Tidak ada gunanya berdiam diri di taman kecil ini, akhirnya Ririn beranjak dari taman itu. tiba-tiba saja ada pria paruh baya menghampiri Nya.
"non Ririn ya?"
Tanya pria paruh baya kepada Ririn, dan hal itu membuat Ririn tertegun untuk sementara waktu.
"iya benar pak, bapak siapa? untuk apa menemui saya?"
"saya Deden non, yang di tugaskan tuan Riko untuk menjadi supir pribadi non Ririn."
"sebentar pak Deden, bukannya....
"perintah tuan Riko, mulai hari ini saya akan mengantarkan non Ririn kemana pun pergi.
Non Ririn, tolong jangan di tolak ya. nanti bapak di pecat. anak-anak bapak masih kecil, hanya bapak yang menjadi tulang punggung keluarga."
Pak Deden memohon kepada Ririn untuk tidak menolaknya.
Ririn akhirnya menerima nya, karena permohonan dari pak Deden.
Ririn akhirnya berangkat ke kampus, sesampai nya di kampus. Ririn langsung menuju mading pengumuman, dan kemudian memotret jadwal ujian tersebut.
Mahasiswa fakultas ilmu komputer, Ririn adalah mahasiswi jurusan Animasi di tingkat akhir.
"Rin... Ririn...
Suara itu milik Bagas, pria yang menyukai Ririn teman satu kelasnya. Ririn berusaha berlalu dan berpura-pura tidak mendengarkan Bagas yang memanggilnya.
Akhirnya Ririn bisa menghindari Bagas, inilah caranya untuk menjauhkan dirinya dari pria yang menyukai nya.
"kita jalan pak, sekarang ya."
Pinta Ririn kepada pak Deden, dan supir pribadi itu langsung menjalankan mobilnya. dari kaca spion mobil terlihat Bagas yang mengejar nya dan akhirnya berhenti karena kelelahan mengejar mobil yang berlalu itu.
"kita mau kemana non?"
"pulang ke rumah pak."
jawab Ririn dengan singkat, dan pak Deden pun memenuhi perintah tersebut.
Pak Deden mengambil belokan yang berbeda ke arah rumah Ririn dan hal membuanya menjadi bingung.
"bapak salah belok, seharusnya ke kiri pak!"
"tidak non, keluarga non sudah di pindahkan ke rumah yang baru. semua barang-barang keluarga non sudah di pindahkan ke rumah yang baru."
"pantasan bapak ngak nanya alamat rumah ku ya pak, secepat itukah progres nya."
"benar non, oh ya non Ririn. kata tuan handphone yang di tangan non itu di buang saja, karena handphone baru dan yang lainnya ada di saku belakang kursi kemudi bapak ini.
Handphone yang non pakai sekarang akan diserahkan kepada tuan, karena tuan tidak mau non Ririn berhubungan lagi dengan siapapun kecuali tuan."
Ririn menghela napas panjang, dia tidak mengira kalau Riko tidak Introvert seperti ini. tapi inilah kenyataan yang harus diterimanya.
Ririn membuka saku kursi kemudi dan di dalamnya ada tas kecil, ketika di buka dan isinya adalah handphone keluaran terbaru yang sudah aktif dan serta sudah memilki kartu perdana yang aktif.
Selain handphone ada juga kartu kredit titanium dan kartu debit.
Ririn hanya tersenyum saat melihat benda-benda itu, senyuman itu bukan berarti bahagia tapi adalah senyuman karena merasa dirinya tidak nyaman dengan semua fasilitas itu.
Tidak berapa lama Ririn sudah sampai di rumah barunya, semua tertata rapi dan steling jualan sudah berisi beragam jenis dagangan.
Serta rak-rak yang lain yang sudah berisi barang dagangan berupa sembako, masuk ke dalam rumah, semuanya sangat lengkap.
Mewah dan klasik, Ririn tertegun lalu kemudian menangis.
Drrrt.... drrrt.... drrrt... Drrrt.... drrrt.... drrrt...
Handphone baru itu berbunyi, terlihat yang menghubungi adalah 'mama'
Mau heran tapi tidak jadi, karena ini adalah handphone pemberian dari Riko calon suaminya.
"halo kak, kakak di mana?"
"di rumah baru kita ma, adek kabarnya gimana ma?"
"kabar baik kak, adek tidak perlu operasi lagi. tumor itu sudah benar-benar bersih dari kepala adek mu.
Adit hanya perlu kemoterapi sebanyak dua kali, dan besok adalah komotrapi yang pertama."
"syukurlah lah, tidak bisa ku bayangkan kalau Adit akan di operasi ulang.
Ntar lagi Ririn ke sana ya ma, mama mau Ririn belikan makanan apa?"
"tidak perlu kak, karena bentar tuan akan ke rumah untuk membicarakan perihal pernikahan kalian berdua.
Sudah dulu ya kak, Dokter nya datang lagi untuk memeriksa adik mu."
Percakapan itu berakhir sepihak dari mama nya, dan tidak berapa lama terdengar suara mobil.
Dua mobil datang menghampiri rumah baru Ririn, dari mobil yang paling depan Riko turun. dan mobil berikutnya turun 1 laki-laki yang berpakaian seperti perempuan yang di dampingi oleh dua perempuan yang bernampilan menor alias full makeup.
Riko yang di dampingi oleh asisten dan yang lainnya masuk ke dalam rumah, dan kami semua sudah duduk di ruang tamu yang mewah ini.
"Bu, ini perjanjian yang di revisi dan telah di sahkan oleh Notaris. silahkan di baca."
Pinta asisten Riko, secara seksama Ririn membaca perjanjian itu. semua klausa perjanjian sudah termasuk dan tidak sedikitpun yang tertinggal.
"gimana ibu? sudah sesuai kan?"
Ririn hanya mengangguk, dan Riko kemudian menoleh ke arah Ririn.
"kamu tinggal menerima bersih saja, lusa kita akan menikah. semua sudah di persiapan oleh Asep."
Ucapan dari Riko benar-benar begitu angkuh, dan terlihat dia mengedipkan matanya ke arah pria yang berpakaian seperti perempuan itu.
"ibu cantik, kenalin saya Sisil dan ini adalah ajudan eke. kami ini adalah desainer terkenal yang di tunjuk oleh pak Riko untuk urusan gaun dan makeup ibu.
ladies.....
Cepat ukur Badan ibu ini, hati-hati ya. sampai melukai kulit mulusnya."
Sisil gadungan, sudah jelas dari tenggorokan ada jagun nya. biasa-biasa dia mengaku Sisil, tapi Ririn hanya bisa nurut ketika tubuhnya di ukur untuk keperluan gaun pengantin.
Ajudan nya sudah selesai dengan tugasnya, dan Sisil gadungan itu mendekati Ririn seraya membuka notepad yang di pegang nya.
"Bu....
ini adalah hasil karya-karya eke, silahkan pilih desain mana untuk gaunnya."
Ririn hanya menunjuk salah satu dari slide layar tersebut, terlihat Sisil gadungan itu tersenyum sumringah.
"wanita berkelas pasti tahu desain yang terbaik, yang ibu tunjuk ini adalah terbaru eke dan belum pernah di buat untuk orang lain.
Ibu benar-benar hebat dalam hal memilih desain.
Okey pak Riko, tugas kami selesai. besok sore kami usahakan gaun ini selesai dan siap di pakai."
Riko hanya mengedipkan matanya, dan kemudian Sisil gadungan itu menatap Ririn lagi.
"ibu cantik, besok siang tolong datang ke butik eke ya. untuk fitting, tenang ibu sayang. pak Deden tahu kok alamat butik eke."
Sisil gadungan itu akhirnya pamit pulang, begitu dengan Riko dan asisten.
Ririn lalu berlalu ke kamar barunya, dia hanya bisa menangis meratapi nasibnya yang malang.
Air matanya berurai di pipinya, wajahnya sembab. karena merasa kelelahan Ririn akhirnya tertidur dalam kesedihannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments