Usaha Anggit Gagal

Mala merasa kesal karena dia gagal memangsa Anggit. Sementara Anggit juga masih merasa penasaran kenapa ada dua Mala, yang satu ingin memasangnya dan yang satu ada di rumah.

"Aneh sekali bagaimana bisa satu ular menjelma jadi dua? yang satu bersamaku dan yang satu ada di rumah? ingin tidak percaya dengan apa yang dikatakan Mas Radit, tetapi dia tidak pernah berbohong pada siapapun dengan segala yang ia katakan," batin Anggit.

"Vista, terima kasih ya kamu telah membantuku dengan berpura-pura menjadi diriku di rumah ini sehingga kecurigaan Anggit tidak akan terkuak," ucap Mala pada Vista.

"Sama-sama, lain kali kalau ingin bertindak itu harus benar-benar di pikir secara matang jangan ceroboh, hampir saja kamu ketahuan," ucap Vista salah satu anak buah Mala yang dianggap teman.

"Aku ingin cepat tuntas, dendam aku ingin segera terbalas makanya aku bertindak cepat," ucap Mala.

"Tapi tindakanmu ini ceroboh tidak dengan perhitungan yang matang, pada akhirnya gagal kan? biarkan aku saja yang bertindak. Seharusnya sebagai ratu ular kamu tak usah repot-repot menangani semuanya sendiri, kamu kan bisa memerintah para anak buahmu," ucap Vista.

"Vis, aku tahu akan hal itu. Tapi untuk yang satu ini aku memang sengaja ingin bertindak sendiri karena ini dendam pribadiku," ucap Mala.

"Ya sudah kalau begitu, aku tidak akan turut turut campur dengan urusan pribadimu. Hanya saja aku akan tetap memantau gerakan mu dari jauh, jika suatu saat kamu membutuhkan bantuan dengan segera aku pasti akan siap sedia membantumu."

"Walaupun ini adalah urusan pribadimu, pasti suatu saat akan membutuhkan bantuan dariku. Seperti yang tadi terjadi bukan?"

Mendengar apa yang dikatakan oleh Vista, Mala hanya menyunggingkankan senyuman.

"Baiklah, Vis. Kamu bukan hanya salah satu anak buahku yang paling setia, tetapi kamu juga teman terbaikku," Mala merengkuh Vista dalam pelukannya.

"Sudah ya aku harus segera pergi karena aku tak ingin ada yang melihat keberadaanku di sini."

Secepat kilat Vista menghilang dari pandangan Mala. Selagi asik melakukan aktivitasnya di dapur tiba-tiba Anggit datang.

"Mala, keberuntungan sedang ada di pihakku sehingga kamu gagal untuk memangsaku! aku juga tidak akan membiarkan kamu bebas berkeliaran di rumah ini. Aku akan membuka kedokmu pada keluarga besarku bahwa kamu adalah jelmaan ular!" ucap Anggit.

"Memang kemarin aku gagal memangsamu tetapi sebentar lagi aku tidak akan gagal. Kamu akan menjadi mangsa keduaku setelah aku berhasil membunuh Angga! lagi pula dengan apa kamu akan membuka kedokku pada keluarga besarmu? itu hanya bualan dan ancaman atau gertak sambal saja," ejek Mala.

Tanpa Mala tahu, Anggit telah menyewa pawang ular untuk datang ke rumahnya. Dan saat itu juga pawang ular datang dengan membunyikan alat yang bisa untuk menangkap ular.

"Sialan ternyata Anggit benar-benar memanggil pawang ular. Jika seperti ini aku tidak bisa menahan diriku untuk berubah wujud menjadi ular," batin Mala.

Namun kembali lagi Vista menolong Mala dengan menyemburkan angin besar dari mulutnya ke arah pawang ular yang sedang membunyikan alat untuk mengendalikan ular. Seketika itu juga pawang ular terpental menghantam tembok hingga mati saat itu juga. Sementara kondisi rumah menjadi berantakan karena angin besar yang ditiupkan oleh Vista.

"Kamu pikir aku ini jelmaan ular biasa? aku adalah ratunya ular, aku memiliki banyak anak buah! kamu lihat saja apa yang terjadi pada pawang ular yang kamu sewa barusan," ucap Mala tersenyum sinis.

Anggitpun penasaran dengan apa yang terjadi di ruang tamu. Karena pawang ular datang dari arah depan hingga ia harus melewati ruang tamu terlebih dahulu.

Pada saat melihat kondisi ruang tamu berantakan tak karuan serta pawang ular

meninggal di tempat.

"Astaga, ternyata memang Mala bukan ular sembarang ular! jika seperti ini keluargaku dalam bahaya besar," batin Anggit.

"Anggit, ada apa ini? kenapa kondisi ruang tamu berantakan seperti ini? tadi papah sempat mendengar ada seseorang membunyikan sesuatu yang terdengar aneh. Astaga, siapa itu Anggit?" Papah Rasyid kaget pada saat melihat kondisi ruang tamu yang sangat berantakan juga melihat ada seseorang yang tergeletak mati.

"Dia itu pawang ular, Pah. Aku yang memanggilnya datang kemari dengan tujuan untuk menangkap ular yang ada di sini. Siluman ular yang menjelma menjadi manusia, pah" ucap Anggit.

"Anggit, apa kamu sedang mabuk di pagi hari seperti ini? atau kamu sedang berhalusinasi karena telah melihat film fantasi? mana ada siluman ular di jaman modern seperti ini," ejek Papah Rasyid terkekeh.

"Kamu urus mayat orang itu dan juga kekacauan yang terjadi ini. Tanggung jawab, karena kamu yang membuat kekacauan dengan memanggil orang aneh yang kamu katakan adalah pawang ular," ucap Papah Rasyid.

"Pah, kenapa malah menganggap semua ini adalah sebuah lelucon? apa yang aku katakan adalah benar. Bahkan siluman ular itu berkata sendiri bahwa ia yang telah membunuh Mas Angga. Dan saat ini ia sedang mengincar aku, ingin membunuh ku."

"Hhhaaa....lama- lama kamu bisa papah bawa ke psikolog jika seperti ini. Ucapanmu semakin tak jelas seperti ini. Sudahlah tak usah meracau lagi jika tak ingin benar-benar papah membawamu ke psikolog, Anggit!" ucap Papah Rasyid berlalu pergi begitu saja.

"Astaga, bagaimana caraku untuk bisa membuat semua orang yang ada di rumah ini percaya tentang adanya siluman ular? aku harus mencari cara lain untuk menjebak Mala supaya ia berubah ke wujud aslinya di depan orang banyak. Tetapi cara yang bagaimana dan aku harus meminta tolong kepada siapa? karena tidak ada satupun orang di sini yang percaya dengan apa yang aku katakan," batin Anggit.

Dia memutar otaknya untuk mencari cara untuk bisa menjebak Mala supaya berubah wujud ke wujud aslinya yakni seekor ular.

"Ah, ini semua gara-gara waktu di hutan itu aku dan yang lain membunuh ular jantan yang ternyata adalah kekasih dari Mala. Aku yakin, sebelum Mala berhasil membalas dendam. Ia tidak akan pergi dari rumah ini. Lantas apa yang harus aku lakukan jika sudah begini?" batin Anggit panik, karena usaha memanggil pawang ular pun tidak berhasil.

Setelah membereskan semua kekacauan yang terjadi di ruang tamu dan mengirus jazad pawang ular. Anggit pergi entah kemana tanpa berpamitan sama sekali pada orang yang ada di rumah itu.

Sementara saat ini Mala sedang memikirkan Vikri. Tak terasa air matanya tertumpah.

"Vikri, aku minta maaf karena aku gagal untuk bisa memangsa target ke dua. Aku janji tidak akan menyerah begitu saja," batinnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!