"Dengar Dimas, Zahra tidak mengizinkan mu mengurus Buah hati kalian sendiri. Tapi ia menyuruh kita berdua untuk mengurusi nya. Cari seorang Mami yang bisa membuat kedua anak kita itu bisa nyaman bersama nya. Bukan hanya mencari perhatian kita saja karena tampan dan harta!''
Deg!
Deg!
"Maksud Abang, apakah banyak gadis yang mengejarmu? Sama seperti dulu?" tanya Dimas dengan sedikit meledek Rayyan.
"Ya.. Begitulah. Beginilah hidup orang tampan yang selalu di kelilingi wanita cantik! Hadeeuuhh.. Kadang aku bosan tau nggak kamu? Ingin hidup normal tanpa ada yang merusuhi hidupku!" ketus Rayyan membuat Dimas terkekeh.
"Seharusnya kamu itu bersyukur Bang, bukan seperti diriku ini yang selalu di hindari oleh banyak wanita. Mereka tau akan kekurangan ku. Tapi tak apa. Aku ikhlas, kalau harus di jauhi oleh wanita. Jadi.. Hidupku aman-aman aja sih!" Ujar Dimas membuat Rayyan menghela nafasnya.
"Ayo kita ke depan dulu. Tamu kami belum pada pulamng, ayo!" ajaknya pada Dimas
Dimas mengangguk, "Ya! Maafkan aku, Bang.."
"Sudah, aku memaafkanmu. Ayo, Mami sedari tadi mel;ihat kita. Cuci dulu wajahmu agar nggak kelihatan sembab. Masa' laki-laki cengeng!" ejek Rayyan dengan segera bangkit di ikuti Dimas di belakang nya.
"Ya, ya, ya. Kamu yang terkuat Bang Ray!" seru Dimas sembari berlalu ke arah toilet.
Seperginya Dimas ke toilet, Rayyan klembali bergabung dengan rekan bisnis Papi Gilang. Acara itu berlanjut hingga sore hari. Pukul lima sore acara penyambutan CEO baru di Gedung Bhaskara Group, kini tela usai.
Hanya menyisakan para clening servis yang sedang sibuk membersihkan seluruh ruangan aula kantor Bhaskara group.
Mami Alisa dan Papi Gilang sudah pulang sedari tadi. Sementara Rayyan masih berada di kantor itu. Ada pekerjaan sedikit lagi yang harus ia selesaikan. Si kembar sudah pulang ikut Mami Alisa.
Rayyan keluar dari kantor Bhaskara group sudah hampir isya. Ia sholat di kantor berdua dengan Dimas. Ya, Dimas. Pemuda tampan setinggi dirinya itu tidak mau pulang kerumah Mami Alisa dan Papi Gilang tanpa Rayyan.
Kekuatan Dimas saat ini hanya pada Rayyan seorang. Hanya Rayyan. Sebelum tiba di perumahan komplek indah permai, Rayyan dan sholat terlebih dahulu.
Setelah selesai bayi mereka melanjutkan nya kembali. Cukup lima belas menit saja dari mesjid yang tadi mereka singgahi kini sudah tiba di kediaman Mami Alisa dan Papi Gilang.
Terlihat disana ada mobil Papa Reza yang begitu Dimas kenali. Wajah Dimas pucat pasi. Rayyan menghela nafasnya. ''Kalau tidak sanggup, tidak usah kamu temui. Cukupkan Sampai disini. Besok, aku akan mencoba membujuk Papa Reza agar beliau mau mengizinkan si kembar untuk ikut serta bersama mu ke Bandung.'' Ucap Rayayn begitu paham dengan keadaan Dimas saat ini.
Dimas menghela nafasnya dan tersenyum pada Rayyan. ''Aku siap bang. Apapun resikonya aku tanggung. Karena inilah yang seharusnya terjadi enam tahun yang lalu. Aku harus bertanggung jawab dengan perbuatan ku Bang. Ayo, aku siap!'' kata Dimas pasrah akan takdir nya saat berhadapan dengan Papa Reza dan Mama Rani.
''Oke. Ayo masuk. Kuatkan dirimu!''
''Ya, aku sudah siap sedari aku memutuskan untuk membawa si kembar untuk menemui Papa.. semua ini untuk Papa..'' lirih nya sendu.
Rayyan merangkul bahunya dengan erat. Untuk sekedar memberi kekuatan pada Dimas selaku Abang nya. Mereka berduaasuk beriringan.
''Assalamu'alaikum...''
Deg!
Deg!
Tatapan datar dan dingin menusuk itu menyergap itu tubuh Dimas. Tiba-tiba saja tubuh itu membeku di tempat. Rayyan pun sama. Tak hanya Mama Rani dan Papa Reza. Ternyata ke lima saudara Almarhumah Zahra pun ikut hadir.
Mata Dimas tertuju pada seorang gadis kecil yang sedang sibuk bermain dengan kedua anaknya. Karena dirasa ruangann itu mendadak sepi, gsdis kecil berumur sembilan belas tahun itu menoleh.
Deg!
''Bang Dimas!'' serunya begitu terkejut.
''Kezia!'' lirih mereka bersamaan.
Rayyan memicingkan matanya saat melihat Kezia adik kandung Almarhum Zahra mengenal Dimas. ''Kamau Harau menjelaskan ini Bro! seru Rayyan semabro menepuk lembut bahu Dimas dan segera berlalu menemui kedua anaknya. Anak kandung Dimas dan Zahra.
''Assalamu'alaikum...'' ucap Dimas lagi.
''Waalaikum salam...'' sahut Ali. Suami Kinara. ''Mari masuk, sayang!'' panggil Ali pada Nara
''Iya Bang, sebentar. Adek lagi buang eek Abang ini!'' seru Nara sedari sebalik kamar mandi.
Ali terkekeh kecil. ''Mari masuk Dimas. Maaf, rumah Papi rame banget ya? Maklum, kami kan baru pulang dari kantor langsung saja kemari tadi.'' Jelas Ali membuat Dimas tersenyum lembut menatap saudara iparnya Rayyan itu.
''Silahkan duduk, saya ke atas sebentar ya? Ingin memberi tahu kalau kamu udah datang. Karena Papi dan Om Reza ada di atas sana di ruang kerja Papi Gilang.''
''Tentu, silahkan!'' jawab Dimas. Ia duduk tepat dihadapan Kezia yang kini menunduk tidak berani melihat nya.
''Key ..''
''Jangan disini Bang! Besok saja kita bicara!''
''Tapi kenapa Key? Kamu seperti menjauhi Abang. Sangat terlihat jelas..'' lirih Dimas dengan menunduk juga.
Seseorang di balik dinding itu terkejut mendengar ucapan Dimas dan Kezia.
''Ada hubungan apa mereka??'' gumamnya dalam hati.
Agar tidak menimbulkan curiga, Mami Alisa segera keluar. ''Sudah datang Nak??''
Deg!
''Mami!!'' seru keduanya begitu terkejut. Mami Alisa pun kaget.
''Kenapa? Apa ada yang salah tentang Mami? kalian Kenapa??'' selidik Mami Alisa pada Dimas dan Kezia.
Kezia menunduk, tidak berani menatap Mami Alisa. Sedang Dimas beranjak dan menyalami dengan takzim wanita yang sudah paruh baya tapi masih terlihat cantik di umur nya hampir tujuh puluh tahun itu.
''Baru aja kok. Abang kan baru pulang Juga? Kami bersama tadi.'' jawabnya dengan tersenyum.
Mami Alisa pun ikut tersenyum. Sebenarnya Mani Alisa tidak marah pada Dimas. Hanya kecewa saja, kenapa ia lebih memilih pergi dibanding kan bertanggung jawab pada Zahra.
''Papi mana Mi?''
''Papi disini. Begitu juga dengan Papa Reza!''
Deg!
Deg!
Jantung Dimas serasa mau keluar ketika mendengar suara tegas namun, terkesan dingin itu. Wajahnya datar tanpa ekspresi. Dimas menguatkan dirinya untuk bangkit dan menyalami kedua paruh baya itu.
Dan apa yang terjadi selanjutnya begitu mendadak hingga membuat seluruh keluarga menjerit histeris.
''Papi.. Papa-,''
Plaaakkk...
Bugghh..
Bugghh..
Bugghh..
''Allahu!'' seru Dimas begitu terkejut. Ia jatuh terhuyung ke belakang dan menimpa meja kaca hingga menimbulkan suara pecahan kaca yang begitu hebat.
Brrraaaakkk...
Pyyyaaaarrrrrr...
''Dimas!!!!!''
''Abang!!!!'' pekik Mami Alisa dan Kezia bersamaan.
Deg!
Papa Reza menoleh pada Kedua yang kini berlari dan membantu Rayyan dari pecahan kaca di meja Kami Alisa. ''Abang!!! Bangun!! Jangan pejamkan mata kamu!! Bangun Bang!!!'' Seru Kezia calon seorang dokter kandungan itu.
''Key.. menyingkirlah.. Abang tidak apa-apa..''
''Nggak!!!''
''Awas Key!!!'' sentak Kenan Abang Kedua setelah Zidan.
Kezia menatap nyalang pada saudara kandungnya itu dan...
Plaaakkk..
Bugghh..
Bugghh..
Buhhgg..
''Assrrghhh ttt... KEZIA!!!''
''APA!!!!''
Deg!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Defi
ini yang terluka Dimas atau Rayyan
2022-12-25
2