00.03

Suasana tenang nampaknya tak akan pernah terjadi di kediam Bapak Satya saat pagi hari, Ada saja yang membuat ramai kediaman ini, untungnya halaman rumah Bapak Satya ini luas jadi tetangga tidak langsung mendengar keributannya.

"Bubunnn liat dasi Arka nggak?" Tanya Arka yang sudah berdiri di belakang sang bunda yang sibuk memasak di temani bik Sum tentunya.

"Coba liat di laci kamu yang nomor 2 Mas.. kemarin bunda lihat di situ" Dengan cepat Arka kembali ke atas dan yaa...ketemu.

Tak lama..

"BUNNNN LIHAT KAOS KAKI ARFAA NGGAK?! MASA CUMA SEBELAH!" Teriakan menggelegar yang sudah tak asing bahkan sudah hafal.

"Cari di laci paling bawah Mass!" Teriak Yora meski tak sekeras Arfa.

"BUNDAAAA SEPATU HITAM ARFA KEMANA YA BUN?!" lagi?

"Hufttt... di bawahh! di tempat sepatu lihat dulu!"

"BUN LI..." Belum sempat teriakan itu selesai si sulung yang sudah duduk manis di meja makan menyaut.

"KEBAWAH AJA BISA NGGAK SIH!! TERIAK-TERIAK AJA KALIAN ITU!"

"Mas pelan-pelan" Tegur sang bunda.

"Berisik tau bun" Dengus nya malas.

Tak lama Arsa turun dengan wajah membrengut kesal, bagaimana tidak ia di bangunkan Arfa dengan mengguyurnya dengan air satu gelas, basah kasur dan bantalnya.

"Sepet banget muka mu Sa" Ucap Satya yang baru saja duduk dan melihat anak bungsunya itu turun dengan wajah membrengut, pengen cubit deh.

Arsa duduk di samping Alta "Ya masa tadi Arfa banguninnya pake nyiram air yahh.. basah kasur Arsa" Adunya dengan wajah yang makin muram.

Bukannya prihatin Satya justru tertawa karna menurutnya wajah sang anak itu lucu, asiknya ia tertawa sampai Yora memukulnya dengan sendok sayur yang ia bawa.

"Kamu itu, anaknya murung malah ketawa" Ia meletakkan cap cay yang nampak menggugah selera di susul nasi dan beberapa lauk lainnya.

"ARFA ARKA SARAPAN!" Teriak yang pastinya kalian sudah kenal.

"Mas kasihan suaranya" Satya menggeleng menatap sulungnya itu.

"Sekalian yah"

"Pokoknya bareng lo mas" Suara itu membuat semua yang ada di meja makan menoleh, termasuk Arsa yang sedang meminum susunya.

Susu kedelai tentunya, Arsa ini alergi susu sapi tidak seperti ke tiga kembarannya.

"Lo tengil males gue, yang ada kalah tim gue nanti" Ucap Arka yang langsung duduk di kursinya.

Arfa duduk dengan muka kusutnya, hampir sama seperti Arsa tadi, tapi namanya beda muka ya beda bentukannya, kalo Arsa minta di cubit kalo Arfa minta di tampol karna nyebelin.

"Sudah-sudah di mulai sarapannya, telat kalian nanti" Intruksi sang kepala keluarga.

Mereka makan dengan tenang, hanya dentingan sendok yang terdengar, terkadang terdengar juga suara Yora menawari ingin tambah lauk atau tidak.

"Pangeran sekolah dateng guys"

"Ada tali yang nggak keliatan apa gimana sih? gue rasa mereka itu barengan terus"

"Namanya juga kembar"

Plak.. "Pinter ya gibah di depan orang yang di gibahin langsung" Alta menggeplak punggung Haris, oknum yang mengibah kan mereka.

"Hehe biar ngena gitu lho" Ucap haris yang membuat Arsa terkekeh.

"Pr pak Ari selesai belum mbar" Ke 4 anak ayam eh ayam jago itu menoleh ke arah Jevan salah satu teman mereka.

"Selesai lah emang lo" Ucap Arfa bangga.

"Hasil liat Alta aja bangga lo" Cibir Haris yang sudah hafal dengan tingkah si ketiga dari anak Bapak Satya itu.

"Tau juga masih nanya lo"

"Udahlah kelas kuy" Ajak Arka dan mereka berjalan ke kelas bersama.

Dengan Arka yang meranglut Arsa, Arfa yang bergelajut di lengan Alta hingga mendapat tampolan pelan oleh sang mas serta Haris dan Jevan yang hanya berjalan biasa di belakangnya.

4+2 \= 6

Mana ganteng-ganteng semua, gayanya udah kaya mau demo lagi, puas-puas lah murid Starlight ngeliat pemandangan kaya gitu setiap pagi.

"Anaknya Pak Satya emang nggak pernah gagal deh!!"

"Hueeee gue dapet Arfa aja nggak papa kok"

"Arsa sini deh main sama gue.. nanti gue kasih ice cream 5 deh!"

"Alta lo kok imut banget sihhh!"

"Hariss!! bayar utang lo!!"

Dan masih banyak lagi teriakan dari anak Starlight yang ngefans sama 6 serangkai itu, ya pengecualian buat Haris.. tau sendiri lah kalian.

Mereka sampai di depan pintu yang memiliki tanda XI MIPA 2, kelas yang sudah mereka tempati kurang lebih 4 bulan, tak ayal mereka belum lama naik kelas.

"HELLO EPERIBADYHHH HARIS COME BACK TO CLAS ROOM!" Teriakan membahana layaknya satwa kebun binatang yang baru saja di lepas ke hutan terdengar.

"ARFA GANTENG DATENGG GUYS!!"

"ARS hmpphhhhh.." Tak jadi, karna Arka sudah membekap dan menarik si bungsu ke kursinya.

"Nggak usah ikut-ikutan, sakit tenggorokannya nanti!" Peringat Alta yang sudah duduk di depan meja Arsa.

Arsa membrengut, ia kan juga ingin seperti 2 biawak itu, bisa teriak-teriak, apa suara Arsa jelek hingga tak di bolehkan mamas nya?

"Nggak usah cemberut jadi kaya bayi dugong muka lo" Ucap Arfa yang sudah duduk di samping Alta.

"PR Dong guys hehe.. gue lupa semalem eh inget baru tadi pagi" Haris datang dengan buku tugas matematikanya, Jevan? anak itu sudah mengerjakan semalam.

"Karna gue baik gue kasih liat deh" Arfa menggeledah tas nya, dan langsung menyerahkan tugas yang sudah ia salin dari buku Alta tadi malam.

Haris tersenyum melihat tulisan Arfa, masih bisa di baca tapi kenapa banyak tip ex di situ, padahal kan Arfa hanya menyalin.

"Masih bisa di baca sih cuma nggak aestetic aja"

"Nggak usah protes, kalo kata mas Alta ini tu seni" Haris hanya mengangguk dan membawa buku Arfa ke bangku kosong di sebelahnya.

"Mas nanti pulang mampir taman dulu ya" Celetuk Arsa tiba-tiba yang membuat Alta meletakkan Hp nya.

Kalo Arsa yang meminta atau menyuruh ia sih fine-fine aja, apasih yang nggak buat Arsa. Tapi kalau Arfa yang meminta bisa beda masalahnya.

"Emang mau beli apa Sa?" Tanya Arka.

"Pengen beli ice cream hehe" Cengirnya yang membuat Alta bangkit dan mengusak rambut Arsa sebelum kembali duduk.

"Tiba-tiba pengen ice? tumben?"

"Tadi kan ada yang bilang kalo Arsa main ke situ nanti di kasih ice cream 5.. Arsa pengen" ucap nya pelan di 2 kata terakhirnya.

"Boleh deh tapi jangan 5, satu aja oke?" Arsa mengangguk dan memainkan Hp nya.

"Gemes banget adeknya siapa sih?" Gumam Arfa ya tadi mendengar ucapan ketiga kembarannya.

Ia mengakui bahwa dirinya dan si bungsu memang hanya berjarak 5 menit, tapi kenapa beda sekali kelakuannya?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!