"Pelet?" tanya Melati, wajah cantik itu terlihat sedang mengadu alisnya.
"Ya, kau bisa memeletku hingga aku tergila-gila padamu. Seperti saat ini aku selalu tergila-gila padamu." ucap Arka terus merayu dan melancarkan aksinya.
"Melati tidak memeletmu Mas Arka." jawabnya lembut, tanpa sadar Melati juga ikut terhanyut dengan permainan Arka.
"Aku tidak peduli Sayang." jawab Arka di depan wajah cantik Melati yang kini berhadapan dengannya.
Hingga tiga puluh menit selanjutnya, mereka sudah duduk di kursi dengan menyandar lelah. Arka meraih tubuh ramping Melati ke dalam pelukan hangatnya. Mengecup puncak kepala Melati cukup lama, Arka sungguh sedang berbunga-bunga sore ini, wajahnya berseri dengan binar cinta terlihat jelas di matanya. Bibir tebal miliknya tertarik dengan hidungnya ikut mengernyit menggoda, tak henti ia memandang wajah melati yang lemas dan tangan kecilnya melingkar di perut Arka.
"Mas pulang ya." ucapnya lembut. Tumben sekali laki-laki seperti Arka pamit pulang lebih dulu, biasanya menunggu Ibu datang baru ia pergi.
"Iya Mas." jawab Melati, ia beranjak dari pelukan Arka. Sungguh ini adalah sore yang berbeda, aroma tubuh Arka begitu menyejukkan dan menenangkan ketika hidungnya terbenam di dada bidang Arka. "Nanti malam?" tanya Melati.
"Aku tidak datang ke sini, kau istirahat saja besok Mas jemput." jawab Arka cepat, ia benar-benar mengerti keadaan Melati.
Melati mengangguk senang. Seandainya saja Arka selalu seperti itu, mungkin mulai saat ini dia seperti itu. Melati tersenyum, ternyata rasa cinta itu masih cukup besar, mungkin sempat berpikir ingin putus adalah sekedar rasa bosan.
Malam yang gelap.
Ya, selalu gelap karena bola lampu listrik di depan sedang mati, yang ada hanya lampu-lampu rumah warga yang terangnya tidak seberapa. Waktu sudah menunjukkan pukul 21:00, artinya Arka benar tak datang malam ini. Tapi mendadak Melati mengingat Arka hingga sangat merindukannya, teringat tadi sore terjadi kegiatan panas yang benar-benar berbeda dari akhir-akhir ini. Arka sangat manis, lembut dan, luar biasa, Melati menggigit bibirnya sendiri. Entah mengapa Melati ingin merasakan itu lagi, ingin selalu bersama Arka dan menghabiskan malam panjang bersama pria tampan itu, sepertinya akan sangat bahagia.
Lama melamun dengan sejuta bayangan bercinta dengan Arka, semakin membuat gadis itu gelisah, walaupun akhirnya ia tertidur di jam yang sudah larut.
"Mel!" suara itu lembut dan memanggil dengan sangat dekat di telinganya.
Melati menoleh, ia melihat tempat yang tak asing, tapi entah dimana dan kapan ia pernah ke sana. Dan melihat seseorang sedang berdiri di remang-remang cahaya sudut ruangan yang panjang dan luas itu.
Pria itu tersenyum lembut, menampakkan sejuta pesona yang menciptakan angin segar di wajah Melati. Melati terpesona dan tanpa sadar membalas senyumannya, manis sekali.
"Kau sendirian?" tanya pria itu lembut, perlahan ia mendekat dan meraih tangan Melati.
Melati tak menjawab, ia begitu menikmati pemandangan yang sempurna, wajah pria itu sungguh-sungguh sempurna.
Pria itu juga tak sedetikpun berpaling dari wajah Melati, tatapan mesra penuh cinta itu seakan menusuk jantung dan hati Melati, membuat wanita cantik itu pasrah dan bersedia dengan genggaman tangan pria tampan tapi tak tau siapa.
"Lihatlah, bulan begitu indah malam ini." ucapnya dengan suara halus dan merdu membuat Melati seakan sedang di sentuh.
"Aku suka." Melati hanya bisa menjawab itu. Ia menyandar di bahu pria tampan itu, menikmati rembulan yang utuh di atas ketinggian gedung yang menjulang tanpa rasa takut, bahkan menyandar pasrah pada laki-laki misterius itu, pelukannya sungguh menghangatkan jiwa Melati. Jauh berbeda dengan Arka, tapi Melati tak sempat memikirkan Arka. Ia bahkan lupa segalanya ketika sudah melihat wajah tampan pria itu, terlebih lagi saat ini mereka sedang berdekatan begitu mesra.
Tangan pria itu mengerat, dan kemudian yang sebelahnya ikut mengusap bahu Melati dari depan, sungguh perlakuan romantis yang tak pernah di dapat Melati di dunia ini. Ia mendekap erat agar Melati di tak kedinginan, hingga hujan rintik turun membuat pria itu menengadah langit, ia segera menggendong Melati membawanya masuk di sebuah ruangan. Awalnya sangat gelap sekali, tapi kemudian sampai di sebuah kamar yang sederhana namun nyaman untuk beristirahat. Laki-laki tampan itu meletakkan tubuh Melati di atas kasur bersih dan rapi.
"Ini rumah siapa?" tanya Melati pelan, tapi sekalinya menatap mata pria itu ia akan lupa segalanya bahkan tak butuh jawaban apapun.
"Ini rumahku." jawabnya halus, kembali membelai wajah Melati dengan sangat lembut, lama ia membelai dan mengusap rambut halus Melati. Seperti itu saja sudah membuat Melati melayang, tapi sungguh pria itu sangat menikmati wajah cantik Melati, ia tak berniat menyentuh Melati lebih jauh padahal di posisi itu bisa saja ia melakukan semuanya. Tapi malah hanya membelai wajah Melati penuh kasih sayang, matanya sungguh memancarkan cinta luar biasa yang membuat Melati balas memujanya.
"Setulus itukah kau mencintaiku" ucap Melati dalam hati, namun sepertinya pria itu mendengar apa yang sedang Melati ucapkan di dalam hati. Sehingga bibir pria tampan itu semakin tertarik membentuk senyum manis.
"Akulah yang selalu mencintaimu Melati, Aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu." ucapnya seperti berbisik. Melati memejamkan mata dan membiarkan pria tampan itu membisikkan apa saja di telinganya. ia ingin mendengar lebih banyak kata-kata mesra dari bibir pria yang semakin membuat jiwanya penasaran, ingin sekali merasakan di dekap olehnya.
Benar saja, pria itu memeluk Melati dengan pelan dan lembut, mengusap dan membelainya sepenuh hati. Indah sekali malam itu terlewati, hanya habis dengan rasa syahdu dan perlakuan romantis dari pria tak di kenalnya.
Melati ingin membuka mata, tapi pria itu tak mengizinkan Melati, ia mengecup mata indah Melati dan sejenak kemudian mengecup bibir Melati lembut, hanya sekilas namun sepertinya membuat Melati merasakan kepuasan dalam dirinya, nikmat dan membuat ia melambung tinggi. Bergetar dan bergejolak rasa itu hingga membuat jantungnya semakin tak karuan, hatinya seperti sedang di penuhi banyak kupu-kupu yang mengaduk-aduk hingga ke dalam perutnya melahirkan rasa bahagia yang tiada bandingnya.
"Hemmh." Melati memeluk pria itu dan merengek manja, membuka matanya dan melihat pria itu sedang tersenyum mesra.
'Ah, dia selalu mesra.' Melati membalas senyumannya, kemudian ia tertidur dalam pelukan hangatnya.
Mata hari menyingsing dengan sinar hangatnya mulai menelusup di gorden sederhana di kamar Melati. Menyilaukan sehingga membuat pemilik kamar itu menggeliat dan bangun dengan tubuh masih ingin menempel di kasur, bahkan banyak itu terasa hangat dan lembut di pipinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments