"Oma telah membaginya sama rata. Semua cucu oma mendapatkan hak nya masing-masing. Jadi oma harap tak akan ada lagi perselisihan diantara kalian semua."
Wanita cantik yang berusia 59 tahun tersebut duduk dengan angunnya. Diusianya yang tak lagi muda, sulit baginya untuk bisa mengontrol semua perusahaan yang dia miliki. Usia yang semakin bertambah mengurangi ruang geraknya kini. Hal yang mendasarinya untuk segera membagi harta warisan ke pada anak cucunya, bukan hanya mempermudah dirinya mengolah semua aset namun juga karena Oma ingin menikmati masa tuanya dengan nyaman.
"Oma, maaf. Jika boleh saya bersuara, saya ingin mengajukan pendapat saya disini." Will remaja menatap wanita cantik penyelamat hidupnya tersebut dengan lembut.
"Hee, sudah untung kamu mendapat bagian. Harusnya kamu terima dan diam saja, jangan terlalu banyak bertingkah!!" Jack menatap sinis Will yang hanya bisa menundukkan wajahnya.
Bukan itu yang dia harapkan, Will sadar siapa dirinya dan dia tak pernah menginginkan apapun yang Oma Feli punya. Will sudah sangat berhutang budi, selama ini dirinya dirawat dan di perlakuan sama seperti mereka yang memang cucu kandung Oma.
"Sudah sudah, Oma lelah dan ingin beristirahat. Kalian jangan membuat keributan." Oma Feli melangkah perlahan meninggalkan ruang kerjanya. Diikuti yang lainnya.
Di ruang besar tersebut Will masih duduk diam. Hanya tinggal dirinya dan Edwin yang masih betah berdiam disana.
"Aku tak pernah menginginkan ini, kau tahu?. Memimpikannya pun aku tak ingin." Will masih menunduk
"Aku sudah cukup merasa bahagia diterima dalam keluarga Oma. Aku yang sebatang kara ini tak menginginkan hal yang berlebih. Aku ingin suatu saat bisa membalas kebaikan Oma dengan usahaku sendiri, bukan malah merepotkan nya lagi. Aku tahu Oma sangat menyayangiku, tapi aku memang tak sepantasnya mendapatkannya. Ini bukanlah hal ku, Ed." Lanjutnya pelan.
Edwin mendesah pelan, pemuda yang memang dekat dengan Will tersebut sangat memahami maksud dari perkataan Will. Selama beberapa tahun kedekatan mereka, Edwin bisa melihat ketulusan Will dalam keluarga Oma. Pemuda itu tak pernah sekalipun membuat ulah dan malah terkesan sangat membanggakan dengan segala prestasi prestasi yang di dapatnya. Semua itu mengubah pandangan buruknya kepada Will seiring berjalannya waktu.
"Aku tahu. Tapi kita tak punya pilihan lain karena Oma tak akan mau mendengarnya. Lebih baik terima saja dan lakukan seperti yang Oma kehendaki. Cari waktu yang tepat untuk berbicara secara pribadi dengannya. Aku yakin, lambat laun Oma akan mengerti." Edwin menepuk pelan pundak Will yang masih berdiam di sana.
"Boleh aku meminta tolong padamu?" Will mendongak, menatap pemuda yang satu tahun lebih muda dengannya itu.
"Apa?"
"Bawa surat ini dan simpanlah. Kau bisa mengelolanya kapanpun kau mau."
Edwin mengernyit. Sebuah rumah makan mewah yang berada di pusat kota menjadi hak milik Will seperti yang tertera dalam surat wasiat Oma Feli. Namun Edwin masih bingung dengan sikap Will kali ini.Bukankah itu rumah makan ternama dan selalu ramai pengunjung?
"Ini hak mu. Aku sudah mendapatkan bagianku, Will. Kau jangan bodoh, Aku yakin Oma sudah mempertimbangkan semuanya sebelum membaginya pada kita."
"Simpanlah, hingga nanti aku punya kesempatan untuk berbicara pada Oma. Aku tak akan tenang jika menyimpannya sendiri."
Edwin kembali menarik nafasnya berat. Will adalah pemuda yang keras kepala. Beberapa waktu lalu ketika dirinya membutuhkan biaya untuk tambahan kuliahnya saja dia tak memintanya pada Oma. Will lebih memilih bekerja dengan membantu sahabatnya melakukan pameran lukisan.
Will bahkan meminta Ed untuk merahasiakan semuanya dari Oma. Hanya Ed dan kedua orang tuanya yang mengetahui kepribadian Will yang sesungguhnya. Bahkan 2 tahun terakhir Will susah tidak memakai yang pemberian Oma untuk biaya hidupnya. Uang itu dia tabung, Will menghidupi dirinya sendiri dengan bekerja di tempat sahabat Bram.
"Kau tahu, Oma akan sangat bersedih jika mengetahui hal ini." Ed menggelengkan kepalanya.
"Kalau begitu, jangan sampai Oma mengetahui semuanya sebelum aku siap menceritakan secara langsung padanya. Ayolah, bukankah ini bukan yang pertama, Ed? kau selalu bisa membantuku. Aku harap untuk kali ini pun kau bersedia membantuku sekali lagi. Aku benar-benar tak bisa menerima nya. Mengertilah, Ed. Aku mohon!!"
"Huuuft, baiklah. Terserah kamu saja, aku akan menyimpan nya untuk mu. Kau bisa mengambilnya kapanpun kau mau Will."
Will tersenyum, keduanya meninggalkan ruang kerja Oma dengan saling bercerita.
To be continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
ㅤKᵝ⃟ᴸRaisya𝐙⃝🦜
Oma yg bijaksana dan baik hati
2023-01-20
10
☠@AngguN
oma Felli sangat tulus menyayangimu Will
2023-01-09
1