Rencana Ritual 17 tahun

Suara ngiungan mobil ambulan mulai terdengar dari kejauhan, mereka semua pun menunggu ambulan itu tiba.

Setelah ambulan itu sampai Danu, Surya serta rekan kerja yang lain membantu para korban masuk ke dalam ambulan begitu juga Anwar yang terkena ranting pohon yang cukup besar di bagian kakinya menyebabkan kaki kanan Anwar patah.

Semua Korban yang meninggal dan cedera berat masuk ke dalam ambulan.

Ambulan pun mulai di jalankan mereka semua di bawa ke puskesmas yang berada di desa Kemomong.

30 menit kemudian ambulan sudah sampai di puskesmas, Anwar segera di beri pertolongan oleh petugas puskesmas.

Setelah selesai Anwar di obati, ia mencoba menelepon pak Rehan untuk memberitahukan kabar duku kembali.

“Hallo Pak Rehan.”

“Iya Anwar! Ada apa?” 

“Begini Pak, seperti saya tidak bisa melanjutkan proyek pembangunan pabrik sawit ini. Seperti saya akan membatalkan proyek pembangunan pabrik sawit milik Pak Rehan!” Anwar yang menegaskan.

“Kenapa bisa di batalkan perjanjian kita bagaimana!” ucap pak Rehan di telepon dengan marah.

“Saya akan mengembalikan semua uang DP yang saya terima dari Bapak!” 

“Tidak bisa seperti ini Anwar, kamu tidak boleh lepas tangan. Jika kamu mau membatalkan semua ini kamu harus mencari pekerja lain untuk melanjutkan proyek itu,” sahut pak Rehan yang kesal.

“Begini pak, sudah banyak pekerja saya yang menjadi korban pembangunan pabrik ini. Dari kemarin hingga sekarang banyak yang meninggal pak enam orang pekerja saya yang meninggal akibat pembangunan pabrik ini, dan termasuk saya Pak yang hampir saja.” Anwar yang menjelaskan di dalam telepon.

“Pokoknya saya tidak mau tahu, kesepakatan kontrak kerja sudah kamu tanda tangani, walau pun kamu mengembalikan semua uang tapi saya minta tanggung jawabmu untuk mencarikan pekerja lain jangan main lepas tanggung jawab saya.”

“Baik Pak saya usahkan dalam seminggu ini, saya akan mencari pengantinya. Dan dalam seminggu ini saya minta kebijakan Bapak saya bersama tim saya tidak dapat melanjutkan proyek pembangunan ini, tadi di saat salah satu pekerja sedang memotong pohon besar pohon itu jatuh ke tempat kita Pak. Lima dari mereka meninggal dunia dan kaki saya patah pak,” Anwar yang mencoba menjelaskan.

“Baiklah kalau begitu Anwar, saya akan beri waktu seminggu untuk kamu mencarikan pengantinya, saya sudah habis banyak untuk membangun pabrik itu yang tidak kunjung selesai.”  

“Baik Pak terima kasih atas kompensasi Bapak Rehan,” ujar Anwar menutup telepon pak Rehan.

Anwar pun menelepon pekerja lain yang masih bekerja di sana, bahwa besok mereka tidak bekerja kembali. Karena Anwar sendiri mengalami cedera parah butuh untuk dirinya menyembuhkan kakinya yang patah.

Rasa sedih terlihat dari raut wajah para pekerja lain, melihat teman-teman mereka yang menjadi korban belum lagi mereka di haruskan berhenti karena Anwar tidak sanggup lagi menjalankan proyek pabrik sawit ini.

Keesokan harinya semua pekerja bersiap-siap untuk pulang ke rumah mereka masing-masing di tambah lagi para jenazah yang akan di pulangkan kepada keluarga mereka.

Pembangunan pabrik itu menjadi terbengkalai kembali sampai detik ini tidak ada satu orang pun yang berhasil membangun proyek pabrik sawit itu.

Kabar terjadinya kecelakaan kerja dan perginya para pekerja di dengar sampai ke telinga Pak Kuncoro.

Pak Kuncoro adalah kepala desa di desa Kemomong, ia mempunya 2 anak gadis yang sangat cantik yang bernama Sekar Ningrum, dan Ningsih Kencana.

Sekar memiliki kepribadian lembut, pendiam, dermawan, rajin, terbandang terbaik dengan kakaknya Ningsih yang mempunya kepribadian keras kepala, iri hati, egois dan pemalas.

Kedua anak gadis Kuncoro mempunya peran masing-masing di saat ibu mereka telah meninggal ketika melahirkan Sekar.

Di siang itu Kuncoro berserta warga desa lain sedang asyik mengobrol di pelataran rumah Kuncoro mengenai para pekerja proyek serta rencana ritual anak gadis dan perjaka yang menginjak usia 17 tahun 

“Ningsih!” teriak Kuncoro memanggil anak gadisnya itu.

Ningsih pun keluar dari kamarnya.

“Ada apa sih Pak?” sahut Ningsih yang merasa terganggu.

“Tolong buatkan kopi Nduk?” pinta Kuncoro.

“Bapak kan bisa minta tolong sama Sekar Pak, Ningsih masih ngatuk Pak, mau lanjut tidur lagi,” sahut Ningsih yang meninggalkan Kuncoro.

Kuncoro hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan anaknya.

Ningsih pun mendatangi Sekar yang tengah memasak makan siang untuk mereka.

“Eh Sekar, tuh bikinin bapak kopi aku mau lanjut tidur, mengganggu saja lagian bapak nih hobi banget ngobrol sama orang-orang desa!” ucap Ningsih yang kesal pergi menuju kamar melanjutkan tidurnya kembali.   

“Tapi Mbak Ning, aku belum selesai masak,” sahut Sekar.

“Alah. Tinggalin aja dulu nggak bakalan kabur juga itu makanan! Cepetan bikinin kopi sana!” Ningsih berlalu meninggalkan Sekar.

Sekar mendengus, ia berdiri dan membuatkan kopi lalu mengantarkannya ke teras rumah, saat ia mengantar kopi ia tidak sengaja mendengar pembicaraan Kuncoro beserta warga.

“Sudah banyak korban di tempat itu!” ucap salah satu warga.

“Benar. Bahkan terakhir ada empat orang yang meninggal sekaligus.”

“Mereka tidak ingin mengikuti adat kepercayaan desa kita. Sampai kapan pun proyek itu tidak akan selesai,” sahut Kuncoro.

“Ini Pak kopinya,” ucap Sekar.

“Terima kasih Nak sekar kopinya,” ucap salah satu pria.

Sekar membungkukkan badan sambil tersenyum pada pria paruh baya itu dengan sopan.

 “Pak memangnya ada yang meninggal?” tanya Sekar kepada Kuncoro.

“Iya. Sudah kamu masuk ke dalam!” 

“Bapak. Sekar kan juga ingin tahu,” Sekar berjalan masuk ke dalam dapur.

“Dua minggu lagi kita akan mengadakan ritual untuk putri bapak Agus, putra bapak Amir dan pak Minto yang sebentar lagi beranjak 17 tahun.”

Mendengar hal itu Sekar teringat akan ritual saat umurnya masuk 17 tahun, ia memandangi jari tangan kirinya lalu bergidik ngeri. Ia pun kembali ke dapur untuk melanjutkan aktivitas memasaknya.

Hingga hidangan siap, Sekar memanggil Ningsih dan Kuncoro untuk makan siang.

“Mbak? Mbak Ningsih ayo kita makan!” panggil sekar dengan nada keras 

“Pak ayo kita makan dulu.”

Mereka bertiga pun duduk bersama di meja makan untuk menyantap masakan yang sudah di masak oleh Sekar

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

kenapa ya Sekar Jadi ngeri ketika dia melihat jari tangan kirinya

2022-12-30

0

Nm@

Nm@

Ada apa dengan jari tangan kiri sekar?

2022-12-28

0

sella surya amanda

sella surya amanda

next

2022-12-05

0

lihat semua
Episodes
1 Kecelakaan Kerja
2 Makhluk penyuka darah
3 Rencana Ritual 17 tahun
4 Pekerja proyek baru
5 Perjalanan menuju desa Kemomong
6 Jangan sembarang di hutan
7 Diganggu Pocong
8 Terkena wisa
9 Dikelilingi pocong
10 Mimpi buruk
11 Pergi ke ritual desa Kemomong
12 Acara ritual
13 Pelaksanaan ritual 17 tahun
14 Sejarah desa Kemomong
15 Kondisi Rian memburuk
16 Kabar Duka
17 Kedekatan Bagas dengan Sekar.
18 Ritual kematian warga
19 Proses pemakaman
20 Menguak misteri
21 Penemuan mayat
22 Perjalanan menuju hutan
23 Tumbal
24 Penemuan jasad Niko
25 Dugaan bunuh diri
26 Hasutan Ningsih
27 Mengajak Sekar ke kota
28 Mendatangi mbah Seno
29 Pelet
30 Kemarahan Adit
31 Pengaruh pelet telah hilang
32 Ritual Ningsih dengan mbah Seno
33 Penyesalan Ningsih
34 Dendam mbah Seno
35 Kematian
36 Kedatangan Mbah Cokro
37 Mengobati Adit dan Bagas
38 Evakuasi korban
39 Rencana pernikahan
40 Kehamilan Ningsih
41 Mengandung bayi iblis
42 Misteri kehamilan Ningsih
43 Menyelamatkan Ningsih
44 Rencana lamaran
45 Keris untuk Adit
46 Ilmu hitam
47 Makna pesan mbah Cokro
48 Keris Peninggalan Cokro
49 Jumat keliwon
50 Kehadiran mereka
51 Pergi Ke Kota
52 Melamar Sekar dan Ningsih
53 Penolakan
54 Para mayat kembali bangkit
55 Teror mayat hidup
56 Mengajak warga beribadah
57 Kematian yang mengenaskan
58 Pemakaman mbah Seno
59 Makhluk hitam bertanduk
60 Kehamilan Sekar dan Ningsih
61 Tamat
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Kecelakaan Kerja
2
Makhluk penyuka darah
3
Rencana Ritual 17 tahun
4
Pekerja proyek baru
5
Perjalanan menuju desa Kemomong
6
Jangan sembarang di hutan
7
Diganggu Pocong
8
Terkena wisa
9
Dikelilingi pocong
10
Mimpi buruk
11
Pergi ke ritual desa Kemomong
12
Acara ritual
13
Pelaksanaan ritual 17 tahun
14
Sejarah desa Kemomong
15
Kondisi Rian memburuk
16
Kabar Duka
17
Kedekatan Bagas dengan Sekar.
18
Ritual kematian warga
19
Proses pemakaman
20
Menguak misteri
21
Penemuan mayat
22
Perjalanan menuju hutan
23
Tumbal
24
Penemuan jasad Niko
25
Dugaan bunuh diri
26
Hasutan Ningsih
27
Mengajak Sekar ke kota
28
Mendatangi mbah Seno
29
Pelet
30
Kemarahan Adit
31
Pengaruh pelet telah hilang
32
Ritual Ningsih dengan mbah Seno
33
Penyesalan Ningsih
34
Dendam mbah Seno
35
Kematian
36
Kedatangan Mbah Cokro
37
Mengobati Adit dan Bagas
38
Evakuasi korban
39
Rencana pernikahan
40
Kehamilan Ningsih
41
Mengandung bayi iblis
42
Misteri kehamilan Ningsih
43
Menyelamatkan Ningsih
44
Rencana lamaran
45
Keris untuk Adit
46
Ilmu hitam
47
Makna pesan mbah Cokro
48
Keris Peninggalan Cokro
49
Jumat keliwon
50
Kehadiran mereka
51
Pergi Ke Kota
52
Melamar Sekar dan Ningsih
53
Penolakan
54
Para mayat kembali bangkit
55
Teror mayat hidup
56
Mengajak warga beribadah
57
Kematian yang mengenaskan
58
Pemakaman mbah Seno
59
Makhluk hitam bertanduk
60
Kehamilan Sekar dan Ningsih
61
Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!