Gagal Memangsa Calon Korban Ke Dua

Walaupun keluarga besar Rasyid masih saja janggal dengan meninggalnya almarhum Angga, tetapi mereka harus bisa pasrah karena pihak polisi sudah lepas tangan untuk menangani kasus kematian almarhum Angga.

"Pah, memangnya tidak bisa ya membujuk Komandan kepolisian yang kemarin menangani kasus meninggalnya Angga? karena di dalam hati Mamah itu merasa ada yang janggal, sepertinya Angga meninggal bukan karena digigit ular beracun. tetapi karena ada yang membunuhnya," rengek Mamah Ani.

"Mah, sudahlah sebaiknya ikhlaskan saja kepergian almarhum Angga, supaya ia tenang di alam sana. Papah sudah tidak bisa lagi membujuk komandan kepolisian tersebut, apalagi kurangnya bukti yang kuat karena bukti tersebut mengarah hanya pada bisa racun yang menyebar di dalam tubuh Angga. Tidak di temukan bekas luka karena kekerasan di tubuh almarhum Angga," ucap Papah Rasyid.

"Lantas bagaimana bukti rekaman video CCTV yang mengarah pada, Sasa?" tanya Mamah Ani penasaran.

"Sudahlah, mah. Berapa kali lagi papah harus menasehati Mamah supaya untuk tidak membahas terus kematian Angga?"

Papah Rasyid pun berlalu pergi meninggalkan istrinya, karena ia merasa kesal setiap kali yang dibicarakan hanyalah almarhum Angga saja.

Pembicaraan yang barusan dilakukan oleh Papah Rasyid dan Mamah Ani sempat terdengar oleh Mala, ia pun tersenyum sinis di dalam hatinya merasa senang.

"Kalian pikir aku ini bodoh, biarpun aku bukan manusia seutuhnya seperti kalian, tetapi aku tahu bagaimana cara bertindak supaya tidak menimbulkan kecurigaan. Lihat saja kesedihan kalian ini belum usai karena aku akan menghabisi tiga anak kalian yang telah membuat calon suamiku meninggal!" batin Mala kesal.

Saat ini Mala sedang memikirkan siapa target berikutnya untuk segera ia habisi nyawanya.

Selagi ia bengong memikirkan hal itu, muncullah seorang pemuda di belakangnya yakni ia adalah Anggit anak ketiga dari pernikahan Bu Ani dan Papah Rasyid.

"Hai cantik, kenapa bengong sendiri seperti itu apa yang sedang merisaukan hatimu?" tanyanya seraya mencolek baju Mala.

"Eh ada Den Anggit, bikin kaget saja. Aku sedang tidak bengong, Den. Hanya sedang berpikir sejenak," ucap Mala menyunggingkan senyuman.

"Memangnya apa yang sedang kamu pikirkan, ceritalah padaku siapa tahu saja aku bisa membantumu," ucap Anggit antusias untuk bisa lebih dekat lagi dengan Mala.

"Jujur saja ya, Den Anggit. Aku itu sedang ingin pergi keluar tetapi aku khawatir Nyonya Ani melarangku untuk keluar sejenak," ucap Mala mulai memancing Anggit.

"Memangnya kamu ingin keluar ke mana?" tanya Anggit penasaran.

"Aku bosan di dalam rumah terus, Den Anggit. Aku ingin sesekali jalan-jalan keluar," ucap Mala pasang wajah sedih.

"Astaga, kasihan sekali dirimu Mala. Ya sudah nanti malam aku akan ajak kamu keluar, tapi kita keluar secara sembunyi-sembunyi saja ya? biar tidak ada orang rumah yang mengetahui akan kepergian kita berdua karena aku juga tidak ingin ada suatu gosip tentang kita berdua," ucap Anggit mulai terpancing omongan Mala.

"Apa Den Anggit serius? apa tidak malu jika jalan dengan seorang asisten rumah tangga?" tanya Mala pura-pura tidak percaya dengan ajakan Anggit.

"Untuk apa aku malu, sayang. Sebenarnya kamu itu tidak pantas untuk menjadi seorang asisten rumah tangga, karena paras wajahmu yang sangat cantik luar biasa," rayu Anggit mencolok pipi Mala.

Hingga malam menjelang Mala pun membuat seluruh orang rumah tertidur pulas di jam delapan malam, yang seharusnya mereka masih asik dengan aktifitasnya masing-masing.

Bahkan Mala telah membuat semua CCTV di rumah tersebut tidak berfungsi sejak Anggit menggoda dirinya pada saat ia ada di dapur.

"Ayo sayang, kita pergi sekarang juga kebetulan semua orang di dalam rumah sudah tertidur pulas tidak seperti biasanya," ajak Anggit.

"Memangnya Den Anggit mau mengajakku ke mana?" tanya Mala pura-pura bertanya

"Terserah kamu saja ingin pergi ke mana aku akan menemanimu," ucap Anggit.

"Baiklah kalau begitu, Den Anggit. Aku ingin pergi ke suatu tempat yang lokasinya cukup jauh dari rumah, Den Anggit," ucap Mala.

"Siap, aku akan mengantarmu pergi sekarang juga," ucap Anggit begitu antusias.

Anggit pun melajukan mobilnya mengikuti arahan Mala, hingga jauh sekali menuju ke dalam hutan. Setelah itu Mala meminta menghentikan laju mobilnya.

"Mala, kenapa kamu memintaku menghentikan laju mobil di sini?" tanya Anggit heran.

Sejenak Mala berubah menjadi Ruhi dan ia menoleh ke arah Anggit dengan menjulurkan lidah ularnya tepat di wajahnya serta matanya berubah menjadi menyeramkan.

"Ka..ka...ka..mu.."

"Ya Ini aku, apakah kamu masih ingat padaku?" tanya Ruhi seraya terus memainkan lidah ularnya.

"I-i-iya... aku ingat padamu, kenapa kamu bisa berubah menjadi, Mala?" tanyanya ketakutan.

"Karena aku ingin menuntut balas atas apa yang kamu dan ketiga saudaramu lakukan kepadaku dan calon suamiku beberapa bulan yang lalu," ucap Ruhi.

Namun kali ini keberuntungan sedang ada di pihak Anggit, tiba-tiba di belakang mobil Anggit menyala sebuah lampu mobil milik seseorang yang tak lain adalah milik kakak sulungnya si Radit.

Hingga dengan terpaksa Ruhi pun menghilang begitu saja. Kali ini ia gagal untuk menghabisi nyawa Anggit karena datangnya, Radit.

Dia pun bersembunyi di balik pohon besar dengan wujudnya yang asli yakni seorang ratu ular, Ruhi.

"Sialan kenapa pemuda itu ada di sini? aku pikir dia ada di rumah dan terkena ajian sirepku seperti yang lain," batin Ruhi kesal hingga pada akhirnya ia pun memutuskan untuk pulang ke rumah besar milik Rasyid.

"Hai Anggit, kenapa kamu ada di hutan ini?" tanya Radit pada saat ia menghampiri mobilnya.

"Untunglah Mas Radit datang tepat pada waktunya jika tidak, mungkin aku telah menyusul Angga di alam baka," ucap Anggit masih dengan rasa panik dan ketakutan.

"Kamu kenapa terlihat panik dan ketakutan seperti itu Anggit, sebenarnya apa yang telah terjadi?" tanya Radit heran.

Anggit pun menceritakan segalanya bagaimana awal mula ia ada di hutan tersebut kepada Radit. Akan tetapi Radit sama sekali tidak percaya dengan yang dikatakan oleh adiknya.

'Kamu ini sedang mengigau atau terlalu banyak minum alkohol? aku baru saja bertemu Mala di rumah, bahkan ia yang membukakan pintu gerbang pada saat aku pulang sebentar. Dan ia juga yang menutup pintu gerbang pada saat aku pergi. Bagaimana bisa kamu mengatakan jika semua ini ulah, Mala?" ucap Radit terkekeh seraya melangkah pergi menuju ke mobilnya sendiri.

Saat itu juga keduanya pulang kerumah, dan benar adanya Mala ada di rumah. Bahkan ia yang membukakan pintu gerbang untuk Radit dan Anggit.

"Bagaimana bisa, Mala sudah ada di rumah? semua sungguh membingungkan!" batin Anggit.

Terpopuler

Comments

PinkyOwl

PinkyOwl

Nah ini nih, si Mala pelakunya.

2023-01-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!