Selain sebagai seorang ibu rumahtangga yang gemar menjaga kebersihan,rutinitas Airin yang lain adalah mengajar music di salah satu sekolah musik khusus anak anak.
Jarum jam menunjukkan di angka lima belas tiga puluh,itu artinya jam pelajaran dan kegiatan belajar mengajar telah usai.
Setelah perdebatan tadi pagi dengan Yoga,Airin seolah malas ingin segera kembali kerumah.Namun dia tidak punya pilihan lain karena harus tetap kembali ke rumah.
Airin selalu pergi dan pulang mengendarai kereta MRT.Dia yang biasa selalu terburu buru ingin pulang dan mengejar keberangkatan kereta api pertama yang menuju ke kotanya,namun tidak untuk hari ini.Hari ini dia sengaja membiarkan kereta api yang berangkat menuju ke kotanya pergi meninggalkan nya dan memilih duduk bersantai membaca surat kabar sambil menunggu jadwal keberangkatan berikutnya.
"Ya ampun...."
"Ada ada saja tindakan kriminal saat ini."
"Kenapa para penculik ini selalu saja memilih anak anak yang tidak berdaya untuk melawan mereka."
Gerutu Airin setelah membaca berita penculikan yang ada di surat kabar yang lagi marak di perbincangkan.
"Diam...dan berhenti menangis."
"Sekali lagi kau menangis memanggil ibumu,maka aku akan mencincang tubuhmu kecil kecil dan menjadikan ny untuk makanan tikus."
"Apa ku dengar...!!"
Tiba tiba Airin mendengar dialog yang berisi ancaman saat dia tengah asik membaca surat kabar.
Dengan tidak menurunkan surat kabar yang menutupi wajahnya,Airin coba melirik secara perlahan ke sisi sebelah kiri dia duduk dimana dialog itu terdengar.
Dan seketika Airin menarik nafas panjang saat melihat ternyata dialog ancaman itu adalah dari seorang pria dewasa yang sedang membelakanginya yang tengah berbicara dengan seorang anak kecil dimana pria dewasa itu sama dengan ciri ciri penculik yang tengah di kabarkan pada surat kabar yang dua baca.
"Ibu....."
Rengek anak itu sambil menangis.
Hal itu membuat Airin semakin yakin bahwa anak itu adalah korban penculikan dari seorang penculik yang tengah di beritakan saat ini.Airin pun mulai berpikir dan mencari kesempatan untuk membebaskan anak kecil itu.
"Diam.....!!"
"Dan berhenti menangis...."
Bentak pria itu dan seketika anak itu terdiam karena ketakutan.
"Dengar...tunggu di sini jangan pergi kemana pun sampai aku kembali dari membeli tiket."
Sambung pria itu memberikan perintah dan anak kecil tak berdaya itu pun patuh.
Airin pun berpikir saat pria itu pergi,maka akan dijadikannya kesempatan membawa ank itu pergi untuk menyelamatkannya.
Tak lama pria itu pun pergi ke arah loket pembelian tiket dengan berjalan membelakangi Airin.Secara perlahan Airin mendekati anak itu menutup mulutnya dan membawanya pergi.
Sontak karena terkejut anak kecil itu pun langsung meronta dan coba memberontak dari dekapan Airin yang mulai membawanya berlari.
"Tenanglah nak,aku akan menyelamatkan mu dari penculik jahat itu..."
Kata Airin coba menenangkan ank tersebut dan terus berlari di tengah keramaian dan hiruk pikuk stasiun kereta api.
"Aaaa......"
"Ayah ......"
Teriak anak itu saat tangan Airin terlepas dari menutup mulutnya.
"Iya...iya..."
"Tenanglah setelah dari sini kita akan ke kantor polisi dan akan segera menghubungi ayahmu...."
Kata Airin begitu percaya diri.
Tak lama kemudian pria itu pun kembali dan sangat terkejut karena melihat anak yang di tinggalkannya sudah tidak ada.Dengan sigap matanya lngsung liar mencari setiap sudut stasiun dan tak lama dia langsung melihat anak itu yang sedang di bawa oleh seorang wanita dengan memakai jaket berwarna hitam yang tak lain adalah Airin yang sedang berlari membelakanginya.
Merasa tak mampu berlari dengan kencang untuk mengejar wanita itu yang di pikir seorang penculik juga,akhirnya dia mengeluarkan sebuah bola yang ada di tas nya dan melemparkan nya cukup kuat ke arah Airin.
"Penculik................."
Teriak pria itu sambil melemparkan bola,dan....
"Plllak......"
Lemparan nya tepat mengenai sasaran yaitu kepala Airin,hingga akhirnya Airin kehilangan keseimbngan saat berlari karena merasa begitu pusing akibat hantaman bola yang begitu kuat,dan membuat dia terjatuh dan kakinya tersandung salah satu bangku tunggu dan akhirnya Airin pun pingsan.
"Yess......."
Teriak pria itu merasa puas sambil berjalan menuju ke arah Airin pingsan sekaligus ingin mengambil anak itu.
"Permisi....permisi....."
Kata pria itu minta agar di beri jalan dari kerumunan yang sedang mengelilingi Airin.
"Ai...."
"Airin...."
Kata pria itu cukup terkejut saat melihat wajah Airin yang sudah pingsan.
Ternyata pria itu adalah Reihan,pria asing yang bertemu dengan Airin saat hari pernikahannya.Dan anak yang di duga Airin korban penculikan adalah anak Reihan yang pernah di ceritakan dalam obrolan singkat mereka di kala itu.
Petugas kemanan pun tiba untuk menertibkan kembali keadaan stasiun.Tak ingin masalah ini sampai ke kantor polisi Reihan pun langsung menjelaskan bahwa mereka saling kenal dan tragedi ini hanya salah paham saja.
Selang beberapa menit petugas unit gawat darurat pun tiba untuk membawa Airin dan membawanya ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.Mengakui bahwa Airin adalah kerabatnya akhirnya Reihan bersama anaknya pun di izinkan ikut ke dalam mobil ambulnce.
Cedera di kaki Airin tidak begitu parah meskipun dokter mengatakan dia harus total istirahat selama seminggu agar cedera kakinya benar benar sembuh.Setelah mendapatkan perawatan tak lama Airin pun tersadar dari pingsannya dan Reihan pun langsung menemuinya di ruangan tempat Airin di rawat.
"Reihan....."
Panggil Airin langsung mengenalinya saat Reihan dan anaknya masuk.
"Hem....ya,ini aku.."
Jawab Reihan tersenyum merasa masih tak percaya bahwa mereka akan bertemu lagi itu pun dengan tragedi luar biasa.
"Sedang apa kau di sini?"
Tanya Airin bingung saat melihat anak yang dia sangka akan di culik tadi menggandeng tangan Reihan.
"Hehe..."
"Menyelamatkanmu dari kasus penculikan yang ingin kau lakukan..."
Jawab Reihan tertawa seolah sudah tau bahwa Airin sudah salah paham padanya.
"Aku....?"
"Penculik?"
Tanya Airin bingung sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Ya..."
"Anak yang kau duga akan di culik ini adalah anaku."
Jelas Reihan membuat Airin merasa bersalah dan malu.
"Ouch....maafkan aku..."
"Aku tidak melihat jika pria yang berkata kasar pada anak ini adalah kau,karena dialogmu dengan putramu tak ubahnya seperti penculik mengancam korbannya "
Airin meminta maaf atas kesalahpahamnnya dan tak lupa mengkritik cara bicara Reihan dengan putranya.
"Ya....ya..."
"Setidaknya aku tidak membawa kabur anak orang..."
Sindir Reihan dengan sikapnya yang tengil karena merasa tidak terima dengan kritikan Airin.
"Maaf....."
"Sungguh aku tidak tau jika pria kasar itu adalah dirimu..."
Kata Airin lagi lagi perkataannya membuat Reihan kesal.
"Aku kasar....?"
Tanya Reihan kesal menunjuk dirinya sendiri.
"Ya...karena kekasaran mu aku jadi harus tidak boleh berjalan dengan benar selama seminggu."
Protes Airin.
"Tenanglah itu hanya seminggu."
"Bukan semur hidupmu seperti kaki ku.."
Jawab Reihan.
"Maksudnya?"
Tanya Airin mengernyitkan dahinya dan menoleh kearah Reihan.
Namun sebelum Reihan menjelaskan bahwa dia mengalami kecelakaan setelah mereka berpisah di hari pernikahan nya dan orang yang patut di salahkan itu adalah Airin,tiba tiba Yoga dan Danira muncul untuk menemui Airin.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments