Bab 5

Hari ini adalah hari ke 14 hari aku menjadi istrinya, tidak ada perubahan dari sikap mas Arash, namun maduku sudah mulai bicara baik denganku, tida lagi membentak ku bahkan jarang memerintahkan sesuatu padaku, akh tidak tahh alasannya apa.

Setiap hari mereka akan pergi bekerja bersama pulang pun bersama, masuk kedalam kamar dan tak pernah keluar lagi. Aku merasa hanya aku manusia yang ada di dalam rumah ini. Ingin menangis pun, rasanya air mataku sudah kering. Saat hari 15 tiba, Kak Hans datang berkunjung tepat di pagi hari.

Kebetulan saat itu, Mas Arash dan Alina juga sedang sarapan pag, Kecuali aku. Aku yang masak tapi aku tak bisa menikmati masakanku. Sungguh egois sekali mereka, bahkan mereka tak pernah memberiku uang sepeserpun.

''Assalamu'alaikum, '' ucap sosok yang kini berdiri di depanku

"Waalaikumsalam, kak Hans? Mari masuk kak, '' ucapku saat melihat ia tersenyum padaku.

Mendengar aku berbincang, Suami dan maduku keluar

Aku melihat raut wajah terkejut kak Hans saat melihat suami dan maduku bergandengan tangan. Tidakkah mereka takut, jika yang datang adalah nenek dan kakek.

Aku juga melihat keterkejutan suamiku.

''Hans, kau? Dari mana kau tahu alamatku, Sudah lama kita tak jumpa, aku dengar kau sekarang jadi pengacara hebat ya, selamat'' ucap cerocos suamiku seraya menyalami kak Hans, Kak Hans menatapku dan aku menggeleng kan kepala, Isyarat agar ia tidak bicara apapun

"Ah, itu... aku dengar, kalau kau sudah menikah, kebetulan aku ada di daerah sini, dan dapat alamatmu dari teman juga, jadi aku coba mampir, tapi... ada dua wanita disini, yang mana istrimu?'' tanya kak Hans

Mas Arash terlihat gugup, ia melihatku dan ke Alina secara bergantian.

''Biar ku buat kan tuan minum, '' ucap ku seraya meninggal kan mereka.

''Ah, berarti yang ini istrimu, ya? selamat Arash, kau sudah menikah, tapi yang tadi bolen juga, cantik gak dia?'' suara kak Hans yang masih bisa ku dengar.

''Aku gak tahu, Kau bisa lihat sendiri kan, bagaimana penampilan nya, wajahnya saja tertutup, mungkin saja ia tonggos atau sumbing, '' ucap suamiku dengan kejamnya.

Aku tidak tahu apa yang kak Hans pikirkan, tapi ia tidak menjawab apa yang Mas Arash katakan. Hingga aku datang dengan membawakan mereka minuman.

''Wanita yang cantik akan menutupi kecantikan nya, Arash. Aku yakin... pembantu mu ini sangat lah cantik, tapi aku salut denganmu, yang tak mau melihat wajah wanita yang menutup auratnya, keren'' ucap kak Hans seraya menatap ku. Aku tertunduk, aku tidak menyangka jika kak Hans akan datang di saat suami dan maduku masih ada di rumah. Dan sudah pasti kak Hans sudah tahu akan masalah pernikahanku.

''Mas, aku duluan saja ya, soalnya kita ada rapat penting hari ini, '' ucap Alina mengingatkan agenda suamiku.

''Ah, aku sampai lupa, '' ucap mas Arash

''Kalian pergilah, aku juga mau pergi, '' ucap kak Hans

''Maafkan aku Hans, tapi lain waktu, kami pasti akan mentraktirmu dengan baik,'' ucap Arash yang merasa tidak enak pada Hans

''Tidak masalah, aku yang datang bukan di waktu yang tepat, '' ucap kak Hans

''Kau minumlah dulu, Kami pergi... dan kau jamu dia dengan baik, "ucap mas Arash tanpa melihatku, lalu melangkah kan kakinya bersama Alina.

Tentu itu menjadi kejutan bagi kak Hans. Saat deru mobil mereka sudah tak terdengar, kak Hans menatapku dengan sangat intens, tentu aku hanya menundukkan kepalaku.

''Katakan, apa yang terjadi sebenarnya, ?'' tanya kak Hans yang sama sekali tidak. menyentuh kopi yang ku buatkan.

Aku terdiam, aku tidak tahu harus berkata apa pada kak Hans. Sosok yang dulu pernah di angkat menjadi anak oleh orang tuaku, sebelum ia di temukan oleh keluarga kandungnya.

''Fafa, Fatimah Az-Zahra, katakan padaku apa yang terjadi sebenarnya,?'' tanya kak Hans mengulang pertanyaan yang sama.

"Fa, orang tua mu sudah ku anggap orang tuaku, Meskipun mereka sudah tidak ada, tapi aku masih banyak hutang budi, Katakan padaku, apa yang terjadi sebenarnya, '' ucap lekaki yang kini berdiri di dekat jendela ruang tamu, dengan tangan yang ia masuki ke dalam saku celananya.

''Pernikahan ini, bukanlah pernikahan yang mas Arash inginkan kak, dan_

''Itu bohong, Fa. Arash sangat mencintaimu, bahkan ia sudah mencarimu kemana-mana, Dia. mencintai mu, '' potong kak Hans setaya berbalik menatapku,

''Itu bohong, kak. Bahkan dia mengatakan jika ia jijik melihat wajahku, dia tidak menginginkan aku kak, dia. membenci ku, bahkan dia sampai tega menikahi wanita lain di hari yang sama, Alina, dialah wanita yang mas Arash cintai, bukan aku, '' tangisku pecah, aku. menceritakan semuanya pada kak Hans tanpa terkecuali.

Kak Hans terkejut dengan apa yang aku katakan.

"Aku sudah gak bisa kak, aku nyerah. Sekarang sisa 15 hari lagi dari waktu yang dia berikan, '' ucapku seraya menghapus air mataku.

Terlihat kak Hans yang meremas rambut nya sendiri.

''Sia*lan Arash, apakah kau akan menerima perceraian ini?'' tanya kak Hans

''Harus kak, aku tidak bisa lagi bertahan dalam istana yang penghuninya tidak menginginkan aku, Ak_

Sebelum Fafa meneruskan ucapannya, Suara sering ponselnya membuatnya menghentikan ucapannya.

"Assalamu'alaikum, Bi" ucapku saat sambungan telfon telah terhubung.

"Fa, pulang lah nak, nenekmu Fa, nenekmu, " ucap bibi dengan tangisan nya

"Bibi, ada apa? ada apa dengan nenek, Bi?" tanaku cemas

"Pulanglah nak, kami menunggumu, cepatlah!" ucap bibi seraya mematikan sambungan telfonnya.

"Kak, Nenek... aku harus bagaimana,? " tanyaku yang mana pikiranku kacau.

"Kau hubungi Arash, kau katakan padanya apa yang terjadi pada nenekmu, " ucapan kak Hans membuat ku sadar.

Dengan segera aku mengambil telfon rumah dan menghubungi nomor Alina maduku, Karena sampai saat ini, aku tidak punya nomornya masih Arash

Beberapa kali panggilan tak di angkat, hingga akhir nya Hans yang menghubungi Arash.

"Halo Hans," ucap Arash.

"Arash, Nenek dari pembantumu ini sedang kritis, bisakah kau pulang dan mengantar nya pulang?" ucap kak Hans tenang namun tangannya mengepal.

"Aku sudah sampai di perusahaan, suruh saja dia naik bus, nanti aku akan menyusul, " ucap mas Arash yang mana kak Hans langsung mematikan ponselnya.

"Kau bawa semua barang-barangmu, kau tidak perlu menunggu bunga 30 hari, jangan rendahkan harga dirimu di depannya lagi, Ayo biar ku antar, Nenek membutuhkan kita saat ini, '' ucap kak Hans

'Hatiku sakit saat mendengar Mas Arash menyuruhku naik bus. Mungkin apa yang di katakan kak Hans benar, Harga dirimu di sini sudah dari awal tidak di hargai, Saat ini akh tidak bisa berfikir jernih, yang ada hanyalah nenekku, Aku pun langsung pergi dengan kak Hans, tanpa. membawa apapun hanya ponsel dan tasbih yang ku bawa.

'Semoga kau bahagia Mas Arash Nugrohojordy'

Terpopuler

Comments

Far~ hidayu❤️😘🇵🇸

Far~ hidayu❤️😘🇵🇸

biar Hans sahaja Sama Fafa...goodbye Harash...kamu mmg pantas Sama Alina

2023-05-21

0

Yulia Erfanie

Yulia Erfanie

aku jd baper bacanya smpai nangis..😭😭

2022-12-28

0

Juan Kirana

Juan Kirana

kok byk tipo kak,byk kata2 yg gk jelas ....

2022-12-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!