Jeritan sakit dan suara teriakan memberontak terdengar bersamaan kala seorang pria yang tak lain adalah suami dari Bu Ratih terjatuh di depan pintu rumahnya sendiri. Dan Karlyn yang tertangkap oleh sang suami berteriak meminta di lepaskan.
"Erik, tolong lepaskan aku! Aku tidak mau pulang bersamamu!" Karlyn menangis meronta saat tubuhnya sudah di gendong oleh sang suami.
Tanpa bisa menolong, Bu Ratih hanya menatap sedih wanita yang kini pergi menjauh dari rumahnya dan sang suami yang sudah terengah-engah sembari merintih kesakitan.
"Pak, ayo ibu obati." wanita itu susah payah memapah sang suami untuk masuk ke dalam rumah. Disana ia mendengar cerita suaminya jika suami wanita yang mereka tolong mengetahu dari cctv di rumah salah satu warga. Saat itu Karlyn bersembunyi di pos satpam dan Erik melihat seorang satpam memberikan benda kecil. Hingga akhirnya timbullah kemarahan Erik. Tanpa bisa mengontrol emosi, ia memukuli pria itu saat tak mendapatkan jawaban yang jujur dimana Karlyn berada.
Miris Bu Ratih mendengar ucapan sang suami. Ia sampai meneteskan air mata melihat suami yang wajahnya tampak babak belur. Segera ia pun mengompres wajah suaminya yang luka-luka.
Sementara di sini Karlyn sudah beberapa kali menangis berteriak saat sang suami memukuli tubuhnya bagian perut, wajah, hingga menjambak rambutnya. Tanpa bisa melawan lagi, Karlyn hanya pasrah dan menangis saja. Tubuhnya sudah benar-benar tak berdaya lagi.
"Kamu berani sekali pergi dari sini, Karlyn? Apa kamu lupa siapa aku? Kamu sungguh anak yang tidak tahu di untung. Kamu berani lari itu artinya kamu berani melihat orangtuamu kesulitan di luar sana. Iya? Apa kau mau itu?" ancaman yang kerap kali Karlyn dapatkan dari sang suami.
Dan kini rasanya ia tidak bisa lagi untuk mengikuti semua permintaan suaminya yang bejat itu. "Iya, terserah kau mau melakukan apa saja. Asalkan biarkan aku pergi, Rik. Aku mohon..." ucapnya terdengar begitu menyedihkan.
Tentu saja mendengar hal itu Erik sangat geram. Bagaimana mungkin Karlyn tidak takut jika orangtuanya akan kesulitan oleh Erik. Tidak, ini tidak boleh terjadi. Bagaimana pun juga Erik sangat menyukai tubuh Karlyn yang selalu membuatnya lapar.
"Cih kau pikir semudah itu, Karlyn? tidak. Aku tidak akan melepaskanmu kali ini. Coba saja kau pergi kalau bisa hahaha..."
Satu kamar yang Erik gunakan untuk mengurung Karlyn saat ini telah ia kunci dari luar. Tak mungkin dalam keadaan seperti ini ia membiarkan istrinya tidur bersamanya. Erik tak ingin sampai lengah untuk kedua kalinya.
Mata sembab menatap nanar sekeliling kamar yang bahkan tak ada celah untuknya bisa kabur. Karlyn hanya melihat jendela yang bahkan terlindungi dengan tralis besi. Ini tidak akan bisa menjadi jalannya kabur.
"Ya Tuhan...harus bagaimana aku saat ini? Aku tidak ingin hidup di sini selamanya. Aku mohon lepaskan aku, Tuhan." jerit Karlyn yang sangat pilu.
Pagi yang menyedihkan perlahan berubah menjadi siang yang masih dalam keadaan sama. Karlyn tertidur dalam genangan air mata yang kian berjatuhan tanpa henti. Rasa lapar di perutnya tak lagi ia perdulikan, hanya ingin pergi yang ia terus pikirkan saat ini.
Tok Tok Tok
Tiba-tiba saja kedua mata bengkak milik Karlyn terbuka saat mendengar suara ketukan di pintu keluar. Matanya menatap ke arah pintu yang tertutup rapat.
"Nyonya? Apa Nyonya di dalam? Saya boleh buka pintunya, Nyonya?" suara wanita yang sepertinya terdengar berbisik tentu saja membuat Karlyn penasaran. Siapa sebenarnya di depan sana? apa sang pelayan? Jika benar mengapa berbisik seperti itu? Batin Karlyn penasaran.
Hingga ia tak sempat menjawab daun pintu pun terbuka perlahan. Bahkan suara kunci berputar begitu sangat pelan. Barulah Karlyn melihat Elis berdiri di depan kamarnya dengan tangan kosong.
"Elis?" sapa Kalryn bingung. Seingatnya tadi Erik mengunci dari luar dan ia tidak tahu jika kunci itu tidak di ambil suaminya atau justru Elis memakai kunci serep.
Beberapa kali Elis menatap ke luar kamar dengan gerakan mengendap-endap. Hingga kini ia berdiri tepat di hadapan Karlyn.
"Nyonya, ayo kita pergi dari sini. Ayo, Nyonya." ajaknya menarik tangan Karlyn segera.
"Elis, apa yang kau lakukan?" Karlyn penasaran sekaligus takut jika sampai mereka ketahuan.
"Ayo, Nyonya. Waktu kita tidak banyak. Keburu Tuan sadar, kita harus segera pergi dari sini." Mendengar penuturan Elis, Karlyn pun hanya bisa mengikuti.
Tak ada lagi pikiran di dalam kepalanya selain kata pergi. Karlyn hanya ingin terbebas dari kekasaran pria bernama Erik itu. Keduanya berlari terus keluar dari rumah. Keadaan rumah tampak sangat sepi.
"Ayo cepat, Nyonya." Dengan tas yang berisi keperluannya Elis menarik tangan sang nyonya keluar dari gerbang rumah megah sang majikan.
Sementara Karlyn yang tida memikirkan apa pun hanya ikut berlari dengan tangan kosong.
"Nyonya, kita harus lewat tembok itu. Kalau tidak kita bisa ketahuan Tuan lebih cepat lewat jalan komplek." PAtuh Karlyn pun ikut memanjat batasan tembok yang lumayan tinggi. Beruntung di situ ada pohon yang sedikit mudah untuk di panjat.
Tak perduli dengan tubuh yang gemetar, Karlyn terus memanjat hingga ia dan Elis berhasil melewati pembatas perumahan. Setidaknya jika Erik sadar lebih dulu, pria itu akan menelusuri jalan perumahan dengan mobilnya dan akan sangat mudah menemukan Elis dan Karlyn.
"Lis, tunggu dulu. Aku capek banget. Badanku gemetaran." Elis menatap tubuh sang majikan yang memang saat ini tengah bergemetar. Mungkin karena belum mengisi perutnya.
"Ini Nyonya, uangnya. Kita mampir untuk Nyonya makan. Sebab saya sudah sarapan terlebih dahulu sebelum pergi." tuturnya membuat Karlyn menatap wanita di depannya.
Jika di lihat, sepertinya Elis bukan kabur untuk membantunya saja, melainkan untuk keperluan dirinya sendiri. Sebab semua persiapan telah ia siapkan matang-matang dari barang bawaan hingga makan sebelum melarikan diri.
"Iya sudah ayo." ajak Karlyn yang memang tidak bisa menahan diri dari rasa lapar. Jika tidak mengisi perut saat ini mungkin akan membuatnya kembali harus di bawa pulang Erik dan mendapatkan siksaan lagi.
"Elis," panggil Karlyn di sela makannya saat ini.
"Iya, Nyonya?" tanya Elis dengan menatap wanita menyedihkan yang tak kalah menyedihkan darinya.
"Kenapa kamu pergi? Apa suamiku kasar padamu?" tanya Karlyn yang sontak melihat kedua mata Elis berembun dan memerah.
Pelan Elis pun menganggukkan kepala menahan air mata yang ingin jatuh dengan lancangnya. Melihat itu tentu saja Karlyn mengerutkan kening penasaran.
"Ini Nyonya," Elis menarik kerah baju kaos yang ia kenakan dan meneteskan air matanya. Untuk saat ini ia hanya bisa menunjukkan tanda cekikan tali di lehernya dan pergelangan tangan. Dan itu saja sudah cukup membuat Karlyn membulatkan matanya tak menyangka.
"Erik melakukan ini sama kamu? Tapi kenapa?" tanya Karlyn sungguh syok.
Rasanya ia benar-benar ingin menghabisi suaminya itu. Pria yang tak pantas di sebut dengan manusia rasanya.
"Kita akan cerita di tempat lain saja, Nyonya. Sebaiknya segera kita pergi dari sini takut jika obat tidur yang saya berikan sudah akan segera terhenti reaksinya." Lagi-lagi Karlyn di buat kaget oleh pengakuan sang pembantu.
Sungguh Elis benar telah merencakan semuanya dengan matang hingga tak susah payah mereka kabur dari rumah menyeramkan itu. Segera mereka pun menuju taksi yang mereka cegat di depan warung makan tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Wiek Soen
Elis mantap
2023-05-28
0
Queen Tdewa
wah Elis hebat
2023-04-23
0
weny
elis pinter brrti
2022-12-04
0