Sementara saat ini Shinta berada di sebuah perkampungan yang tak padat penduduknya dan melintaslah seseorang menolong dirinya.
Orang tersebut membawa Shinta pulang ke rumahnya dan ia mengobatinya dengan obat tradisional sesuai dengan keahliannya sebagai penyembuh di desa tersebut.
"Kasihan sekali gadis ini, kenapa dia bisa ada di tepi jurang? Untung saja aku lekas menemukannya dan membawanya pulang, jika tidak pasti sudah dimakan binatang buas atau mendapatkan perlakuan tidak senonoh oleh para penjahat," batin orang tersebut seraya membalut beberapa luka di tubuh Shinta dengan dedaunan.
Memang daerah pedesaan tersebut rawan sekali dengan kejahatan dan juga binatang buas. Keberuntungan masih berada di pihak Shinta karena ada seseorang yang menolong dirinya.
Selama beberapa hari Shinta tidak sadarkan diri di rumah orang tersebut.
"Tidak ada identitasnya sama sekali sehingga aku tidak bisa mengetahui siapa namanya dan dari mana asalnya."
"Bahkan sudah berhari-hari, tetapi gadis ini belum juga sadarkan diri sehingga aku belum bisa menanyakan apa yang telah menimpa pada dirinya."
Terus saja orang ini menggerutu di dalam hati dan tak lama kemudian terbukalah perlahan demi perlahan mata Shinta. Ia melihat ke sekeliling tempat itu dan ia juga melihat ke arah orang yang telah menolongnya.
"Nenek, aku ada di mana?" tanya Shinta lirih.
"Kamu ada di rumahku. Beberapa hari ini kamu tak sadarkan diri," ucap si nenek tua itu.
"Bagaimana bisa aku ada di sini, nek?" tanya Shinta lirih.
"Beberapa hari yang lalu, nenek tak sengaja menemukan dirimu di tepi jurang dekat rumah nenek. Jadi nenek membawamu pulang ke rumah," ucap nenek tersenyum.
Dia sangat lega dan senang karena Shinta sudah sadarkan diri.
"Siapa namamu, cu?" tanya si nenek.
"Nama, aaa..ku bahkan tidak tahu siapa namaku dan aku juga tak tahu bagaimana aku bisa ada ditepi jurang seperti yang nenek katakan," ucap Shinta lirih.
"Bagaimana ini, jika aku tidak tahu tahu siapa namanya di mana rumahnya bagaimana aku bisa akan menghubungi salah satu anggota keluarganya jika seperti ini?" batin Nenek bingung.
"Ya sudah jika begitu sebaiknya kamu untuk sementara waktu tinggal di sini saja. Sembari menunggu kamu benar-benar sehat dan pulih. Semoga saja lambat laun ingatan kamu juga pulih," ucap si nenek.
"Baiklah nek, terima kasih atas pertolongan dan kebaikan nenek. Jika tanpa nenek entahlah bagaimana kondisiku saat ini," ucap Shinta lirih.
"Sama-sama, bagaimana aku harus memanggil dirimu ya karena kamu saja tidak ingat siapa namamu sendiri?" tanya Nenek bingung.
"Terserah nenek saja mau memanggilku siapa," ucap Shinta lirih.
"Baiklah kalau begitu aku akan memanggilmu Alika, bagaimana?" tanya nenek.
"Baiklah, Nek. Aku setuju jika saat ini di panggil dengan nama, Alika," ucap Shinta lirih.
Sejak saat itu nenek memanggil Shinta dengan nama Alika.
Situasi di rumah Rivaldo pun sedang hangat, karena sejak Shanti yang menyamar menjadi Shinta memutuskan untuk di rumah saja, rasa cinta Rivaldo semakin bertambah besar padanya.
"Sayang, tiada hati yang sebahagia aku saat ini. Luar biasa bahagianya diriku dengan pengorbanan yang kamu berikan padaku. Kamu mengorbankan karirmu hanya demi diriku dan keutuhan rumah tangga kita."
Rivaldo terus saja memeluk Shanti begitu eratnya.
"Bahagianya diriku setelah aku berhasil menggantikan posisi Shinta di rumah ini. Baru beberapa hari saja aku sudah sebahagia ini, apalagi jika aku benar-benar menjadi Shinta selamanya. "Semoga saja Santo menjalankan tugasnya dengan baik, ia benar-benar melenyapkan Shinta dari muka bumi ini sehingga rencanaku akan berjalan lancar untuk selamanya," batin Shanti.
"Sebaiknya aku harus menemui Santo secepatnya karena sejak aku ada di rumah ini belum pernah sekalipun menemui dirinya. Aku ingin mendengar langsung dari mulutnya tentang keberhasilannya menyingkirkan Shinta, karena aku belum merasa puas jika hanya membaca chat pesan darinya saja," batin Shanti.
Hingga pada saat waktu luang Shanti pun menyempatkan diri untuk menemui Santo tanpa sepengetahuan Rivaldo.
"Sayang, kenapa baru hari ini kamu menemuiku? padahal aku sudah sangat merindukanmu. Apakah kamu tidak merasakan hal yang sama denganku?" rajuk Santo seraya memeluk Shanti.
"Aku minta maaf baru bisa menemuimu karena supaya Rivaldo tidak curiga padaku. Bagaimanakah tugas yang aku berikan padamu sayang?" tanya Shanti menatap tajam ke arah Santo.
"Bukankah aku sudah mengatakan padamu lewat chat pesan waktu itu? jika aku telah menghabisi Shinta dan aku membuangnya ke laut. Mungkin saja saat ini dia sudah dimakan ikan paus atau binatang buas yang ada di dalam laut," ucap Santo pasang wajah serius supaya Shanti percaya padanya.
"Kamu benar-benar melakukan tugas yang aku berikan bukan? awas saja ya Mas, jika kamu ternyata membohongiku?" ancam Shanti.
"Astaga, kamu masih saja belum percaya padaku? lantas aku harus bagaimana supaya kamu tak mencurigaiku?" tanya Santo.
"Baiklah aku percaya padamu, terima kasih karena kamu telah membantuku menyingkirkan Shinta. Dengan begitu aku akan selamanya bisa menjadi dirinya."
Apa yang barusan dikatakan oleh Shanti membuat Santo menjadi heran.
"Jika kamu selamanya menjadi Shinta, lalu bagaimana dengan hubungan kita berdua?" tanya Santo memicingkan alisnya.
"Sayang, betapa bodohnya dirimu sehingga kamu masih saja bertanya tentang hal ini. Kamu tak usah mengkhawatirkan akan hal ini, percaya saja padaku," ucap Shanti.
"Sayang, apakah selama kamu bersama dengan Rivaldo kamu melakukan hubungan suami istri dengannya?" tanya Santo tiba-tiba.
"Memangnya kenapa kalau aku melakukan hubungan suami istri dengan Rivaldo? yang terpenting hatiku hanyalah untukmu selalu. Lagi pula ini hanya untuk sementara waktu selagi aku belum bisa menguasai seluruh harta milik Rivaldo," ucap Shanti.
"Jujur saja aku sebenarnya tidak rela jika dirimu disentuh oleh lelaki lain," ucap Santo.
"Jika begini caranya aku harus segera menyingkirkan Santo supaya dia tidak menjadi batu sandungan bagi hubunganku dengan Rivaldo," batin Shanti.
Hingga tanpa sepengetahuan Santo ia pun menghubungi beberapa anak buah kepercayaannya untuk melakukan tugas kembali, yakni menyingkirkan Santo untuk selamanya.
"Sayang, kalau begitu cukup sampai di sini pertemuan kita. Karena aku tak ingin Rivaldo curiga jika aku pergi terlalu lama. Aku mohon padamu supaya selalu percaya pada diriku. Aku pastikan suatu saat nanti kita akan bersama untuk selamanya," ucap Shanti berbohong.
Saat itu juga Shanti meninggalkan Santo begitu saja padahal Santo belum mengucapkan sepatah kata sama sekali untuk menanggapi Santi yang berpamitan.
"Kenapa aku tidak rela seperti ini, apakah aku harus mengungkap saja pada suami Shinta jika yang saat ini bersamanya bukanlah Shinta melainkan Santi?" batin Santo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Alya Yuni
Bersenang dulu kau Shanti suatu saat akan trcium ju
2022-12-02
1