Laki-laki Percaya Diri

Keesokan harinya. Kali ini Bella datang tepat waktu. Melewati ruang direktur, Bella menarik nafas lega kala merasa sang atasan belum tiba. Bella meletakkan tas miliknya di atas meja. Merapikan pakaian dan rambut panjangnya, ia mengambil ikat rambut mengikatnya secara asal. Akhir bulan banyak laporan yang harus ia kerjakan.

“Bella?” panggil Sima sedikit berteriak.

Bella yang sudah selesai mengikat rambutnya pun menoleh, melihat sahabatnya itu sedikit berlari ke arahnya dengan nafas yang terengah-engah.

“Kau kenapa?" tanya Bella heran.

“Gila! Ini benar-benar gila,” kata Sima heboh sendiri.

Bella hanya menggelengkan kepalanya, melihat tingkah sahabatnya itu. Menarik kursi Bella mendudukan dirinya di sana.

“Banyak cowok ganteng bertebaran di kantor ini, Bell.” Sima semakin menggerutu heboh.

“Maksudnya karyawan baru?” tanya Bella. Karena memang tadi saat baru tiba di lobi ia melihat orang-orang baru di sana.

Sima hanya mengangguk antusias.

“Ganteng dari Hongkong? Orang udah pada berumur gitu,” lanjut Bella.

“Justru itu, kalau yang berumur itu justru yang matang dan banyak pengalaman, Bell.”

Bella menoleh ke arah Sima. “Jadi ceritanya, sekarang kamu penggemar cowok matang ya? Udah bukan opa Korea lagi?"

“Ihh bukan begitu juga, Bell. Suami halu ku tetap opa Korea. Tapi, kita kan juga butuh yang real. Ini matang Bell, pesonanya loh... Hot.”

Bella menggelengkan kepalanya, mulai menyalakan monitor komputer di depannya. “Justru karena yang udah matang itu, Sim. Pasti mereka udah ada yang punya. Dan emang kamu mau jadi yang kedua? Lalu disebut pelakor gitu?”

“Ya gak semua kali, Bell. Mana tahu ada yang masih bujang tua, atau malah duda, Bell.”

Bella hanya mendengus tak lagi menanggapi ucapan Sima. Pandangannya justru mengarah ke depan, tepat saat itu sang Direktur baru saja tiba, di belakangnya tampak terlihat Yudi dan Agus mengikutinya. Sebelum masuk ke ruangan, tampak Arfa juga menoleh ke arahnya. Hingga tatapan keduanya saling bertemu. Namun, beberapa detik kemudian pandangannya terputus mana kala Agus bertanya perihal sesuatu, Arfa kemudian berlalu masuk ke dalam ruangannya. Aksi, Arfa dan Bella itu tidak luput dari tatapan Sima.

“Cie pandang-pandangan sama Pak Arfa,” goda Sima.

“Apaan sih?!” Bella mencebik berusaha kembali fokus pada kerjaan di depannya.

“Kaya lagu Gamma, Bell. Gini loh... Awalnya pandang-pandangan. Habis itu senyum-senyuman. Datanglah perasaan minta diperhatikan. Hati senang tidak karuan. Pikiran pun melayang-layang. Selalu terbayang-bayang.” Sima terus bernyanyi dengan nada dibuat-buat sengaja untuk menggoda sahabatnya itu.

“Diam!” sentak Bella dengan kedua mata melotot. “Suaramu itu ganggu banget tahu gak. Fals buat aku ngantuk,” sambungnya.

Terdengar tawa di belakang mejanya, membuat Sima menoleh. “Napa ketawa-ketawa! Sirik aja gak pernah dengar orang cantik nyanyi ya,” dengusnya pada Bakti.

“Basi! Suara kaya kaleng ditendang aja pamer,” cibir Bakti.

Bella hanya menggelengkan kepalanya, kalau dua sahabatnya itu sudah beradu mulut rame dan tak akan ada habisnya.

“Berteman sama mereka tuh. Harus banyak-banyak punya stok kesabaran, Bell.” Dimas yang sejak tadi diam pun ikut bersuara. Bella hanya menganggukkan kepalanya.

“Aku itu sebenarnya, cuma penasaran aja sama Pak Arfa dan Bella. Melihat sikap mereka tuh kaya ada sesuatu yang terpendam gitu,” kata Sima penasaran. Membuat Bella, menghentikan gerakan jarinya yang tengah mengetik, lalu menoleh ke arah sahabatnya itu. Namun, baru saja ia mau menyahut terdengar Pak Agus yang memanggil Bella untuk menghadiri meeting.

🦋🦋

“Jadi, ada kehebohan apalagi tadi saat rapat, Bell?” tanya Sima ketika Bella sudah bergabung dengannya makan siang. Dan gadis itu tengah menyantap semangkok bakso, dengan level pedas.

“Gak ada. Cuma bahas visi misi perusahaan, sama penempatan karyawan baru. Kebanyakan dari mereka ditempatkan di divisi keuangan. Dengar-dengar sih mereka pindahan dari kantor Pak Arfa yang lama. Mungkin memang udah kompeten kali ya,” terang Bella.

Bakti dan Dimas hanya mengangguk. “Kamu itu sebenarnya makan bakso rasa sambal apa sambal rasa bakso sih, Bell?" tegur Bakti heran.

“Apa bedanya?”

“Lihat kuah bakso yang kamu makan itu, perut aku udah meronta-ronta minta ke kamar mandi, Bell.”

“Sialan!” umpat Bella.

Bakti tertawa. “Bell, mau dengerin aku nyanyi gak?” tawarnya.

“Males!”

“Sebentar saja. Aku punya lagu untukmu!” Bakti menaikkan turunkan kedua alisnya. “Dengerin ya baik-baik,” sambung Bakti berdehem pelan, sebelum kemudian ia bernyanyi.

“Isabella adalah kisah cinta dua dunia. Mengapa kita berjumpa, namun akhirnya terpisah? Dia Isabella emmm...”

Nyanyian Bakti terhenti begitu Sima mengambil kerupuk lalu memasukkan ke dalam mulutnya. “Aku pengen muntah denger suara kamu nyanyi. Udah diem, kalau mau curhat jangan di sini,” omelnya yang menganggap jika Bakti bernyanyi karena curhat tentang perasaannya pada Bella yang tak terbalas.

Dimas dan Bella sontak terbahak melihatnya. Bakti mengambil kerupuk di mulutnya. “Sirik aja kamu, dasar Sim salabim. Mentang-mentang gak bisa nyanyi sebagus aku gitu.”

Usai makan siang, mereka berempat kembali ke kantor. Namun, ketika baru mau naik lift, tampak lift pun sudah terisi penuh dan hanya menyisakan Bella, dan seorang lelaki lainnya.

”Kalian duluan saja. Aku akan tunggu lift selanjutnya.”

“Tapi Bell....”

“Tidak apa-apa. Tutuplah,” perintah Bella seraya mengibaskan tangannya.

Bella memilih bersandar di dinding, menghadap ke arah loby. Sesekali mengetuk-etukan ujung kakinya pada lantai. Kadang pula ia menatap kakinya.

“Hai, apa kabar?” Laki-laki yang sedari tadi menatapnya sekarang mencoba menyapanya. Entah bagaimana, dia berdiri tepat di sebelah Bella. Padahal seingatnya tadi lelaki itu hanya mengamatinya dari jarak yang lumayan jauh.

Bella tak ingin meladeninya, lalu menggeser tubuhnya mendekati pintu lift. Lelaki itu juga beringsut mendekatinya, membuat Bella sebal.

“Kamu anak marketing ya? Aku berada tepat di bawahmu. Namaku Dario.” Laki-laki itu mengulurkan tangannya yang dihiasi batu akik. Senyumnya penuh percaya diri, membuat lalu lalang orang yang lewat menatap ke arahnya.

Dengan terpaksa demi tidak membuatnya merasa malu. Bella pun menjabat tangannya, lalu beringsut menjauh. Sempat terpikir untuk berlari menggunakan tangga, tapi jika dipikir lebih dalam lagi, ia tidak akan sanggup menapaki satu persatu anak tangga, mengingat ia baru saja makan, perutnya bahkan terasa begah.

“Bella,” sapanya melunak, seakan mengerti ketakutan gadis itu. Namun, sapaannya justru membuat Bella terkejut, karena merasa tidak pernah memberitahukan namanya. Bahkan id card miliknya selalu ia simpan di saku. Bella hanya akan memakainya ketika sudah berada di lantai tempatnya bekerja. “Benar namamu Bella kan? Aku sering memperhatikan mu. Apa bisa aku meminta nomor handphone mu?” sambungnya tanpa malu-malu. .

Bella berusaha bersikap tenang. Ia sudah sering menghadapi orang seperti Dario, yang memiliki tingkat kepercayaan diri setinggi langit.

“Maaf, tapi aku tidak tertarik untuk memberikan handphone ku!” tolak Bella tegas.

“Kenapa?” tuntut Dario dengan tatapan tak percaya.

“Tidak ingin saja.”

“Ayolah, jangan sombong begitu Bell. Kita bisa berteman dengan asyik, aku berjanji. Mana nomor handphone mu?”

Kemarahan Bella nyaris tumpah. Bahkan giginya sudah bergemelutuk kesal. Namun, belum sempat ia mengomel, suara seorang lelaki yang tidak asing baginya terdengar.

“Dia tidak ingin memberikan nomor ponselnya, harusnya kau sadar diri. Kenapa masih memaksa!!”

Bella terkejut saat tiba-tiba Arfa sudah berdiri di sisinya.

Terpopuler

Comments

Samsul Hidayati

Samsul Hidayati

wah mulai nih kepanasan si arfax

2023-03-06

2

Fitriyani Puji

Fitriyani Puji

ini si bos kaya hantu aja bisa muncul di mana mana

2023-03-06

3

Sunarti

Sunarti

Arfa kayak hantu tiba" aja ada

2023-03-06

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 73 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!