Saling Penasaran

Akhirnya Santi sampai juga di rumahnya, ia begitu heran pada saat iar melihat Shanti datang.

"Maaf, anda siapa ya datang ke rumah Santo?" tanya Shanti pada Santo.

Dia sama sekali tidak tahu jika yang di hadapannya adalah Santo, karena Santi yang sekarang benar-benar beda.

"Saya ini kerabat jauh dari Santo, dan kebetulan saya sedang ada urusan di kota ini hingga saya ingi sekedar mampir. Lantas anda ini siapa ya?" tanya Santo pura-pura tak tahu.

"Saya ini, Shanti. Kekasih Santo, tapi sudah sejak lama Santo tiba-tiba menghilang. Saya datang kemari juga ingin memastikan apakah Santo sudah pulang atau belum, ternyata ia belum pulang juga," ucap Shanti.

"Oh jadi Santinya tidak ada? ya sudah kalau begitu saya pamit pulang saja."

Dan pada saat Santo akan membalikkan badannya, tiba-tiba Shanti menahannya.

"Mas, tunggu!"

"Iya, ada apa ya mbak?" tanya Santo menoleh ke arah Shanti.

"Mas ini kan kerabat Santo, sudah jauh-jauh masa mau pulang? kenapa tidak tinggal sementara di rumah Santo, sambil menunggu dia pulang?" saran Shanti.

"Saya nggak enak dengan warga sekitar, mba," ucap Santo.

"Biar saya yang akan memberitahu kepada RT di sini bahwa anda adalah kerabat jauh dari Santo," ucap Shanti antusias.

Entah ada maksud terselubung apa hingga Shanti begitu baik dan perhatian pada, Santo yang saat ini sedang menyamar sebagai orang lain.

Dan pada saat itu juga, Shanti mengajak Santo ke rumah pak RT setempat. Dan Shanti yang melapor pada Pak RT.

"Terima kasih ya Shanti, atas bantuannya sehingga aku bisa bebas bermalam di rumah Santo. Memangnya terakhir kali kamu ketemu Santo dia tidak mengatakan apa-apa?" tanya Santo.

"Enggak Mas Anto, Santo menghilang bagai ditelan bumi begitu saja pada saat terakhir ketemu aku," ucap Shanti.

"Lantas apa kamu tidak melapor ke kepolisian gitu untuk mencari keberadaan, Santo?" tanya Anto.

"Sudah sih Mas Anto, hanya diketemukan motornya saja di pinggir jalan. Sementara orangnya tidak ditemukan. Aku sudah lelah untuk mencari keberadaan Santo jadi aku biarin saja," ucap Shanti.

"Memangnya kamu tidak merasa khawatir dengan menghilangnya Santo begitu saja? apa kamu tidak cemas jika terjadi sesuatu padanya?" tanya Santo yang menyamar menjadi Anto.

"Gimana ya, ngomongnya? ya khawatir nggak khawatir deh Mas Anto. Oh ya kalau begitu sudah dulu ya aku mau pulang karena suamiku ada di rumah takut mencarikan."

Santi berlalu pergi begitu saja, ia tak ingin Anto banyak bertanya pada dirinya karena ia tak ingin keceplosan dalam berkata.

"Setahuku Santo itu tidak punya saudara atau kerabat, tapi kenapa tadi Anto mengatakan dirinya itu kerabat dari Santo? tapi kalau dilihat dia itu seperti orang kaya pergi aja didampingi beberapa pengawal pribadi," batin Shanti.

"Ah masa bodoh dengan Anto, aku yakin Santo benar-benar sudah meninggal karena tidak ada kabar beritanya setelah beberapa hari dari kejadian itu," batin Shanti.

Sementara Santo juga merasa heran dengan Shanti.

"Kenapa dia sama sekali tidak merasa sedih atau khawatir pada saat menceritakan tentang diriku yang berhari-hari tidak ditemukan? aku menjadi curiga loh," batin Santo.

"Bagaimana caranya supaya aku bisa menyelidiki lebih lanjut tentang Shanti ya? apakah aku memerintah orang saja untuk berpura-pura bekerja di rumahnya sebagai asisten rumah tangga?" batinnya lagi.

********

Beberapa hari kemudian,

Shinta yang selama ini tinggal di rumah nenek, kini keadaannya sudah mulai membaik. Ia sudah bisa melakukan aktivitas seperti biasanya dan perlahan ingatannya juga telah pulih.

"Aku harus menghubungi Mas Rivaldo, untuk mengatakan bahwa aku ada di sebuah hutan yang letaknya lumayan jauh dari tempat tinggalnya, supaya ia mengirim orang untuk menjemput aku pulang," ucap Shinta.

Saat itu juga Shinta meminjam ponsel milik si nenek untuk menelepon, Rivaldo.

Kring kring kring kring

Telepon berdering dari ponsel milik Rivaldo, ia pun lekas mengangkatnya walaupun ia sama sekali belum mengetahui nomor ponsel yang menelpon tersebut.

"Halo, Mas Rivaldo. Ini Sinta, tolong aku."

'Hay penipu, untuk apa kamu berbohong padaku dengan mengaku-ngaku jika dirimu ini adalah, Shinta!'

"Mas Rivaldo, ini aku benar-benar Shinta. Aku bukan penipu, kenapa kamu tidak percaya denganku? aku saat ini butuh pertolonganmu dengan segera."

Pada saat Shinta menelpon Rivaldo, kebetulan sekali Shanti ada di samping Rivaldo, hingga ia pun bisa mendengar percakapan tersebut.

"Siapa sih Mas? kok ngaku-ngaku sebagai diriku?" tanya Shanti bahkan Shinta yang ada di balik telpon juga sempat mendengarnya.

"Entahlah sayang, aku juga tidak tahu telepon-telepon minta tolong dan mengatakan jika dirinya adalah dirimu."

"Tutup saja teleponnya mas, nggak usah di pedulikan. Mungkin memang dia ingin menipu dirimu. Hati-hati saja sekarang marak sekali dengan berbagai macam penipuan. Jangan lupa nomor ponselnya kamu blokir sekalian supaya orangnya tidak menelponmu kembali," ucap Shanti.

Hingga pada akhirnya Rivaldo menutup panggilan telepon dari Shinta dan ia juga memblokir nomor tersebut.

Sementara Shinta begitu kaget pada saat mendengar ada suara wanita yang mengaku jika dia adalah dirinya.

"Bagaimana bisa mas Rivaldo percaya dengan wanita itu? dan menganggap wanita itu adalah aku?" batin Shinta heran.

"Sebaiknya aku harus menyelidiki hal ini, karena aku mulai curiga ada seseorang yang ingin menghancurkan rumah tanggaku bersama Mas Rivaldo," batin Shinta.

Shanti yang sempat mendengar percakapan antara Shinta dan Rivaldo menjadi gelisah.

"Apakah benar tadi yang menelpon adalah Shinta? bukankah waktu itu Santo mengatakan jika telah menghabisinya, kenapa ia masih hidup hingga saat ini?"

"Ini tidak bisa dibiarkan, aku harus mencari tahu di mana keberadaan Shinta saat ini. Jika memang dia masih hidup. Dan aku akan benar-benar menghabisinya dengan tanganku sendiri."

"Karena Shinta bisa menghancurkan impianku untuk bisa menjadi istri Rivaldo sepenuhnya. Dia bisa menjadi batu sandungan bagi diriku."

'Bodohnya aku, seharusnya tadi menjebak Shinta dengan menanyakan di mana keberadaannya saat ini supaya aku dengan mudah menghabisinya secepat nya."

"Nanti aku akan mengecek kembali ponsel milik Mas Rivaldo, aku yakin nomor ponselnya masih ada walaupun sudah diblokir tetapi riwayat panggilan teleponnya pasti masih tersimpan di dalam ponsel Mas Rivaldo."

"Dengan begitu aku akan mudah untuk segera menyingkirkan Shinta secepatnya."

Shanti benar-benar jahat, ia wanita yang tidak berperikemanusiaan sama sekali. Ia ingin menyingkirkan saudara kembarnya sendiri.

Baik Shanti maupun Shinta sama-sama saling penasaran satu sama lain. Shinta penasaran dengan jati diri wanita yang saat ini ada bersama Rivaldo. Sedangkan Shanti penasaran apakah memang benar Shinta itu belum meninggal.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!