00.02

Wanita mana yang tak bahagia bila melihat anaknya tumbuh dengan rasa bahagia di setiap harinya, anaknya yang terus tertawa dan bermain bersama menjadi penghibur dirinya.

Tak dapat ia bayangkan bila mana anak-anaknya sudah tumbuh dewasa dan ia tak akan bisa melihat senyum mereka setiap waktu, tawa mereka yang bagaikan candu.

"Bubun melamun?" Tarikan kecil pada bajunya membuat nya menurunkan pandangan, menatap ke arah salah satu malaikat kecilnya.

"Nggak sayanggg.. cup.. Bunda nggak melamun" Ia memberikan sebuah kecupan lalu menggendong buah hatinya dan berjalan ke ruang keluarga yang nampak ramai.

"INI DI SINI ARFAAA!!"

"KALO DI SITU JELEK MAMASSS! ALFA NDA SUKA!"

"DI SINI AJA!"

"NGGAK!"

"POKOKNYA DI SINII!"

Yora tersenyum dan menggelengkan kepalanya, lihatlah saat kedua anaknya sibuk melempak teriakan, sementara sang ayah malah hanya menyaksikan dengan tawanya.

"Kamu ini yah, kenapa nggak di pisahin" Ia menurunkan si kecil dari gendongannya yang langsung ikut duduk dengan salah satu kembarannya yang sibuk dengan toples berisi biskuit buatan sang bunda.

"Adek mau?" Tawarnya.

"Mau mau.. yang cokelat ya masss"

Sementara kedua anak itu sibuk dengan biskuit nya dua lainnya masih saling melempar tatapan kesal satu sama lain.

"Hey hey pangerannya bunda kenapa berantem?" Yora duduk di antara keduanya.

"Arfa ni bun.. masa dia naruh puzel nya salah! kan jadi jelek!"

"Mamas yang salah! kan benel di sini tempatnya!"

"Sudah-sudah liat Arka sama Arsa aja anteng di sana.. kok Alta malah berantem sama Arfa" Ucap sang bunda yang langsung membuat kedua anak itu menoleh ke arah Arka dan Arsa.

Melihat biskuit yang di makan kedua kembarannya terlihat enak, Arfa langsung ikut bergabung dan tentu saja di sambut senyum riang Arsa yang langsung memberinya satu biskuit.

"Alta nggak mau gabung?" Anak itu menggeleng dan berpindah posisi ke samping sang ayah, namun Satya langsung memeindahkannya ke pangkuannya.

"Mas masih marah sama Arfa?" Tanya sang kepala keluarga.

"Nggak! Alta cuma kesel aja! Arfa susah di bilangin!" gerutunya di depan sang ayah, Satya hanya terkekeh pelan dan memanggil Arfa setelahnya.

"Arfa sini sebentar dek" Bocah gembul itu bergegas menghampiri sang ayah.

"Kenawpa yawh?" Tanyanya dengan mulut yang masih mengunyah biskuit.

"Baikan sama mamas ya?"

"Tapi mamas juga nakal!" Sungut nya tak terima.

"Iya.. dua-duanya sama-sama salah.. sekarang baikan sama-sama oke"

Kedua anak ayam itu melihat satu sama lain dan secara tiba-tiba Arfa menubruk mamasnya sembari mengucap maaf.

"Maafin Alfa malah-malah sama mamas tadi.. janji deh nggak malah-malah sama mamas lagi"

"Maafin Alta juga ya Arfa.. udah marahin tadi"

Melihat kedua saudaranya sedang berpelukan si bungsu tertarik untuk ikut bergabung, entah apa yang ia pikirkan hingga ikut meminta maaf.

"Maafin Alsa juga ya mamas kalo nakal celama ini.. Alsa janji nda akan nakal lagi" Dengan pelukan erat ia memeluk kedua kembarannya.

Arka? anak itu memilih duduk di pangkuan sang ayah sembari melihat pemandangan saudaranya yang tengah berpelukan.

"Adek kan nggak ikut berantem tadi, kok ikut minta maaf?" Yora terkekeh pelan setelah mengucapkan itu.

"Oh iya! kan Alsa nda ikut belantem tadi!" Cengiran khas nya keluar membuat kembarannya yang lain tertawa, termasuk sang ayah dan bunda.

"Terus bahagia dan tumbuh bersama malaikatnya bunda" gumam Yora.

•~•

Dengan perlahan Yora memasuki rumahnya dan langsung di suguhi dua pemandangan yang amat berbeda, bagaimana tidak.. dua anaknya saling berdebat sedangkan dua lainnya asik melihat Tv.

Ia memijat pelipisnya pelan namun senyum tak luntur dari wajahnya, anak-anaknya sekarang sudah besar tapi kelakuannya masih sama saja seperti 12 tahun yang lalu.

"Arfa lo nggak usah mulai ya!"

"Ya kan gue cuma nanya mas! telur sama ayam itu duluan mana? eh lo nya malah ngegas!"

"Ya gimana nggak ngegas! lo nya di kasih tau malah ngeyel!"

"Ya karna jawabannya itu telur dulu! lo malah jawab ayam! ya kan salah!"

"Di mana-mana pasti ayam duluan yang keluar! Allah nyiptain makhluknya kan berpasangan! ya kali telur jantan sama telur betina! yang ngerawat siapa coba!" Jelas Alta menggebu-gebu.

"Tau dari mana lo mas! pasti cuma ngarang! ngaku nggak!"

Entahlah.. mungkin karna Yora lelah dengan keramaian mereka ia cepat-cepat menengahi keduanya, sebelumnya ia melirik Arsa yang tidur dengan paha Arka sebagai bantalnya.

"Hey Hey anak-anak ganteng bunda astagfirullah kenapa berantem.. rame banget bunda rasa rumahnya sama suara kalian"

"Arfa ni bun! nanya nggak ber mutu banget!"

"Ya kan apa salahnya bertanya? ya kan bun?"

"Udah-udah.. liat itu Arsa nya tidur kasian kalo kebangun" Kedua kembar itu menoleh ke arah si bungsu yang masih terlelap, apa sang adik tidak terganggu dengan suara mereka?

"Mereka emang nggak peka bun kalo udah berantem" Ucap Arka dengan tangan yang memainkan rambut sang adik.

Yora beralih ke arah Arka dan Arsa, mengelus surai itu pelan.

"Nggak main capek-capek kan tadi sewaktu bunda tinggal?" Tanya Yora yang mendapat gelengan ketiganya.

"Panas lagi bun?" Tanya Alta yang mulai mendekat.

"Cuma anget, udah dari tadi tidur mas?" Tanya nya pada Arka.

"Sekitar 15 menit yang lalu mungkin bun, dia nggak bilang apa-apa kok tadi, nggak ngeluh pusing juga" Terang Arka, Yora hanya menggangguk.

"Bunda ke atas dulu ya mau beres-beres, sebentar lagi ayah pulang, jangan berantem lagi!" Pesannya, ketiga anak ayam yang sudah remaja itu mengangguk patuh.

Setelahnya mereka semua bungkam, Arka yang sibuk dengan memainkan rambut Arsa, Alta yang sibuk dengan laptop yang di ambilnya tadi, dan Arfa yang menonton si kembar botak di TV.

Dan benar apa yang dikatan sang bunda, tak lama sang ayah datang dengan plastik putih di tangan kanannya, aromanya sepertinya mereka kenal.

"Assalamualaikum Chicken kid's"

"Waalaikumsalam, sory ni ya yah kita udah jadi ayam jago bukan anak ayam lagi" Ucao Arfa yang sudah duduk di karpet bawah bersama yang lain.

"Ayam jago se usia kalian itu suaranya masih mampet di tenggorokan, belum bagus" Ucap satya yang membuat ketiganya mencibir.

"Iya in lah takut di kutuk sama kakek moyangnya ayam" Ucap Alta yang membuat Satya menghela nafas.

Ia menaruh bungkusan yang ia bawa di hadapan ke empatnya, melirik Arsa sebentar sebelum bertanya.

"Sakit?"

"Nggak, cuma capek aja paling" Ucap Arfa ya sudah membuka kotak yang di bawa sang ayah.

Martabak

"Aduh ayah tau aja lagi pengen martabak Arka nya" Ucap si kedua yang masih pada posisinya.

"Ya udah di makan, bangunin adeknya ayah mau ke atas, bunda udah pulang kan?" Mereka hanya mengangguk.

"Saaa ada martabak" Arka mengguncang pelan tubuh sang adik.

"Eunghhhhh"

"Nanti gue habisin kalo lo nggak bangun Sa.. liat aja" Mengenal siap pemilik suara itu Arsa dengan cepat terduduk dengan muka bantalnya, bahkan matanya masih terpejam.

"Pelan-pelan.. pusing nanti" Alta menggeleng melihat Arsa yang sudah bergerak membuka kotak lainnya, padahal terlihat bahwa matanya susah terbuka.

"Siapa yang bawa mas?" Tanya si bungsu.

"Ayah"

"Tumben lo tidur Sa? pusing? sakit?"

"Nggak elah, cuma capek dikit" Arsa mengambil satu potong namun ia kembalikan lagi, ia berdiri dan menuju dapur membuat tiga lainnya mengeriyit bingung.

Tak lama ia datang dengan piring dan garpu serta air putih di dalam botol minum yang lumayan besar.

"Biar tetep slayy ya Sa?"

"Hehe iya dong"

Dan ya mereka menikmati martabak yang dibawakan sang ayah, tak lama Satya dan Yora juga ikut bergabung di bawah, menghabiskan martabak itu dengan sedikit bumbu cerita dan tawa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!