“Kamu yakin Bell. Kalau Boss kamu itu sekarang Arfa, mantanmu?” tanya Jenny heran.
“Iya. Masa aku bohong,” keluh Bella dengan mata sendu. Saat ini keduanya tengah berada di depan teras kosan menikmati secangkir teh, sambil menghirup udara malam. Kamar Bella dan Jenny memang bersebelahan. Bisa di bilang Jenny juga sahabatnya selama ia meniti karier di Jakarta. Perempuan itu bekerja sebagai manager cafe di sebuah Mall terdekat.
“Kok bisa?” Jenny mencondongkan tubuhnya mendekat Bella, matanya menatap tak percaya.
“Mana ku tahu. Aku sih sempat mendengar jika perusahaan Pak Rio itu akan di ambil alih oleh orang lain. Tapi, aku tidak mengetahui jika ternyata perusahaan itu di ambil alih oleh Arfa.”
Jenny mengangguk, memang sebelumnya Bella sudah bercerita kalau perusahaan tempatnya bekerja akan di ambil alih oleh orang lain, ia bahkan sempat takut jika akan di PHK. Beruntung hal itu tidak terjadi, Bella tetap bertahan di posisinya.
“Wahh senang dong ketemu mantan,” goda Jenny menaik turunkan kedua alisnya.
Alih-alih tersenyum, Bella justru mendengus sebal. “Enggaklah.”
“Lho... Kenapa?” tanya Jenny heran, pasalnya yang ia ketahui Bella begitu mendambakan pertemuannya kembali dengan Arfa. Tapi, kenapa setelah bertemu bukannya senang, wajahnya terlihat muram, ia yakin ada sesuatu yang tak beres, yang telah terjadi.
“Arfa yang sekarang itu bukan Arfa yang dulu,” kata Bella dengan raut wajah masam. Seperti seseorang yang kehilangan semangatnya. Sifat cerianya pun ikut meredup, begitu besarkah pengaruh Arfa dalam diri perempuan itu.
“Gimana-gimana? Arfa galak gitu atau bagaimana?” desak Jenny semakin merapatkan tubuhnya karena rasa penasaran akan cerita sahabatnya.
“Lebih dari itu.”
Jenny melongo mendengarnya, selama yang ia dengar dari Bella selama ini, Arfa itu mempunyai sifat yang hangat.
“Dia itu bersikap dingin, ketus, pemarah, dan lebih parahnya ia seperti tidak mengenali aku. Dia berpura-pura seperti orang asing, menganggap pertemuan kami kali ini adalah yang pertama,” sambung Bella seraya mendongakkan wajahnya menatap gemerlap bintang.
“Segitu parahnya?”
Bella mengangguk. “Aku pikir pria dingin itu hanya ada dalam dunia drakor dan novel-novel yang kerap kita baca. Ternyata semua ini nyata, Jen."
Jenny menepuk pundak sahabatnya, “sabar,” serunya.
“Kayaknya ini hukum karma karena dulu, aku yang minta putus duluan deh dari dia,” keluh Bella lagi.
“Huss gak boleh gitu. Mungkin saja ini suatu pertanda jika memang Arfa bukan jodohmu Bell. Udahlah kamu coba buka hati untuk lelaki lain. Kamu kan cantik, pintar, banyak kok lelaki yang lebih baik dari Arfa.”
Jenny kira Bella akan menerima sarannya. Tapi, ternyata ia justru menggeleng. “Susah,” jawabnya singkat.
“Terus gimana? Kamu mau terus ngarepin dia yang sifatnya gak pasti gitu.”
Bella menyentak nafasnya. “Aku masih penasaran. Aku akan mencoba cari tahu sebab perubahan sikap dia ke aku Jen.”
“Bell, aku mah ngeri aja kamu jadi sakit hati.”
“Tenang aja kok. Itu gak akan terjadi. Ya meskipun gosip yang beredar mengatakan jika Arfa sudah mempunyai pasangan.”
“Nah itu. Udahlah Bell, gak usah macam-macam, lupakan dia. Ayo move on,” desak Jenny.
“Gak Jen. Aku harus mencari tahu sebabnya,” kekeh Bella.
****
Bella tiba di loby kantor setelah turun dari ojek online. Bertepatan dengan itu mobil Arfa tiba, tampak lelaki itu turun keluar dari mobil dengan gaya yang elegan. Bella mendesah menyadari status sosial dirinya dengan Arfa, sangat berbanding terbalik. Dari segi penampilan saja orang sudah bisa memberi pendapat, perbedaan keduanya sangat mencolok. Lihatlah penampilan Arfa yang begitu rapi. Sementara dirinya rambutnya terlihat berantakan akibat tersapu angin. Kendaraan lelaki itu yang begitu mewah, dan dia hanya bisa mengandalkan angkutan umum saat mau bepergian. Sejak dulu kehidupannya tidak berubah, Bella memang miskin kenapa ia tidak juga sadar diri.
Seandainya ia berkoar-koar jika dulu Arfa merupakan kekasihnya, akankah semua orang percaya. Ia rasa tidak, mereka akan mencemooh, dan menghina bahwa dirinya hanyalah tengah bermimpi. Tapi, bagaimana ia dapat menghilangkan gejolak hatinya yang membuncah. Sementara nama Arfa selalu terselip di hatinya yang paling dalam. Rasa penasaran masih menggerogoti dirinya, namun apalah daya. Dirinya hanyalah seonggok debu di pinggir jalan bagi Arfa kini. Bella hanya akan menunggu di lain kesempatan, bagaimana takdir akan menuntun jalan untuknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Lhisa Amira Nhatasya
jagn jd org bodoh bella, klu lki2 kya arfa yg jutek jgn di harapkn, hrs jd prmpuan yg kuat jg jd pr yg lemh
2024-10-04
0
galaxi
rasanya jd pingin nangis ikut meratapi nasibmu bella
2024-07-19
0
Sandisalbiah
sadar diri dan introspeksi diri itu lebih baik Bella, demi menjaga hati dr rasa sakit dan kecewa juga agar bisa tetap waras..
2024-06-08
2