Malam semakin larut, Fafa juga tak sanggup untuk membuka mata nya, ia juga sudah banyak menulis karyanya, namun... orang yang ia tunggu belum pulang juga.
Hingga pagi tiba, dan lagi -lagi aku. menunggu suamiku di sofa ruang tamu..
'Seharusnya ku tahu, mereka pasti menghabiskan malam pertama mereka, Kenapa aku malah menunggu mereka, ' bathinku seraya menatap kearah pintu yang tertutup rapat, yang mana aku pun langsung berdiri dari sofa lalu hendak melangkah, Namun... langkahku terhenti saat aku mendengar suara deru mobil yang berhenti di depan rumah, aku yakin... itu adalah mobil suamiku.
Aku ragu untuk membuka kan pintu, takut salah di mata mereka, Tapi jika aku tidak membuka kan pintu dan mereka melihat aku berdiri disini, bukankah itu jauh lebih salah, Aku menguatkan hati lalu membuka pintu, Namun... pemandangan berbeda yang aku dapatkan, Suamiku pulang tanpa maduku, Kemana dia? bathin ku
''Assalamu'alaikum, Mas'' ucap ku seraya mengulurkan tangan ku ke padanya, Ia memberikan tangannya namun tatapannya teralihkan kearah berbeda.
''Ada hal yang harus kita bicarakan,'' ucapnya saat aku sudah mencium punggung tangannya.
''Baiklah, Mas'' ucap ku mengikuti langkah mas Arash,
''Duduklah, '' ucapnya sedangkan dia sendiri masih berdiri dengan kedua tangan yang masih berada di dalam saku celana nya, sungguh suamiku ini adalah pria yang sangat tampan, aku memujanya sudah dari dulu, bahkan ia pun begitu... tapi kenapa ia berubah, mengapa ia seakan menjadi orang lain saat ini.
''Kau tahu, aku di paksa menikah dengan mu, dan aku sama sekali tidak ingin rumah tangga ini berlanjut, Ada sosok yang sangat aku cintai, dan aku tak bisa melukai hatinya, '' ucap Arash
Sejenak aku terdiam, hatiku sakit untuk kesekian kalinya.
''Aku tahu, karena itu.... Mas menikah untuk kedua kalinya di hari yang sama, '' ucap ku berusaha tersenyum menahan air mata yang bisa saja jatuh begitu saja.
''Tapi bisakah, kita jalani ini untuk sesaat, sampai kesehatan nenekku membaik, setelah itu... aku janji, akan pergi jauh, bahkan tak akan pernah muncul di hadapan mas lagi, '' ucap ku berusaha menahan rasa yang begitu hancur dan menyesakkan. Mendengar ucapan ku, Mas Arash menatapku dengan memiringkan tubuh nya.
''Kau munafik sekali, Fatimah Az-Zahra. Kau menggunakan nenekmu untuk kepentingan pribadi mu, hebat... '' ucapnya seakan apa yang aku katakan adalah sebuah permainan.
"Kau hanya ingin menumpang hidup dan menumpang nama agar kau bisa menaikkan derajat mu dan orang tuamu, iya kan?''
Sungguh sakit sekali di tuduh hal yang sama sekali tidak ada dalam pikiranku.
''Maaf Mas, Mas jangan cemas... aku tidak akan pernah ikut campur urusan pribadi mu, Aku juga tidak akan makan satu meja denganmu, dan juga... aku tidak akan menuntut nafkah, baik nafkah lahir ataupun nafkah bathin, Bukankah kau juga harus berbuat hal yang sama demi kakekmu, Mas? Jika aku bisa memilih, aku juga tak ingin menikah dengan cara yang begini, tapi aku mengira kalau mas Arash adalah pria yang bijaksana, tapi aku salah... Apa yang kita lihat terkadang tak sama dengan kenyataan, Aku hanya meminjam status, setelah itu aku akan pergi, status agar Nenekku tak drop lagi,'' ucap ku dengan penuh keyakinan.
Mungkin rasa yang dulu ia katakan hanyalah sekedar kekaguman semata, Sakit rasanya hati, namun sakit hati ini tak berdarah, Mas Arash menatapku dengan tajam , tubuh ku langsung ambruk terjatuh di lantai tempat ku berpijak.
Masih sehari menjadi istrinya tapi rasa ini sudah seakan mematikan jiwaku, Aku tahu... perceraian sangatlah di benci Tuhan, tapi apakaah aku bisa bertahan dengan penolakan yang begitu terang-terangan ini, Nama nenek, ku seret karena mungkin dengan itu aku bisa berusaha sedikit lagi untuk meluluhkan hati suamiku, Mas Arash, lelaki yang begitu aku impikan selama ini, tapi ia sudah berubah dan menjadi orang lain.
Arash menatap mataku, Seolah ia mengenali Mata ini, namun... aku menyangkal akan setiap hal baik dalam pikiranku, aku mengira... jika mas Arash mengenali mata ini, tapi kenyataan nya tidak sama sekali.
''1 bulan, aku beri kau waktu satu bulan dalam rumah ini, setelah itu... kau pergi lah tanpa membawa apapun selain yang kau bawa dari kampung mu, '' ucap Arash seraya berlalu.
Namun... langkah nya terhenti saat ia sudah dua langkah berada di tangga
''Dan ingat! jangan pernah tunjukkan wajah munafik mu itu di hadapan ku, " ucapnya dengan penuh penekanan, ku pegang dadaku yang terasa sesak.
Apa aku salah? ya... aku salah, karena menyetujui permintaan nya, 1 bulan bukanlah waktu yang sebentar itu akan terasa lama, mampukah aku bertahan di rumah yang pemilik nya tidak menginginkan aku? aku berteriak dalam hati, menangis sekeras mungkin, tapi mulutku tak mampu bersua, hanya saja air mata ku sudah membasahi penutup wajahku.
'Sabar Fa, sabarlah! bukankah kah sudah di ajari bersabar, kau harus kuat, kau tidak boleh lemah, berusaha lah dulu, setelah itu... jika kau gagal... maka menyerahlah!' bathin Fafa seraya mengusap air matanya, Ia menguatkan diri sendiri atas apa yang ia alami saat ini.
Disaat ia sedang ingin pergi, suara deru mobil membuat langkah Fafa terhenti.
Ia tidak tahu, tamu siapa yang akan datang, jika ia keluar... ia takut salah, jika ia tidak membukakan pintu, itu tidak lah baik juga.
Namun... saat Fafa sedang melamun, pintu terbuka telah membuatnya terkejut.
''Assaamualaikum, Menantu nenek'' sapaa Neneknya Arash yang mana ia sedang mendorong kursi roda suaminya.
''Waalaikum salam, Ne, Kakek, Mama, Papa'' ucapku seraya menyalami orang tua suamiku.
''Arash mana? jangan bilang kalau dia belum bangun, '' goda Neneknya
''Mas Arash sudah bangun, silahkan duduk Nek, kek, Ma, Pa'' ucapku ramah meskipun aku tahu, ada tatapan tajam yang mengarah padaku.
Ya, Itu tatapan dari Mama mertuaku.
''Apakah kau sudah masak untuk anakku, dia tidak bisa kelaparan di pagi hari,'' ucapnya ketus
''Fafa masih mau masak, Ma'' ucapku seraya tersenyum pada mertua.
Seketika rasa gugup ku datang, di dapur tidak ada bahan yang bisa ku masak, apalagi saat ini ada mertuaku, aku harus bagaimana, Kakiku terus melangkah menuju dapur, ku remas ujung hijab ku, aku sesekali melihat kearah kamar mas Arash berharap ia turun dan membantuku, tapi sayangnya... ia tak akan pernah menolongku.
Ya Allah... aku harus bagaimana?
Namun... saat aku baru sampai di dapur, suara pintu dapur terbuka membuat ku terkejut.
''Ini bahan yang harus kau masak, cepat lakukan, jangan sampai mertuamu, maksudku mertua kita itu curiga, jangan bocorkan pernikahan ku dengan Mas Arash, awas saja jika kau mengadu padanya,!'' ancam orang yang menerobos masuk dan ternyata dia adalah adik maduku.
Dia takut jika pernikahan nya dengan Mas Arash terbongkar, Karena itulah dia datang dengan beberapa bahan yang bisa aku masak.
''Terimakasih, '' ucapanku malah membuat mata indah maduku itu membulat dengan sempurna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Rini Musrini
ya Allah thor novelmu bikin aq sedih 😢😢😢
2023-06-14
0
Nurhayatins Aqil
kk outhr jngn lm2 upx dong bs lupa nnt kt crtx
2023-01-16
0
Fiah msi probolinggo
aku buat laporan kak, ini di aplikasi ku masih bab 1
2022-12-20
0