Menginap

Suasana rumah yang bercaya lampu seadanya membuat sosok wanita di depan pintu tampak ragu untuk masuk usai membuka pintu. Sepasang matanya menatap kesana kemari mencari siapa pun yang ada di rumah itu. Sungguh takut rasanya jika ada yang jahat dan tidak suka dengan kehadirannya.

"Maling!" suara menggelegar dari arah kamar tampak mengejutkan sosok Karlyn kala itu.

"Bu, tolong jangan teriak. Saya bukan maling. Saya di suruh kesini tadi. Bu tolong jangan teriak." Karlyn sangat panik saat wanita di depannya terus mendorongnya hingga di depan pintu rumah.

Matanya baru bisa melihat jelas saat lampu di teras rumah itu menyorot wajah yang memiliki luka di sana sini. Meski penuh luka masih bisa ia lihat jelas jika wanita di depannya sangatlah cantik.

"Siapa kamu?" tanyanya menatap tajam. Takut jangan sampai wanita ini adalah selingkuhan sang suami yang datang untuk meminta pertanggung jawaban.

"Saya Karlyn, Bu. Bisa saya jelaskan di dalam? Saya takut ada yang menemukan saya." Wajah luka itu beberapa kali memperhatikan keadaan sekitar meyakinkan diri jika ia aman saat ini.

Merasa tidak tega, akhirnya sang pemilik rumah pun mengijinkan Karlyn untuk masuk kembali ke rumahnya. "Ayo duduk dan jelaskan. Dan wajah kamu itu kenapa? Kamu bukan maling kan? Dimana bertemu suami saya?" pertanyaan yang banyak seketika membuat Karlyn bingung untuk menjawabnya.

"Sudah jelaskan saja pelan-pelan." ucap wanita itu kembali. Dan akhirnya Karlyn mula-mula memperkenalkan diri lalu menceritakan kejadian malam ini dengan sedikit ia kurangi karena merasa mereka adalah orang asing yang tidak perlu tahu semua tentang dirinya. Setidaknya ia sudah jujur siapa dirinya dan apa alasannya sampai berada di rumah ini.

"Hem...kasihan sekali kamu. Saya namanya Ratih. Panggil saya Bu Ratih saja. Tadi itu suami saya, kalau begitu malam ini kamu menginap di sini saja. Sebentar saya bereskan kamar sebelah dulu yah?"

Mendengar itu secepat kilat Karlyn pun menolak. "Maaf, Bu. Tidak usah di rapikan. Saya bisa tinggal sebentar sudah sangat cukup, Bu. Jangan repot-repot biarkan saya yang merapikan nanti." Namun bukannya mendengar permohonan Karlyn, wanita itu segera bangkit dan menuju kamar. Karlyn pun mengekor di belakang mana tahu ia bisa sedikit membantu sang wanita itu.

Hingga malam pun berlalu menjadi pagi. Karlyn yang merasa ketakutan begitu sulit untuk tidur. Tubuhnya hanya ia baringkan tanpa bisa memejamkan mata. Bayangan akan sang suami terus saja membayangi isi kepala wanita itu. Erik sangat menakutkan dimata Karlyn. Ia benar-benar merasa trauma membayangkan wajah sang suami.

Permainan yang selalu kasar padanya bahkan masih menyisahkan bekas sakit di area inti wanita itu.

"Papah kenapa tega menikahkan aku dengan pria sepertinya? Apa  karena sesuatu Papah memberikan aku pada pria seperti Erik?" batin Karlyn bertanya-tanya dengan air mata yang berjatuhan.

Kini ia tidak tahu harus pergi kemana, tidak mungkin untuk pulang ke rumah dan mengadu pada orangtuanya. Yang ada Karlyn akan di kembalikan lagi pada suaminya. Dan bisa Karlyn bayangkan bagaimana Erik akan membawanya pulang kemudian menyiksanya lagi. Sungguh membayangkan saja tubuh Karlyn menegang ketakutan. Rasa sakit semua yang Erik berikan sudah jelas ia ingat di kepala hingga kini.

Pagi yang cerah membuat wanita itu menatap celah jendela. Sinar mentari sudah tampak menyilaukan pandangan kala itu. Merasa sungkan jika bangun siang, Karlyn pun bergegas untuk membereskan tempat tidur yang sepertinya jarang di tempati. Hingga ia berjalan menuju belakang untuk mencari kamar mandi. Disana Karlyn hanya bisa mencuci wajah tanpa memakai sikat gigi.

"Mba, ini sikat giginya." Suara teriakan terdengar dari luar pintu kamar mandi.

Segera Karlyn pun membuka pintu. "Terimakasih, Bu." ujarnya menutup pintu kembali.

Di meja makan pun kue dan nasi kuning sudah tersedia. Saat Karlyn keluar matanya melihat wanita yang semalam ketakutan saat ia masuk ke dalam rumah.

"Ayo sarapan dulu." ajak wanita itu pada Karlyn.

"Bu, Saya tidak sarapan. Saya mau langsung pergi saja." ujarnya merasa semakin tak enak.

Hingga saat wanita itu kembali ingin memintanya sarapan bersama, tiba-tiba suara teriakan terdengar di depan rumah.

"Bu! Ibu, buka pintunya, Bu." Suara sang suami membuatnya kaget. Pasalnya teriakan itu terdengar sangat miris seperti orang yang menahan sakit.

"Bapak?" jeritnya saat itu juga berlari membuka pintu rumah. Bahkan Karlyn pun juga berlari menyusul untuk melihat apa yang terjadi.

Terpopuler

Comments

Wiek Soen

Wiek Soen

Erik itu manusia kah iblis

2023-05-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!