Ririn sudah memberikan surat pengunduran diri di tempat kerja nya, karena itu adalah persyaratan yang di ajukan oleh Riko kepadanya.
Setelah keluar dari tempat kerjanya itu, Ririn ke kampus untuk keperluan administrasi ujian akhir semester tersebut.
"Ririn....."
Dengan tersenyum Ririn menoleh pemilik suara itu.
"Rin... judul skripsi kita sudah di terima, ini proposal mu yang sudah di tandatangani oleh pembimbing dan ketua prodi."
Sarah adalah sahabat dekatnya Ririn dan satu kerja juga.
Sarah dan Ririn sudah bersahabat sejak SMA sampai sekarang, dan sahabat Ririn melihat raut yang berbeda dari Ririn.
"Rin....
Cerita samaKu, kamu harus ingat kalau aku ini adalah sahabat mu. suka atau duka harus kita harus saling berbagi."
Ririn menatap sahabatnya itu dengan mata yang berkaca-kaca, melihat hal itu Sarah langsung membawa Ririn ke tempat sepi yaitu pojok taman kampus untuk mendengarkan cerita dari Ririn.
Sarah menuntun Ririn duduk di kursi, dan kemudian memberikan botol minum ke Ririn dan berharap sahabat nya itu bisa tenang.
Setelah minum air dari botol minum itu, Ririn langsung menangis. Sarah langsung memeluk nya, kedua sahabat itu berpelukan di kursi taman pojok itu.
Ririn sudah berhenti menangis dan perlahan Sarah menarik pundak Ririn untuk lepas dari pelukannya.
"Rin.... tenang ya."
ujar Sarah kepadanya, dan sahabat nya itu menghapus air mata Ririn yang berderai di pipinya.
"Aku akan segera menikah dengan majikan mama."
"apa? pasti aku salah dengar."
"tidak Sarah, kamu ngak salah dengar. lusa aku akan menikah dengan Riko, majikan mama."
Sarah hanya bisa tertegun, bak disambar petir di siang bolong.
"papa nikah lagi, dan lebih parahnya papa membawa kabur semua uang tabungan ku dan mama.
Sementara Adit harus di operasi yang membutuhkan biaya yang besar, rumah sudah di jual papa.
jalan satu-satunya adalah memenuhi permintaan dari majikan mama untuk menjadi istrinya."
"kamu yakin Rin? terus Bagas gimana?"
Ririn menatap sahabatnya itu, derai air itu kembali mengalir di pipinya.
"tolong panggil Bagas kemari."
Sarah langsung meraih handphone nya, dan kemudian menghubungi Bagas.
Tidak berapa lama Bagas sudah tiba dihadapan mereka berdua, dengan raut wajah yang penasaran.
"kenapa kamu menghindari ku sayang?" ujar Bagas sembari memegang kedua tangan Ririn.
"Bagas, a.... ku mintak maaf. kita harus menyudahi hubungan kita ini, lusa aku akan menikah dengan majikan mama."
"sayang... ngak bisa begini, a... k... u ngak mau di putuskan secara sepihak.
"maaf bas... permisi...."
Dengan berurai air mata, Ririn meninggalkan Bastian dan Sarah di pojok taman itu dalam kebingungan tanpa kejelasan.
"pak ayo kita jalan ke butik."
Tanpa bertanya pak Deden langsung melaju, wajah sembab Ririn yang berusaha disembunyikan olehnya tapi pak Deden tidak berani bertanya.
Tidak berapa lama mereka sampai di butik Sisil gadungan itu, sebelum keluar dari mobil. Ririn merapikan pakaiannya dan bersolek untuk menyamarkan wajahnya yang sembab.
"itu gadis cantik nan malang yang akan menjadi korban berikutnya."
Begitu bisik-bisik dari pegawai Butik itu ketika Ririn berjalan menelusuri rak-rak pakaian mewah itu.
"sini cantik..."
pinta Sisil gadungan itu sembari menggandeng tangannya, Ririn dibawah ke rumah yang mewah dan dua perempuan sudah bersiap yang membawa ranjang busana itu.
"gimana? di bagian mana yang kurang cantik?"
Sisil gadungan bertanya dengan begitu lembut nya ala suara bas.
"sudah pas kok."
Jawab Ririn dengan singkat, Sisil gadungan kemudian memperlihatkan beberapa aksesoris untuk tambahan gaun tersebut.
Ririn hanya menghargai keramahtamahan dari Sisil gadungan, akhirnya dia memilih beberapa aksesoris untuk dipadukan padankan dengan gaun pengantin itu.
"ibu cantik, ini adalah koleksi sepatu butik kami. silahkan di pilih yang menurut ibu cocok dengan gaun nya."
Ririn memilih sepatu yang cocok menurutnya, dan pilih itu di puji oleh Sisil gadungan Karena kelihaian memilih barang yang berkualitas.
"ibu....
" Kak Sisil, jangan panggil ibu dong, panggil aja Ririn."
Sanggah Ririn kepada Sisil gadungan itu, karena selalu memanggilnya ' ibu '
"ya sudah eke panggil kakak aja, biar dengar akrab."
"itu jauh lebih baik kak Sisil."
Dengan senyuman dari Sisil gadungan, untuk jawaban dari Ririn.
"baik kak Ririn, semuanya sudah selesai. kami tidak akan mengecewakan kak Ririn, serahkan semua kepada maestro ahlinya.
Kalau kak Ririn mau melihat koleksi kami yang lain silahkan, semua bagus-bagus kok kak."
"lain kali saja kak, Ririn mau ke rumah sakit untuk menggantikan mama menjaga adek."
"baiklah kalau begitu, semoga si Adek sembuh ya kak. hati-hati kakak sayang ku."
Ririn hanya membalasnya dengan tersenyum dan melambaikan tangannya ke arah Sisil gadungan.
Ririn sudah tiba di ruangan rawat Adit, terlihat mama nya tersenyum menyambut Ririn.
"tadi jam 9 pagi adek sudah di kemoterapi kak, dan barusan saja dokter mengecek hasilnya.
Tubuh adek tidak menunjukkan efek samping, dan kesehatan nya semakin membaik."
"syukurlah ma, ngak bisa membayangkan kalau adek di operasi ulang."
"benar itu kak, mama juga menangis ketika adek menangis menahan sakit nya paska operasi itu kak."
"mama pasti capek dan kurang tidur, mama pulang saja dan istrihat ya. biar Ririn yang menjaga Adek."
"ngak usah kak, mama tidur di ranjang itu kok. mama fit dan sehat.
Kakak pulang saja, istrihat dan persiapkan dirimu sayang. kedepannya pasti akan lebih sulit.
Ririn putri mama, kamu bisa mengajukan perceraian jika tidak sanggup menjalaninya.
Seperti yang dilakukan oleh kedua mantan istrinya, Tuan tidak akan menahan mu jika terjadi kekerasan dalam rumah tangga."
"kita lihat saja ma, sampai mana Ririn bisa bertahan.
Ririn hanya mengenal Riko lewat cerita dari mama, mudah-mudahan Riko tidak seburuk yang mama cerita kan. semoga ada setitik kebaikan di pernikahan kami nantinya ma."
Ririn dan mamanya hanya bisa berpelukan, derai air mata langsung mengalir di pipinya.
Pribadi yang selalu berbeda-beda setiap saat, mood yang selalu berubah-ubah di saat tertentu, paranoid yang berlebihan, sombong dan selalu berkata kasar.
Itulah cerita yang sering di dengar Ririn dari mamanya mengenai sifat Riko calon suaminya.
Riko adalah pengusaha kaya raya, sebagian besar hartanya di peroleh dari Almarhumah mamanya dan kemudian di kembangkan oleh Riko.
"ma.... apa kedua mantan istri dari Riko sempat hamil?"
"istri yang kedua sempat hamil 3 bulan, tapi kemudian gugur karena kekerasan di ranjang yang dilakukan oleh tuan Riko."
"mama tahu apa yang menyebabkan Riko seperti ini ma?"
"kurang tahu pasti kak, karena mama hanya bekerja dari pagi sampai Sore di rumah itu sebagai cuci gosok."
Inilah tantangan selanjutnya bagi Ririn, dengan image yang buruk dari calon suami yang sudah menduda dua kali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments