5.
Andre terdiam mendengar ucapan Nazhwa lalu ia kembali ke meja kerjanya melanjutkan pekerjanya sementara Nazhwa sendiri membereskan bekas makan suaminya itu.
Sebenarnya ingin sekali ia pulang, berada diruangan Andre rasanya tidak nyaman sekali terlebih suaminya itu sama sekali tidak ada perhatian padanya. Namun karena mama mertuanya yang meminta ia untuk tetap tinggal dan Nazhwa pun menurut saja.
Sambil memainkan ponselnya sesekali ia melirik Andre yang masih fokus pada benda lipatnya. Laki-laki itu entah bagaimana bisa datang melamarnya namun tidak menganggapnya sebagai istri. Memikirkan itu membuat kepala Nazhwa berdenyut, belum lagi keluhan penyakitnya yang membuatnya bertambah lemas saja.
Hampir satu jam menunggu namun Andre tak kunjung selesai dari pekerjaannya, ia pun membaringkan tubuhnya di sofa dan perlahan memejamkan mata.
Beberapa saat kemudian, Andre pun telah selesai, ia menutup, laptopnya lalu meregangkan otot-otot nya. Tatapannya tertuju pada Nazhwa yang berbaring di sofa. Ia segera membereskan berkas-berkas yang tercecer lalu beranjak menghampiri istrinya.
Keningnya mengkerut melihat wajah Nazhwa yang terlihat pucat, ia menempelkan punggung tangannya ke kening Nazhwa namun tak merasa panas.
'Kalau tidak demam, lalu kenapa wajahnya terlihat pucat? Apa cuma penglihatan aku aja yang buram karena terlalu lama menatap laptop.' gumamnya.
Andre pun membangunkan istrinya itu.
"Nazhwa, ayo bangun, aku sudah mau pulang nih, jangan bilang aku harus gendong kamu ke mobil. Itu gak bakalan aku lakuin.' tutur Andre sambil menggoyang goyangkan pundak Nazhwa.
Namun, Nazhwa tak kunjung bangun yang membuat Andre menjadi kesal.
"Ck, bikin repot aja sih. Ngapain juga pake dengerin mama buat nungguin aku disini, kenapa coba gak pulang aja tadi pas mama udah pulang." Gerutunya.
Andre mencoba membangunkan istrinya lagi, namun Nazhwa hanya mengigau.
"Kak Shalwa, aku kangen banget sama Kakak. Kenapa Kakak pergi ninggalin aku."
Andre terpaku mendengar Nazhwa mengigau. Rasa bersalah kembali menyelimuti nya, sebenarnya ia turut andil dalam meninggalnya Shalwa. Andai saja waktu itu ia tak mengebut mungkin hingga saat ini Shalwa masih ada dan tak perlu menikahi Nazhwa.
Andre merendahkan tubuhnya memandangi wajah lelap Nazhwa. Tangannya terulur mengusap puncak kepala istrinya itu yang terbalut hijab. Ia sendiri mengakui jika Nazhwa adalah gadis yang baik, bahkan wajah Nazhwa lebih cantik dari almarhumah kekasihnya. Namun tetap saja ia tidak bisa memaksakan hati untuk mencintai wanita yang seharusnya menjadi adik iparnya.
"Maafkan aku, Nazhwa. Maaf karena sudah membawamu kedalam hubungan rumit ini, setelah 6 bulan pernikahan kita aku akan membebaskan mu dan semoga kelak kamu menemukan laki-laki yang benar-benar tulus mencintaimu."
"Shalwa, maafkan aku karena tidak bisa menjalankan amanah darimu. Aku tidak bisa memaksakan hatiku untuk mencintai adikmu, bahkan hanya sekedar bertutur sapa dengannya aku tak sanggup, dia selalu mengingatkan aku denganmu. Maafkan aku jika suatu hari nanti harus melepaskannya."
Andre menarik tangannya, ia berdiri kembali lalu membawa tubuhnya duduk di sofa yang berseberangan dengan sofa tempat Nazhwa berbaring, sambil terus menatap istrinya itu.
Andre melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya, waktu sudah menujukan pukul empat sore namun Nazhwa belum juga bangun. Dengan terpaksa ia harus menggendong istrinya itu menuju mobil jika tidak maka mereka akan kemalaman berada di kantor.
Namun, belum keluar dari ruang kerjanya tiba-tiba Nazhwa terbangun, Andre pun segera menurunkan istrinya itu dari gendongannya.
"Ngerepotin aja."
"Maaf Mas, aku ketiduran." Ujar Nazhwa.
"Aku kira tadi kamu mati, untung kamu cepet bangun kalau enggak sudah aku kubur kamu." Ketus Andre lalu melangkah meninggalkan Nazhwa.
Nazhwa hanya bisa geleng-geleng kepala sambil mengikuti suaminya dari belakang. Dalam hati Nazhwa berdoa semoga ia bisa meluluhkan hati suaminya sebelum ia benar-benar mati.
Terlihat suasana kantor sudah sepi, Nazhwa merutuki dirinya sendiri karena bisa sampai ketiduran selama itu. Sesampainya di parkiran, Andre masuk kedalam mobil tanpa membukakan pintu mobil untuk istrinya. Lagi-lagi Nazhwa hanya bisa geleng kepala menghadapi sikap suaminya itu.
______________
Sesampainya dirumah, Andre langsung menuju kamar tanpa menunggu Nazhwa. Namun Nazhwa sudah tak ingin ambil pusing dengan sikap Andre. Nazhwa juga bergegas menuju kamar menyiapkan air hangat untuk Andre mandi setelah itu menyiapkan pakaian suaminya.
Satu bulan sudah cukup untuk Nazhwa untuk tahu apa saja kebiasaan Andre, sembari menunggu suaminya selesai mandi ia pergi kedapur untuk membuat minuman kesukaan Andre disaat sore hari. Cappucino lengkap dengan camilan nya sudah tersedia dalam waktu sepuluh menit saja. Setelah siap ia membawanya menuju kamar kemudian pergi kedepan pintu kamar mandi menunggu Andre keluar.
Beberapa saat kemudian pintu kamar mandi pun terbuka, Andre keluar hanya dengan mengenakan handuk menutupi sebagian tubuhnya, pemandangan seperti itu sudah biasa Nazhwa lihat selama sebulan menjadi istri Andre. Namun tetap saja Nazhwa langsung memalingkan wajahnya, terlebih Andre belum pernah menyentuhnya yang membuatnya merasa malu melihat tubuh polos laki-laki.
"Pakaian Mas sudah aku siapkan, minuman dan camilan kesukaan Mas juga sudah aku buatkan. Aku tinggal dulu kedapur dulu ya, Mas, mau masak untuk makan malam."
Andre hanya mengangguk kecil lalu berjalan menuju ranjang mengambil pakaian yang sudah disiapkan Nazhwa, sementara itu Nazhwa langsung menuju dapur untuk memasak.
Setelah selesai berpakaian, Andre mengambil nampan yang berisi segelas cappucino beserta cemilan nya yang terletak di atas meja lalu membawa menuju balkon kamar.
Sambil menyaksikan matahari yang mulai tenggelam, Andre menyeruput cappucino nya. Ia lagi-lagi teringat dengan Shalwa, dulu mereka berdua sering sekali pulang kemalaman hanya karena ingin menyaksikan matahari terbenam. Namun itu semua hanyalah tinggal kenangan yang tak kan bisa terulang lagi. Kekasihnya telah tiada, dia sudah tenang dialam sana meninggalkan dirinya dengan sebuah amanah yang tak bisa ia laksanakan.
Sementara itu didapur, Nazhwa masih berkutat dengan peralatan memasaknya. Ia memasak makanan kesukaan Andre yang ia tahu dari mama mertuanya.
Apapun akan ia lakukan demi membuat hati suaminya luluh, tak perduli dengan kondisinya yang kian melemah, ia akan berusaha hingga saatnya nanti sudah tak sanggup melawan rasa sakit yang menggerogoti tubuhnya. Namun ia tetap berharap Allah memberinya kesempatan untuk hidup setidaknya sampai ia bisa merasakan menjadi istri yang sesungguhnya bagi Andre. Namun jika Allah berkehendak lain maka tidak ada yang bisa ia lakukan selain berpasrah diri dan menerima segala ketentuan-NYA.
Ia yakin jika apapun yang terjadi dalam hidupnya sudah diatur dengan baik oleh Allah. Baik itu penyakit yang dideritanya saat ini maupun prahara rumah tangga yang tak pernah terbayangkan dalam benaknya. Dan yang perlu ia lakukan hanyalah ikhlas dan berlapang dada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Iqlima Al Jazira
Ya Allah 🥺
2023-11-03
0
Huzaima Moh Arif
Masya Allah baru baca Thor ko ak baper,,tak tahan air mata meleleh
2023-01-22
1
Yani
Semoga penyakit Nazhwa bisa sembuh
2022-12-23
1