Bukan Malaikat, Tetapi Bidadari

Samar-samar kedua mata yang sedari tadi terpejam akhirnya terbuka dengan  kerjapan beberapa kali ia lakukan. Satu detik, dua detik, hingga tiga detik akhirnya matanya pun membuka sempurna. Dan tampaklah seluruh isi kamar yang menjadi tempatnya tertidur. Mata elang milik Erik mengedar menatap ke arah jendela yang masih tersingkap gorden putih itu. Mentari cerah masih jelas ia lihat saat ini. Yang artinya ia tidur di siang hari bukan malam hari.

Tidak, ini tidak benar. Ia tidak mungkin tidur di siang hari bahkan sampai lupa jika ada kerjaan yang sang penting hari ini. Memilih bekerja sementara di rumah, membuatnya terpaksa harus ke ruangan kerja.

"Sialan kenapa rasanya badanku lemas begini? Apa yang salah dengan tubuhku?" batinnya bertanya-tanya sembari berusaha bangun dari tempat tidur.

"Karlyn?" Suaranya menggema kala mengingat kejadian sebelum akhirnya ia tertidur.

Yah, Erik mengingatnya. Dimana momen saat dirinya selesai sarapan dan duduk sejenak di sisi tempat tidur. Matanya benar-benar redup tanpa bisa ia kendalikan sepenuhnya. Rasa yakin di hatinya membuatnya berlari cepat menuju kamar dimana sang istri di kurung.

"Ah sial!" umpatnya menggeram kesal melihat kamar telah kosong.

"Ini pasti karena perempuan rendahan itu!" Matanya beralih menatap kamar pelayan yang sekali sudah ia gagahi tubuhnya.

"Elis!" Teriaknya sembari menendang pintu kamar wanita yang sangat ia tahu pasti dalang di balik ini semua.

Namun tanpa hambatan pintu itu sudah terbuka lebar tanpa melihatkan ada orang di dalam sana. Tentu saja dada Erik semakin bergemuruh mengetahui jika yang pergi bukan hanya sang istri. Melainkan juga asisten rumah tangga yang beberapa kali mendapat perlakuan tidak mengenakkan darinya.

"Kurang ajar! Berani sekali mereka!" umpatnya yang segera keluar dari rumah dan melajukan mobil ke sembarang arah.

Sayangnya, Elis dan juga Karlyn telah berada di tempat yang tidak dekat lagi. Membuat Erik kesulitan dan tak bisa berpikir harus kemana ia mencari sosok dua wanita yang membuatnya naik darah saat ini.

***

Seorang gadis kecil dengan kursi roda yang mengantarnya berjalan-jalan ke taman membuatnya tersenyum lebar.

"Daddy, kapan yah Jess di suapin Mommy lagi? Kayak adik itu." tunjuknya melihat salah satu anak yang juga berada di sekitarnya tengah bermain dengan saudaranya namun sang ibu terus mengejar dan memberikan makanan.

Mendengar ucapan sang anak, sebagai seorang ayah tentu saja hatinya miris. Di mana ia harus memberikan semangat pada sang anak sementara hatinya pun juga sakit mengingat tingkah sang istri yang lebih memilih pergi meninggalkan mereka usai perceraian sah.

Jesslyn Ebina, anak yang tengah duduk di SD kelas satu terpaksa harus libur entah sampai kapan sebab penyakit yang ia derita leukimia semakin sering kambuh saat ini.

Sementara Gavin Erano, sedorang duda berusia 30 tahun yang terus berusaha menjadi ayah dan ibu terbaik sekali gus untuk sang anak sedikit kesulitan. Sementara dirinya juga harus menjadi seorang presdir di perusahaan miliknya.

"Sayang, Mommy kan sedang sibuk. Nanti jika Mommy sudah meraih cita-citanya pasti akan kembali. Sama seperti Jesslyn juga, kelak ketika Jesslyn lulus SD, terus akan lanjut sampai SMA, kuliah dan akan meraih cita-cita selanjutnya. Sekarang yang Jess pikirkan harus cepat sembuh agar bisa sekolah dan bertemu dengan teman-teman lagi. Oke?" tanya Gavin dengan penuh kasih sayang dan pengertiannya pada sang anak.

Mendengar hal itu tampaknya Jesslyn setuju. Ia ingat jika kepergian sang mommy selama ini adalah untuk menjadi wanita sukses. Tanpa tahu jika kedua orangtuanya memang telah bercerai.

Usai meyakinkan itu semua pada sang anak, Gavin tampak melamun. Ia tak lagi mengajak sang anak bicara. Melainkan hanya mendorong dan terus mendorong kursi roda sang anak.

"Kamu keterlaluan sekali, Rachel. Anak kita tengah berjuang hidup tak bisakah kamu menaruh sedikit saja rasa simpati mu pada Jesslyn? Dimana hatimu sebagai seorang ibu?" jeritan hati Gavin membuat pria itu ingin menangis. Namun, ia begitu di kejutkan dengan suara teriakan dari seorang yang ia sendiri tidak tahu siapa itu.

"Tuan, awaaaas!! Mata Gavin mendadak terbelalak sangat kaget menyadari teriakan yang mengarah padanya.

"Daddy!" Jesslyn pun turut berteriak saat menyadari jika ia sudah berada di area yang tampak turun dari sekitar taman. Taman yang memang di desai dengan danau di sudut lainnya. Rerumputan yang halus membuat Gavin tak sadar jika ia sendiri yang mendorong itu.

"Aaaaa!" Wanita berlari dan mendorong kasar kursi roda milik Jesslyn. Tak perduli anak itu terjatuh di rerumputan setidaknya tidak tercebur ke arah kolam. Bahkan Gavin yang sudah terlepas tangannya dari kursi roda itu sangat syok melihat wanita yang menolong sang anak justru tercebur ke danau yang ia sendiri tidak tahu apakah aman jika masuk ke danau itu.

"Daddy, tolongin tante itu!" Jesslyn bahkan tak perduli dengan kakinya yang sakit sebab terkena kursi roda.

Ia melihat jelas wanita di depan sana tampak kesulitan bernapas, itu artinya ia tidak bisa berenang. Gavin berlari menceburkan tubuhnya.

"Nyonya!" Elis yang panik sangat histeris melihat sang nyonya yang bahkan belum saja sembuh luka di wajahnya sudah mendapat siksaan lain.

Rasanya hidup Karlyn memang di gariskan untuk terus menderita. Hingga akhirnya Gavin berhasil menarik tubuh itu ke dasar danau dengan keduanya yang sama-sama basah.

"Nyonya!" Elis berlari menghampiri.

"Daddy, Tante malaikat!" Jesslyn turut berteriak saat melihat keduanya berhasil keluar dari danau. Sungguh ia sendiri tak tahu jika saja dirinya yang masuk ke dalam danau itu akan seperti apa tubuhnya saat ini terlebih dengan kursi roda yang ia duduki.

"Baju kamu basah? Kamu baik-baik saja kan? Tapi wajah kamu..." Gavin cemas saat melihat wajah wanita yang ia tolong banyak terdapat luka di sana. Bahkan karena terkena air hujan luka itu kembali mengeluarkan darah.

"Tidak, saya tidak apa-apa. Ini luka dari kemarin." ujar Karlyn yang menunduk. Tatapannya menghindar lantaran merasa insecure dengan wajahnya yang penuh luka sementara pria di depannya justru sangat bersih setelah terkena air danau itu.

Yah, Karlyn akui ia sangatlah tampan dan seperti pangeran yang ia lihat saat ini.

"Apa kau baik-baik saja, Cantik?" tanya Karlyn yang justru beralih menatap Jesslyn di atas sana yang di bantu oleh Elis duduk kembali di kursi roda yang tergeletak tadinya.

Bukannya menjawab, Jesslyn tiba-tiba tersenyum melihat ke arah Gavin dan juga Karlyn. "Halo...kok malah senyum?" tanya Karlyn yang membuat Gavin segera menghampiri sang anak.

"Jess, maafkan Daddy. Daddy benar-benar salah saat ini. Maafkan Daddy yah? Apa kamu ada luka? Atau ada yang sakit?" tanya Gavin berusaha memeriksa setiap bagian tubuh sang anak.

"Jess baik-baik saja, Dadd. Ayo Tante kemarilah. Aku ingin tahu apakah kau memiliki sayap di pundakmu?" tanyanya membuat Karlyn mengerutkan kening.

Saat ini Karlyn bisa melihat jika wajah wanita yang bersamanya tidak seperti wajah anak pada umumnya. Bahkan di beberapa lengan sudah ada beberapa kulit yang tampak membiru. Sepertinya ia sudah melakukan cuci darah, itulah pikir Karlyn.

Hingga akhirnya ia pun mendekat dengan pakaian basahnya. Luka di beberapa wajah tak mengurangi kecantikan yang Karlyn miliki. Bahkan Gavin pun menyadari hal itu, namun tak ada perasaan sama sekali yang ia rasakan saat ini.

"Tante tidak memiliki sayap. Berarti Tante bukan malaikat untuk Jess. Tapi Tante adalah bidadari untuk Jess. Terimakasih yah, Tante?" tutur Jesslyn dengan tersenyum senang.

Sementara Gavin yang memperhatikan tubuh Karlyn begitu kedinginan berinisiatif untuk mengajak ke rumah mereka.

"Em sepertinya anda kedinginan. KIta ke rumah saya saja. Biar anda bisa mengganti baju. Takut nanti akan masuk angin." ajak Gavin yang tampak dingin. Bahkan pria itu tak mengatakan terimakasih pada Karlyn. Karena menurutnya sang anak sudah mengatakannya. Dan ia sudah cukup dengan membalas perlakuan baik Karlyn dengan mengajak ke rumahnya membersihkan diri.

"Em tidak usah, Tuan. Saya..."

"Nyonya, tidak baik menolak niat baik orang. Lagi pula kita juga tidak tahu harus kemana. Jadi Nyonya harus berganti pakaian dulu untuk kita melanjutkan perjalanan." ujar Elis yang justru bersuara, Ia berpikir dimana ada peluang ia akan memanfaatkan sebaik mungkin.

Toh yang ia katakan barusan ada benarnya. Jika mereka benar membutuhkan keadaan yang baik-baik saja untuk bisa menelusuri kota yang luas ini. Sebab, jika sampai Karlyn masuk angin dimana mereka harus beristirahat. Tubuh mereka saat ini harus tetap baik-baik saja. Jangan sampai mereka harus kembali di temukan oleh Erik. Sudah bisa di bayangkan apa yang akan pria itu lakukan pada mereka.

"Ayo...rumah kami juga tidak jauh dari sini. Hanya berjalan kaki saja." tutur Gavin yang memang tinggal mereka di perumahan dalam yang menyediakan taman tempat mereka saat ini.

Hingga akhirnya empat orang itu berjalan bersama menuju rumah elit yang Gavin miliki sebagai tempat merawat sang buah hati selama ini seorang diri.

Beberapa menit mereka berjalan, rasanya Karlyn cukup lelah. Beberapa kali mata orang yang berpapasan dengannya melirik tubuh yang basah itu. Hingga Gavin merasakan risih.

"Ini Jas saya, pakailah dulu." ujarnya memberikan tanpa memakaikan seperti di drama film pada umumnya.

Melihat kekakuan sang daddy, Jesslyn hanya terkikik sembunyi-sembunyi. Ia merasa sang daddy sangat tidak pantas memperlakukan wanita dengan romantis. Sebab wajahnya tak bisa hangat seperti yang ia tonton bersama suster biasanya.

Dan kini mereka tibalah di kediaman yang luas hanya berlantai satu tidak bertingkat dua mau pun tiga. Sebab Gavin memang tak membutuhkan tingkat yang banyak. Tanah yang ia miliki sudah sangat luas untuk membangun rumah dan halaman.

Terpopuler

Comments

weny

weny

sama2 slg membutuhkn akhirnya bs menyatu

2022-12-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!