Malam disertai hujan deras mengguyur seluruh desa kemomong, semua pekerja sedang bersantai di mes. Sedangkan Rohim sendiri pun sedang beristirahat di mes.
Karena desa itu sangat cukup jauh dengan kota membutuhkan waktu 6 jam untuk sampai di kota sehingga Rohim dapat di pulangkan besok pagi.
Malam semakin larut di tambah lagi hujan yang tidak berhenti mengguyur desa itu.
Membuat semua pekerja tertidur dengan lelap, termasuk Rohim.
Mereka semua tidak menyadari bahwa makhluk yang menjilat darah Rohim menghampiri dirinya kembali ke dalam mes.
Mahluk itu bertubuh besar berbulu hitam, mempunyai dua tanduk kecil di kelapa, matanya merah serta jika menyeringai akan terlihat taring-taring yang panjang dan penuh dengan darah di mulutnya.
Malam semakin larut para pekerja proyek sudah tertidur lelap, makhluk itu datang menghampiri Rohim yang tengah tertidur.
Mahluk itu mengendus-endus luka Rohim yang berbau amir, karena darah di tangan Rohim masih keluar sedikit di perban yang ia pakai.
Dari mengendus sampai akhirnya makhluk itu mulai menjilat lalu menghisap darah Rohim.
Rohim merasakan tubuhnya semakin lama semakin lemas akibat darahnya di hisap makhluk itu. Rohim pun tidak dapat membuka matanya apa lagi mengerakkan tubuhnya yang ia rasakan hannyalah lemas.
Sampai wajah Rohim mulai pucat memutih seperti mayat hidup. Ketika makhluk telah selesai menghisap semua darah Rohim ia pun pergi.
***
Keesokan harinya semua pekerja proyek telah bangun dan bersiap-siap ingin bekerja.
Namun ada salah satu dari mereka yang melihat Rohim tidak kunjung bangun.
Teman Rohim mulai merasakan keanehan kepada Rohim, ia melihat tubuh Rohim pucat seperti mayat.
Akhirnya teman Rohim berinisiatif untuk membangunkan Rohim.
“Rohim, ayo bangun,” ujar teman Rohim yang mengerak-gerakan tubuh Rohim agar bangun.
Namun Rohim tidak kunjung bangun, ia masih di posisi terlentang tidak bergerak.
Lalu teman Rohim yang mulai curiga mencoba mengecek denyut nadi Rohim.
“Innalillahi wainna ilaihirojiun,” sahut teman Rohim.
Teman Rohim pun segera memberitahukan kepada Anwar, dia berlari mencari Anwar memberitahukan kabar duka Rohim.
“Pak Anwar. Rohim, pak!” sahut teman Rohim dengan nafas yang cepat mendatangi Anwar di luar mes.
“Ada apa dengan Rohim?” tanya Anwar.
“Rohim telah meninggal Pak?” sahut teman Rohim.
Anwar yang terkejut mendengar kabar duka itu bergegas mendatangi Rohim.
Setelah sampai di tempat Rohim tidur Anwar mengecek denyut jantung Rohim dan benar saja. Denyut jantung Rohim telah berhenti dan Rohim pun dinyatakan meninggal dunia.
Semua teman kerja Rohim merasa sedih dan kehilangan sosok Rohim.
Suasana suram penuh duka menyelimuti seluruh ruangan mes yang hanya beberapa petak itu Dengan bibir yang bergetar menahan duka Anwar berusaha menghubungi mobil ambulan untuk segera membawa jasad Rohim ke desa terdekat.
30 menit berlalu dari kejauhan terdengar ngiungan sirine ambulan, Anwar dan para rekannya mengangkat tubuh Rohim dengan tandu yang di buat seadanya dari bambu dan kain sarung, karena mobil ambulan tidak bisa masuk ke area mes.
Pengangkatan tubuh Rohim berjalan dramatis di sertai hujan deras yang tak kunjung berhenti sejak tadi malam dan petir yang bersahut-sahutan. Mereka berusha berjalan sembari memanggul jasad Rohim dengan ke adaan jalanan yg licin dan berlumpur hingga mereka sampai di mobil ambulan.
Tubuh Rohim di masukkan ke dalam mobil, Anwar dan salah satu rekan Rohim juga ikut masuk ke dalam mobil. Mobil ambulan pun melaju menuju puskesmas desa.
Mobil ambulan sampai di depan puskesmas. Di sana sudah ada beberapa perawat yang siap siaga menyambut jasad Rohim.
Jasad Rohim di turunkan dan langsung di bawa ke sebuah ruangan untuk segera dimandikan kebetulan puskesmas tersebut memiliki fasilitas yang terbilang cukup lengkap.
Anwar menghubungi pihak perkebunan serta keluarga Rohim untuk mengabarkan berita duka tersebut. Dari pihak perkebunan langsung turun tangan atas kejadian itu mereka mengirimkan ambulan beserta peti mati untuk mengirim jenazah Rohim ke rumah duka.
Besoknya, pekerjaan proyek pabrik itu berjalan kembali seperti biasa, pekerjaan Rohim akhirnya di gantikan oleh rekan kerjanya yang bernama Danu, semua peralatan telah di siapkan dan si periksa secara seksama agar tidak ada lgi kejadian yang tidak di inginkan lagi.
Danu mulai mencoba mesin pemotong itu dan bekerja tanpa kendala, ia mematikan mesin tersebut dan mulai berjalan masuk ke dalam hutan untuk menebang beberapa pohon yang belum sempat di tebang bersama beberapa rekannya dan juga Anwar.
Mereka mulai mengikat pohon tersebut dengan tali tambang yang sudah mereka sediakan sebelumnya. Danu juga mulai menyalakan mesin pemotong itu beberapa orang sudah siap sedia untuk memegangi tali tambang itu agar pohon itu tumbang di tempat yang di tentukan.
Sedangkan Anwar bertugas memantau pekerjaan anak buahnya. Danu mulai menyalakan mesin dan memotong pohon itu dengan perlahan. Suara bising dari mesin itu terdengar menggema serbuk-serbuk kayu mulai berjatuhan. Danu dengan hati-hati memotong pohon tersebut hingga hampir terpotong setenghnya.
Danu terus memotong hingga pohon itu mulai miring, beberapa orang mulai siap memegangi pohon tersebut. Namun, angin kencang tiba-tiba berembus ke arah pohon dan pohon itu mulai patah tapi jatuh tidak di tempat seharusnya.
Pohon itu seakan berbalik arah dan menimpa 5 orang yang sedang memegangi tali tambang termasuk Anwar.
“Awas! Lari! Lari!” teriak Danu.
Tidak sempat menghindar, mereka semu tertimpa pohon besar itu terdengar suara teriakan beberapa detik dan tiba-tiba senyap.
Danu histeris dan berteriak meminta pertolongan. Tanah merah yang masih basah itu bercampur dengan darah yang menggenang di area sekitar pohon.
“Pak Anwar! Pak Anwar tidak apa-apa?” ucap Danu yang melihat Anwar lolos dari maut.
“Sudah jangan pikirkan saya. kamu lari keluar minta bantuan dulu!” sahut Anwar yang terbaring di tanah.
Danu berlari sekencang mungkin dan meminta pertolongan pada tekannya yang lain yang ada di mes.
“Tolong! Tolong!” teriak Danu.
“Ada apa ?” tanya Surya salah satu rekan Danu.
“Ada yang tertimpa pohon.”
“Astagfirullah. Ayo kita ke sana!” ucap Surya mengajak semua rekannya
“Ada berapa orang?” tanya Surya.
“Semuanya termasuk pak Anwar!” ucap Danu dengan wajah yang pucat.
Mereka semua terkejut melihat kondisi rekannya, ada yang berbalik karena tidak kuasa melihat kondisinya ada yang terduduk lemas.
“Ayo panggil ambulan cepat!” teriak Surya.
“Ada apa sebenarnya dengan tempat ini!” ucap Surya sambil terduduk lemas.
Surya menyuruh dua temannya untuk menurunkan dua mesin forklif untuk mengangkat pohon besar tersebut
Mesin forklif di turunkan ke area tumbangnya pohon, dengan berhati-hati mereka mulai mengangkat pohon tersebut dan memundurkan mesin forklif itu agar pohon itu berpindah untuk memudahkan mereka mengangkat tubuh para rekannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Bagus Prakoso
amis kah thor?
2024-04-11
0
Kustri
harus'a ada acara "permisi" dl,
2024-04-04
0
Putri Minwa
aduh kasihan ya dengan nasib Rohim dia meninggal karena kehabisan darah dihisap oleh makhluk halus.
2022-12-30
0