak bisa di jelaskan, ia menatap wanita itu dengan teduh. Rasa bersalah seolah merajai hatinya.
Ganesa masih terdiam dengan air mata yang terus saja mengalir.
Nicho mengusap air mata wanita itu, mengusap puncak kepala wanita dengan lembut. Nicho berdiri dan memakai kembali bajunya. Diraihnya ponsel yang berada di atas nakas.
Alangkah terkejutnya 15 panggilan dari Rangga ada di ponselnya. Nicho melirik wanita di atas ranjang yang tampak memejamkan matanya. Segera dia keluar tanpa mengunci pintu. Dia ingin segera bertemu dengan Rangga.
Ganesa memiringkan tubuhnya. Tak peduli kemana lelaki itu pergi. Ditengah kegelapan dia menangis, menyesal, kecewa. Saat ini perasaannya sakit.
Ganesa meraih bajunya, dia kembali memakainya. Dia juga meraih tasnya. Didapatinya 20 panggilan dari Nala dan beberapa pesan baru.
Nes, dimana?
Lala sekali Nes,
Kamu nyasar?
Jadi menginap tidak?
Nes?
Tangannya mensecrol ke atas mencari pesan nomor kamar tadi. Air matanya kembali menetes saat melihat pesan Nala bahwa kamarnya nomor 106, dan saat ini dirinya berada di kamar 108.
Nala tolong aku
Pesan yang dikirim Ganes pada Nala saat ini.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Sadiah
ya ampun sedih bacanya,, kasian sama ganess gak suka sama nicho yg buas,, berbeda dengan sifat temen² nya, padahal dulu dia menjaga banget wanita..
2022-12-11
0
༄༅⃟𝐐🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦𝐘𝐔𝐋𝐈kurnia🌿
udah gpp dah jebol toh yg pertama semua wkwkwk nikmatin nicko baik kok cumak karena penghianat dia jadi agak bodoh kaena bodoh mencari wanita malam salahnya kamu ganesa karena ngantuk kamu masuk kamar orang yg lagi emosi wkwk semangat yuk
2022-12-07
2
Yayuk Bunda Idza
akhirnya terjadi juga ... perlu perjuangan ekstra untuk mendapat maaf Nicho.... sementara rasa sesal dan bersalah terus membayangi hari-hari mu
2022-12-06
3