Jessica berusaha menahan tangis yang ada di matanya agar tidak terjatuh ke pipinya.
"Bolehkah aku pergi sekarang?" Tanya Jessica.
"Iya kau boleh pergi." Ucap Sang Papa.
Jessica lalu berjalan ke arah kamarnya dan menutup pintu di belakangnya. Jadi tidak akan ada orang yang bisa mendengar dia menangis.
Semua hal yang dikatakan Sang Papa kepadanya, itu adalah hal terakhir yang diharapkan Jessica untuk dia dengar. Dia lalu melihat kearah gaun elegannya yang begitu banyak, ada rok dan pakaian yang menggantung di dalam lemarinya yang besar itu. Terdapat banyak koleksi sepatu dan juga tas branded yang terpajang rapi di dalam lemari etalase.
Dia juga memiliki tempat tidur yang begitu besar dengan bed cover yang berwarna ungu dan lampu tidur yang menggantung di sana yang tampak indah. Ada juga kotak perhiasan yang berisi banyak sekali perhiasan mewah di dalamnya.
Jessica sangat menyukai semua hal itu. Dia memang sangat senang dengan benda-benda mahal yang indah yang bisa dia beli dengan uangnya yang banyak. Tapi itu dulu, sekarang dia tidak mencintai hal itu lagi terlebih apalagi dia harus menikah dengan Leo.
Jessica lebih memilih untuk hidup menyedihkan daripada harus menikah dengan Leo.
'Apa salahnya menjalani hidup yang menyedihkan hanya karena tidak punya harta?' pikir Jessica.
Dia tidak bisa membayangkan bahwa Leo tidak akan mengatakan hal yang menarik kepada dirinya saat mereka resmi menikah nanti.
Jessica duduk di tempat tidurnya dan mengusap bed covernya yang berwarna ungu dan terasa sangat lembut itu. Dia sudah terbiasa merasa sangat nyaman di kamarnya. Tapi saat dia perlahan membayangkan apa yang akan terjadi padanya setelah menikah dengan Leo, dia tidak bisa menemukan ketenangan di dalam hatinya lagi.
Dia benci pada faktanya dimana dia tidak bisa memutuskan sesuatu sesuai dengan keinginannya sendiri.
'Kenapa aku harus mengikuti keinginan Papa?' Ucap Jessica dalam hati seraya mengusap air matanya.
Dia lantas menatap bayangan dirinya yang ada di dalam cermin yang ada di hadapannya itu. Dia tahu bahwa dia bukanlah wanita yang begitu menarik untuk dilihat, di mana dia tidak pernah menerima lebih dari satu tawaran untuk suatu hubungan percintaan.
Rambutnya yang berwarna hitam sedikit bergelombang itu jatuh ke pundaknya. Tubuhnya juga tidak seksi, tidak pula gemuk. Dia malah Dia merasa bahwa dirinya hanya seorang wanita biasa. Tidak heran bahwa Papa nya merasa bahwa dia harus mengatur sebuah pernikahan untuk dirinya.
Setelah Jessica menangis, untuk beberapa saat dia pun merasa kelelahan dan tertidur.
...****************...
Keesokan harinya.....
Dia menolak untuk sarapan atau makan siang hari berikutnya. Dia tetap berada di dalam kamarnya, mengurung dirinya.
Dan hari itu adalah hari kamis, dua hari lagi dia akan menjadi Nyonya Leo Milton. Jessica menggelengkan kepalanya memikirkan semua hal itu. Sebuah ketukan di pintu kamarnya membuat dia tersadar dari dalam pikiran terdalam nya.
"Jessica, bisakah aku bicara denganmu?" Tanya Brian kepadanya.
Bria berdiri di depan pintu kamar Jessica, dan berharap bahwa Jessica akan membuka pintu untuknya.
Jessica menghela napas dan memutuskan untuk membuka pintu. Dia merasa lega karena melihat bahwa saudara kembarnya itu hanya sendirian. Dia tidak mau melihat Sang Papa yang telah memutuskan sebuah pernikahan mengerikan untuk dirinya.
Brian lalu menutup pintu di belakangnya dan duduk di sebuah kursi yang ada di depan tempat tidur di mana Jessica tengah duduk.
"Kenapa pikiran tentang menikah dengan Leo membuatmu merasa sangat tidak senang?" Tanya Brian tanpa basa-basi.
"Kau tahu kenapa?" Ucap Jessica dengan raut wajah kesal. "Karena aku tidak bisa berhenti memikirkan bagaimana aku bisa berbicara dengannya? Bagaimana aku bisa memikirkan untuk menikah dengannya. Kau memang sangat menikmati obrolan kalian berdua tentang investasi membosankan kalian dan juga bisnis itu dengan sangat natural. Kau lah orang yang terlihat sangat senang dengan dia menikah denganku." Lanjut Jessica.
"Dia tidak hanya membicarakan tentang investasi. Dia juga punya pembicaraan tentang hal menarik lainnya. Dia sangat suka teater, pesta makan malam, binatang dan juga pantai. Kau dan dia mempunyai mimpi yang sama dan juga latar belakang finansial yang juga sama." Ujar Brian kepada Jessica.
"Uang tidak akan bisa membuat semuanya lebih baik bagiku sekarang. Jika Papa masih memiliki beberapa uang, aku yakin bahwa aku pasti tidak akan dipaksa untuk menikah dengannya. Kau mungkin berpikir bahwa dia orang yang menyenangkan. Tapi aku sama sekali tidak. Harry adalah pria yang jauh lebih menyenangkan." Balas Jessica.
"Kau baru saja berbicara dua kali dengan Harry, kau bahkan belum resmi bertunangan dengannya." Ucap Brian.
"Memang benar, tapi aku sangat senang mengobrol dengan nya." Balas Jessica lagi.
"Berikan Leo sebuah kesempatan, mungkin dalam satu bulan kau bisa lupakan semuanya dan merasa senang untuk bicara dengan Leo sama seperti kau bicara dengan Herry." Ucap Brian lagi berusaha meyakinkan Jessica agar dia menerima pernikahan dirinya dengan Leo sahabatnya itu.
"Terserah kau saja, tapi aku tidak akan pernah setuju dengan pernikahan ini." Ucap Jessica.
"Aku yakin bahwa dia akan memperlakukan mu jauh lebih baik dari yang dilakukan Harry." Ujar Brian.
"Sangat mudah untukmu mengatakan hal itu, karena bukan kaulah orang yang akan diminta menikah dengannya." Ucap Jessica.
"Aku adalah saudaramu dan tentu aku ingin kau bahagia." Balas Brian.
Jessica tahu apa yang dimaksudkan oleh Brian baik, tapi Brian tidak bisa menghargai situasi dirinya saat ini karena Brian tidak berada di dalam situasi seperti itu. Brian tidak perlu menikah dengan seseorang. Dia mempunyai kemampuan untuk bisa bekerja. Dia adalah seorang pria dan dia bebas untuk menikah dengan siapapun yang dia inginkan dan kapanpun dia ingin menikah.
Tapi wanita tidak memiliki kesempatan seperti itu. Kadang-kadang Jessica menyayangkan fakta bahwa dia terlahir sebagai seorang wanita. Andai saja jika dia dilahirkan sebagai seorang lelaki dia pasti akan bisa bebas.
"Aku mendapat kesempatan untuk bicara dengan Leo hari ini." Ucap Brian mulai bicara lagi. "Dan dia memang setuju untuk menikah denganmu." Ucap Brian.
Jessica benar-benar tidak menyembunyikan rasa tidak sukanya terhadap Leo.
"Kenapa? Dia bahkan tidak mengenal aku." Ucap Jessica.
"Memang tidak, tapi dia tahu siapa aku. Dia mengerti akan reputasi dirimu di kota ini dan hadapi itu. Kau adalah orang yang sangat baik. Kau melakukan banyak hal baik untuk orang lain. Dia mengetahui bahwa kau akan menjadi seorang istri yang baik dan juga ibu yang baik bagi anak-anak kalian teladan dia adalah pria yang sangat hebat dengan reputasi yang baik juga dan hal itu sama seperti dirimu kalian berdua akan menjadi pasangan yang serasi, baik itu di hadapan publik ataupun secara pribadi." ujar Brian panjang lebar.
"Itu semua hanyalah sebuah opini saja." Ucap Jessica.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments