Hingga di hari seterusnya Melati mulai masuk bekerja, dia menjadi SPG di sebuah Dealer sepeda motor seperti yang di janjikan pamannya. Hari pertama itu membuatnya sedikit bernafas lega, tapi lagi-lagi Arka datang mengawasi, melewati jalan itu berkali-kali, dan menjemputnya di sore hari. Mereka seperti sepasang kekasih yang serasi, tampan dan cantik, sungguh pas sekali menurut orang yang melihatnya.
Cinta? Ya Melati memang mencintainya, bahkan pada awalnya ia sungguh ingin hidup bersama seorang Arka. Wanita mana yang tidak menyukai pria seperti Arka, tampan dan berasal dari keluarga terhormat. Pria yang pernah kuliah di sebuah fakultas seni rupa itu memang mempesona, berkulit putih, mempunyai perawakan tinggi dan gagah, bahkan dia menjadi sosok perhatian para gadis-gadis yang berpendidikan, dan banyak mengundang rasa iri ketika Arka memilih Melati untuk menjadi kekasihnya. Ingatan itu membuat Melati kembali merasa beruntung memiliki kekasih seperti Arka, artinya banyak saingan yang sudah ia kalahkan dan berhasil menjadi milik Arka.
Tapi kembali kesal karena Arka tak kunjung melamar.
"Mas pulang ya." ucap Arka ketika sudah sampai di depan rumah Melati, pria itu tidak mematikan mesin sepeda motornya. Biasanya dia akan ngotot untuk ikut masuk jika sehari tidak bertemu dan mengobrol dengan Melati.
"Terimakasih Mas Arka." Melati menunggu Arka berlalu.
"Masuklah!" perintahnya tak ingin Melati berlama-lama ada di luar, entah jika ia takut ada laki-laki lain yang akan melihat kekasihnya yang cantik dan mengejarnya. Kekhawatiran berlebihan Arka memang sudah sudah biasa, Melati hafal betul wajah dan seringai Arka jika sudah merasa khawatir atas kecemburuan tak beralasan.
"Melati masuk Mas." Melati hanya menurut, karena keinginan Arka yang tak ingin Melati banyak bergaul menjadikan sosok Melati pendiam dan tidak banyak bicara.
Soal orang yang menyukainya, tentu ada banyak lelaki yang menyukai Melati. Bahkan pernah di suatu malam laki-laki tampan dan mapan, seorang dosen di sebuah kampus swasta sedang pulang kampung dan mendengar jika di desa tersebut ada seorang gadis cantik, cukup menghebohkan dan membuat penasaran baginya jika seorang gadis berusia muda dapat membuat para lelaki di desa itu menyebut namanya, mengagumi kecantikannya. Karena penasaran laki-laki muda itu mengajak teman sekelas Melati dahulu untuk bertamu ke rumahnya. Namun sayang disayang, di depan rumah Melati sudah terparkir jelas sepeda motor milik Arka.
Malam semakin larut, entah mengapa kali ini Melati sangat sulit sekali memejamkan mata, gelisah, gerah dan entah apalagi. Rasa mengantuk itu jelas menyerang tapi matanya seperti tertahan sesuatu sehingga menimbulkan rasa lelah ditubuh Melati. Barulah setelah lewat tengah malam Melati tertidur dengan rasa bercampur aduk, disamping ia memang mengantuk, rasa takut juga menghampiri gadis yang tidur sendirian itu. Dari beberapa jam yang lalu selepas isya Anjing melolong mengelilingi rumah Melati, sehingga ia berpikiran yang macam-macam.
"Melati!" suara seorang lelaki memanggilnya dengan lembut sekali.
Melati menoleh mencari sumber suara yang memanggilnya. Lorong sepi dan tak berpenghuni namun jelas baru saja terdengar seorang lelaki memanggil namanya.
"Melati!"
Suara itu kembali terdengar ketika Melati melanjutkan langkahnya, ia berbalik dengan cepat berharap dapat melihat siapa pemilik suara merdu itu.
Seorang wanita cantik bermahkota emas, berpakaian ala kerajaan dengan kulit putih bersih, mata indah dan bibir merah mengembang.
Dan
Disampingnya seorang laki-laki tampan sedang tersenyum manis, menatap mesra seolah memanggil untuk mendekat, tatapan itu seperti tak asing, hangat dan penuh rindu.
Seketika jantung Melati berdetak seperti sedang gugup karena jatuh cinta, tapi dia siapa? Enggan berkedip ketika mata mereka bertemu pandang, indah, sejuk, hangat menjalar di sekujur tubuh melati, belum lagi dekat dan di sentuh olehnya bahkan tatapan mesra laki-laki itu sudah membuat Melati melayang jauh jatuh dalam pesonanya.
"Selamat datang Melati Sayang." suara halus seorang wanita di sampingnya menyapa. Senyum tak henti mengembang menatap dengan penuh kasih sayang. "Mandilah!" perintah namun terdengar lembut.
Melati melihat ada gentong air dengan bermacam-macam bunga wangi semerbak menghanyutkan jiwa ketika menghirupnya. Entah sejak kapan Melati baru menyadari jika tubuh moleknya hanya memakai kain jarik berwarna coklat muda terlilit menutup dada. Rambut Melati tergerai lepas begitu saja dengan kulit mulus mempesona membuat pria tampan itu sulit berkedip mengagumi sosok Melati. Pria itu tak meninggalkan Melati juga tak berpaling ketika Melati duduk dengan berlutut, bersiap-siap untuk mandi di air bunga yang mewangi.
Perlahan guyuran air bunga itu membasahi tubuh Melati, tak merasa dingin di tengah malam ini, tapi juga tak merasa hangat ketika air itu membasahi seluruh tubuh Melati. Larut dalam rasa nyaman diperlakukan seperti seorang putri, di layani dua orang pelayan yang memakai kain sebatas dada dengan rambut tersanggul seperti film legenda. Nafas Melati mulai teratur, memejamkan mata dengan perlahan.
Halus dan lembut.
Rasa sesuatu itu menyentuh dan mengelilingi tubuh melati tanpa terlewatkan, menelusur dari kakinya yang di tekuk, terus ke pinggang rampingnya dan sepertinya sedang membelai, melewati seluruh lekuk tubuh Melati hingga naik ke leher dan terasa begitu lega, Melati membuka mata.
"Ular!" begitu gumam Melati di dalam hati, namun Tak ada rasa takut ketika
menyaksikan ular itu perlahan meninggalkan tubuh Melati, dia hanya melewati tak menyentuh atau menyakiti. Padahal jika di lihat dari ukurannya ular itu bahkan mampu menelan dirinya.
Wanita cantik itu tersenyum manis sekali, entah bagaimana mengungkapkan kecantikannya, bisa di bilang dia seperti bidadari.
"Kau juga cantik sekali Melati." ia berkata seakan menjawab kata-kata Melati di dalam hati.
Namun ia tak menjawab wanita yang baru saja memujinya, ia mencari keberadaan laki-laki tampan yang tadi menemani dirinya, dia sudah tidak ada.
Rasanya setelah mandi tubuh Melati menjadi dingin dan sungguh rasa lelah itu masih menyerang. Tangan lentiknya terulur ke belakang, meraih dan memijat pundaknya sendiri. Ah sepertinya salah bantal!
Matanya terbuka lebar ketika menyadari jika dia sedang berada di kamarnya. Tak ada siapapun dan bahkan posisinya sedang di atas ranjang sederhana miliknya.
"Aku bermimpi." gumamnya berusaha bangun tapi lemas dan berat sekali di sekujur tubuhnya, sehingga ia memutuskan untuk kembali tidur sebentar lagi.
Tok
Tok
"Melati!"
Suara panggilan itu terdengar berkali-kali. Membuat Melati terpaksa bangun karena sepertinya ibu sudah pergi ke ladang sayur.
"Mas Arka." Melati mengusap-usap matanya yang memang belum mandi.
"Kau telat, cepatlah bersiap aku akan mengantarmu." ucap Arka baik sekali.
"Iya Mas Arka." Melati bergegas masuk ke kamar dan segera mandi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Rafa Retha
Sebelum tidur..
cuci kaki, tangan dan basuh muka..
Dan berdoa ya ...
2023-03-26
1