00.04

Semburat jingga sudah nampak menghiasi sang batara, namun nampaknya para anak biawak itu belum ingin mengakhiri kegiatannya, di temani semilir angin sore mereka bermain basket bersama di taman.

"MASUKIN MASSS!!"

"SUSAH TUYUL!"

"Plis deh jangan berantem!"

"GUE MENCIUM BAU-BAU KEMENANGAN JEV!"

"YAKIN SIH RIS!"

"Bolanya jangan di buat rebutan lah!"

Dan masih banyak lagi seruan-seruan heboh mereka, padahal yang bermain hanya 5 orang dengan 1 orang sebagai pengawasannya.

Seorang lagi hanya duduk anteng di bangku pinggir lapangan tempat mereka bermain, ice cream nya sudah habis dan ia ingin ikut bermain, tapi....

"Huffttttt...." Sesekali ia menghela nafas panjang, cukup bosan melihat mereka bermain dan ia malah hanya duduk diam di sini.

"Bosen?" Tanya seseorang yang duduk di sampingnya, pemuda itu meneguk air yang ada.

"Lama banget, bosen tau nggak mas!" Keluhnya, pemuda itu terkekeh dan mengusak rambut adik beberapa menitnya.

"Mau pulang? biar mas bilang sama yang lain" Tawar nya, dia Arka.

"Tapi mas sama yang lain masih seru mainnya, takut nganggu Arsa nya" Ucap si bungsu.

"POKOKNYA GUE NGGAK MAU SATU TIM SAMA LO LAGI MAS!"

"GUE JUGA NGGAK MAU YA!"

"Main sama mereka berdua itu banyak debat nya daripada masukin bola nya" Keluh Haris yang duduk di rerumputan.

"Iyaa! mana bolanya nggak pernah masuk ring" Timpal Jevan setelah meminum airnya.

Arsa hanya terkekeh mendengar Alta dan Arfa yang masih mendumel kan satu sama lain, seru saja melihat kedua nya bertengkar seperti ini.

"Adeknya ngajak pulang, udah sore juga" Ucap Arka.

Alta menoleh ke arah Arsa yang menatapnya dengan senyum tipisnya, ia bahkan lupa kalau mereka belum pulang selepas sekolah tadi, padahal niatnya hanya ingin membelikan ice cream untuk si bungsu.

"Astagfirullah Mas lupa!" Pekiknya dan langsung berdiri dari duduknya.

"Pokoknya kalau bunda marah mas yang tanggung jawab!" Ucap Arfa yang membuat Arsa mendelik tak terima.

"Nggak-nggak.. kan Arsa yang ajak ke sini, jadi kalau bubun marah ya harusnya marah sama Arsa"

"Udah-udah urusan bunda marah nanti aja yang penting pulang dulu" Arka menengahi ia berdiri dan membawa tas nya dan Arsa.

"Gue sama Haris juga pulang dulu lah, bisa marah mami gue kalo anaknya ini kosplay ilang jam segini belum pulang" Kembar mengangguk dan mulai berjalan pulang.

Jarak rumah dengan taman yang mereka singgahi tidaklah jauh, mungkin hanya 15 menit berjalan kaki mereka akan sampai di rumah.

15 menit jauh nggak sih?

Mungkin kekhawatiran si sulung akan kemarahan sang bunda memang benar, lihatlah dengan tatapan garang Yora menunggu empat ayam jago itu di pintu depan rumah.

Namanya juga takut, ke empat anak ayam itu saling mendorong agar tak langsung berhadapan dengan sang bunda yang seperti nya sudah siap dengan segala khotbah nya.

Namun tidak mereka duga si bungsu malah maju dengan kepala yang menunduk, ia tak cukup berani menatap sang bunda sekarang, oke lupakan Arsa yang mengaku bucin bunda itu.

"Kenapa baru pulang? nggak lihat sekarang udah jam berapa?" Ucapan yang napak biasa saja tapi membuat ke empat ayam itu tak berani menatap Yora.

"Bunda tanya lho ini, kenapa nggak di jawab? mulutnya pada kemana?" Mungkin pedasnya omongan mas Alta itu keturunan dari sang bunda.

"Ma..maaf bun, tadi Arsa ngajak mas sama yang lain ke taman dulu buat beli ice cream, terus kita main sebentar sampai nggak liat jam, maaf bun" Cicitnya pelan.

"Cuma Arsa yang jawab? yang lain gimana? mas Alta diem, mas Arka juga, Arfa? nggak mau jelasin ke bunda?"

"Maaf bun" Ucap ke tiga nya, Yora mengehela nafas pelan.

"Bunda cuma takut kalian kenapa napa, lain kali kalo mau main atau pergi pulang dulu kerumah, kalau nggak bilang sama bunda, ada Hp buat apa sih?" Ke empat anak ayam berkedok jago itu masih tetap menunduk.

Yora diam-diam tersenyum kecil, kembar itu memang tak perlu kata-kata keras dan kasar bila ia yang memarahinya, liahatlah.. bahkan sekarang dengan kata-kata biasa saja mereka diam tak berani melihatnya.

"Sekarang masuk terus mandi, bunda mau bikin makan malam" Setelah mengatakan itu Yora masuk meninggalkan ke empat nya.

"Huufftttt... selamat" Ucap Arfa pelan.

"Udah masuk, keburu bunda marah lagi" Alta menarik pelan tangan si bungsu di ikuti 2 lainnya.

"ASSALAMUALAIKUM... AYAH PULANGGGGGGGG!!" Teriakan dari suaminya membuat Yora menggelengkan kepalanya.

Pantas anak-anaknya terutama Alta dan Arfa suka berteriak, rupanya itu keturunan dari sang ayah yang sama saja kelakuannya.

"DADYYYYYYYY!" Arfa berlari menuruni tangga dengan tangan di rentangkan, bermaksud meminta peluk tapi Satya menghindar, ia belum mandi jadi masih membawa banyak debu dan kuman.

"BAWA APA AYAH!" Teriak Arsa dari lantai atas.

Satya mendongak ke arah putra kecilnya itu, ia mengangkat kantong plastik hitam di tanggannya.

"DONAT KENTANGG!"

"ARSA MAUU!! YANG COKLATTT!" Matanya berbinar dengan secepat kilat ia menuruni tangga membuat Yora dan Arka yang melihatnya panik.

"Jangan lari astagfirullah adekk!!"

"Arsa jatuh nanti astaga!"

Sedangkan sang pelaku yang sudah sampai di bawah hanya menampakkan cengirannya.

Akhirnya ke empat anak itu berkumpul di ruang keluarga dengan donat yang sudah tersaji di hadapan mereka, hanya tinggal ambil saja padahal tapi nampaknya Arsa sudah tak tahan, ia berlari ke toilet untuk menuntaskan hajatnya.

"Jangan di ambil donat coklat Arsa!" Pesannya sebelum menghilang di makan pintu dapur.

•~•

"Nggak mau tau ya! pokoknya Arsa mau yang coklat!" Dengan wajah tertekuk masam ia membelakangi ke 3 saudaranya.

Alta mendengus lelah, selalu saja rebutan kalau soal donat "Kenapa tadi di makan sih Fa"

Sedangkan sang pelaku malah membela diri "Gue nggak denger tadi mas, eh tau nya itu punya Arsa yang sayangnya udah masuk perut" Ia menepuk perutnya.

"Makan yang lain aja ya Sa? yang tiramisu atau keju? nggak kalah enak kok" Arka mencoba membujuk namun gelengan Arsa menjawabnya.

"Stroberi deh Sa, enak lho" Arfa mengangkat donat dengan krim pink di atasnya, lucu sih tapi kan Arsa paling anti dengan yang namanya stroberi.

"Hello kenapa ini kok hening-hening aja anak-anak ayah" Satya mendekati ke 4 anaknya itu dengan Yora di belakangnya.

"Di apain lagi adeknya mas?" Yora yang sudah hafal langsung bertanya.

Entahlah, masalah sepele seperti berebut remot TV, Bantal sofa, ataupun sabun mandi dan parfum bisa membuat anak-anak nya ini bertengkar.. ya meski hanya beberapa menit atau jam saja.

"Arfa tu bun, donat coklat Adek di makan" Ucap Arka dengan donat gula di tanggannya, sayang dari tadi nggak ada yang mau.

"Beli lagi dek mau?" Tawar sang ayah.

"Nggak! pokoknya yang di makan Arfa tadi!" Ia membrengut.

"Besok bunda buatin deh, coklat kaya yang di makan Arsa biasanya, jauh lebih enak pokoknya, oke?" Yora mencoba membujuk dan nampaknya berhasil, siapa sih yang nggak suka kalo di buatin ibunda tercinta.

"Beneran bun?" Yora mengangguk.

"Kalo gitu marahannya udahan ya, gabung situ sama yang lain" Arsa mengangguk dan ikut berkumpul lagi.

Ya malam mereka hari ini tak seramai biasanya, hanya ada masalah kecil dan sudah ada solusinya.

Mereka berlanjut menenton TV dan bercanda bersama, dengan Satya dan Yora di sofa, Arsa yang menyandar pada Arka yang menyuapinya donat di bawah serta Arfa dan Alta yang sibuk dengan donat dan acara TV nya.

Cukup melegakan bisa berkumpul bersama keluarga tercinta setelah seharian beraktifitas.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!