Pulang Bareng

Sementara Bella kembali pada tugasnya. Arfa berlalu ke mejanya, lelaki itu mengambil ponselnya, tampak menelpon seseorang. Sesekali Bella akan melirik ke arahnya, menduga siapa yang tengah berbicara dengan Arfa dibalik telpon itu. Apakah itu kekasih barunya? Atau istrinya, atau justru ibunya. Memikirkan itu membuat rasa bahagia di hati Bella tadi, kembali lenyap.

“Kenapa melamun? Apakah sudah selesai?” tanya Arfa yang tiba-tiba sudah berdiri di hadapannya lagi. Bella bahkan sampai berjingkrak kaget.

“Tidak Pak, ini saya sedang membacanya kok,” jawab Bella gugup, mencoba kembali fokus dengan kerjaannya.

Arfa mengangkat kedua alisnya menatap perempuan itu, kemudian ia mendudukan dirinya di sisi Bella. Hal itu kembali membuat Bella terkejut.

“Ehh, Pak–”

“Geseran sedikit. Saya akan membantumu biar cepat selesai,” ujar Arfa seolah mengerti kebingungan Bella.

Perempuan itu pun menurut menggeser sedikit tubuhnya.

“Biar aku yang membacanya. Kamu bisa menempatkan di posisinya masing-masing,” sambungnya.

“Baik Pak.”

Keduanya kembali fokus pada lembaran kertas di depannya. Arfa yang membaca mencocokkan halaman dan juga isi dari berkas itu. Bella yang menempatkan berkas itu ke dalam mapnya masing-masing. Posisi keduanya yang begitu dekat, bahkan nyaris bersentuhan membuat Bella dapat menghirup parfum maskulin dari lelaki di sisinya. Aroma parfum yang membuat Bella merasa rindu selama ini.

Tok! Tok!

“Masuk!" sahut Arfa.

Pintu terbuka sosok Yudi menyembul di antara pintu, ia sedikit terkejut mendapati atasannya tengah bersama Bella.

“Pak, apa belum waktunya pulang?” tanyanya.

Arfa mengerutkan keningnya, menatap kerjaannya yang hampir usai. Kemudian ia melihat arloji di tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 17.30 wib.

“Kamu siapkan mobil saja di loby. Sebentar lagi kerjaannya saya selesai,” titah Arfa.

“Baik Pak.” Yudi berlalu pergi meninggalkan ruangan Arfa. Setelah sebelumnya melemparkan senyum yang sopan pada Bella, yang dibalas oleh anggukan.

Beberapa saat kemudian, berkasnya sudah beres dan tersusun rapi. Ia tersenyum menghela nafas lega, ia sudah tidak sabar untuk segera pulang ke kosan merebahkan tubuhnya di atas kasur empuknya.

“Sudah beres Pak. Artinya saya sudah boleh pulang kan?” tanya Bella antusias.

“Hemm. Kita keluar bareng, saya juga mau pulang,” ujar Arfa.

“Tapi saya mau ke toilet dulu, Bapak duluan aja deh.”

“Kamu yakin berani?”

”Emm–”

“Pakai toilet dalam, saya akan menunggu di sini, buruan,” titah Arfa menunjuk toilet yang berada di ruangannya.

Meski merasa tidak enak, Bella beranjak masuk ke dalam toilet, karena memang ia sudah sangat kebelet.

Setelah Bella keluar dari toilet. Keduanya lantas keluar dari ruangan itu.

“Pak Arfa duluan aja deh, saya mau ambil tas,” ujar Bella memilih berlalu ke mejanya. Sedangkan Arfa melangkah dengan pelan menuju lift khusus direktur.

Tidak lama kemudian pintu lift terbuka, bersamaan dengan Bella tiba, perempuan itu berniat menekan tombol lift sebelahnya, lift khusus karyawan.

“Masuk Bel,” titah Arfa yang masih menahan tombol open pada pintu lift itu.

“Pak saya–”

Srettt!

Belum sempat ia melanjutkan perkataannya, tubuhnya sudah ditarik oleh Arfa masuk ke dalam lift. Hingga membuat punggungnya membentur dada bidang Arfa.

“Eh Pak–” pekik Bella.

Arfa dengan cepat menekan tombol close, agar Bella tak lagi bisa keluar. Kemudian, ia dengan cepat menggeser tubuhnya sendiri, hingga kini posisi kedua saling berdiri menyamping. Bella masih terdiam dan terkejut, akan kejadian yang baru saja terjadi. Ia bahkan tak berani menoleh ke arah Arfa. Sungguh ia masih bingung akan sifat lelaki itu.

Pintu lift terbuka, Bella buru-buru keluar setelah sebelumnya berpamitan dengan Arfa.

“Bell–” Arfa mencoba memanggil Bella. Namun, kecepatan langkah kaki Bella membuatnya tak bisa menjangkau. “Baru sembuh udah pecicilan,” gumamnya.

Arfa kembali meneruskan langkahnya, di depan loby Yudi sudah siaga menunggunya, pintu mobil terbuka secara otomatis, Arfa langsung masuk dan mendudukkan dirinya di sana.

Sementara Bella masih berdiri di halte bus menunggu angkutan umum. Ia tidak bisa memesan kendaraan online, lantaran ponselnya kehabisan daya baterai. Mau naik taksi, uangnya tak cukup lantaran ini sudah memasuki akhir bulan, dan ia belum gajian.

Sebuah mobil berwarna silver berhenti tepat di depan Bella, pintu terbuka secara otomatis. Bella melongo, ” Pak Arfa.”

“Masuk!” titah Arfa datar.

“Hah?"

“Isabella Puspita, saya bilang masuk ke dalam mobil,” gertak Arfa.

Lagi-lagi Bella hanya menurut masuk ke dalam mobil, duduk di sebelah Arfa dengan wajah bertekuk kesal.

“Pakai sabuk pengamannya, kamu mau membuat Yudi ditilang.”

Bella segera memakai sabuk pengamannya. Lagi-lagi ia hanya menurut, duduk dalam keadaan diam namun detak jantungnya tak mau berkompromi, ia merasa detakannya lebih kuat, seperti ingin melompat keluar.

Mobil melaju membelah lalu lintas yang begitu cukup padat. Keduanya hanya sibuk dalam pemikirannya masing-masing.

“Di depan belok samping Yud,” titah Arfa.

“Lho Pak, itu tidak mengarah tempat tinggal saya,” timpal Bella cemas.

“Saya mau mampir ke toko, mau ambil pesanan,” sahut Arfa seraya mengangkat kedua alisnya. Bella segera memalingkan mukanya ke arah jendela, meringis malu karena telah salah paham. Sementara Yudi yang melihat kejadian dibelakangnya ikut tersenyum tipis.

“Kamu yang turun Yud. Bilang saja ambil pesanan saya. Barangnya sudah saya bayar tadi,” ucap Arfa ketika mobil sudah tiba di depan sebuah toko.

“Baik Pak!” Yudi keluar dari mobil, masuk ke dalam toko. Sementara, Bella ikut mengarahkan kedua matanya, kemana Yudi masuk, ia menatap takjub pada toko yang lelaki itu masuki. Toko yang sangat lengkap menyediakan tas, pakaian, sepatu dan barang branded lainnya. Perempuan itu menduga mungkin Arfa memesan barang untuk kekasihnya, tiba-tiba ia kembali merasa sedih. Lagi-lagi ia merasa berkecil hati. Ketika melihat Yudi keluar dari toko dengan menenteng tiga paper bag, Bella buru-buru menunduk, pura-pura tak melihat, hingga Yudi kembali masuk ke mobil memberikan paper bag itu pada Arfa.

“Terima kasih Yud,” kata Arfa setelah menerima barang pesanannya.

“Sama-sama Pak.”

Arfa membuka salah satu paper bag itu, sebuah flat shoes dengan merek brand ternama terlihat.

“Bell?”

“Iya Pak?” sahut Bella menoleh.

“Coba lepas sepatumu dan berikan padaku,” pintanya membuat Bella bingung.

“Tapi Pak–”

“Udah lepas aja,” desak Arfa.

Terpopuler

Comments

Nendah Wenda

Nendah Wenda

bikin bingung sikap Arfa kadang naik kadang jutek

2024-04-22

0

Griselda Nirbita

Griselda Nirbita

sikapnya Arfa itu sedikit pemaksa

2023-07-20

1

Griselda Nirbita

Griselda Nirbita

tuh kan di kasih sepatu sama mantan... jadi kurang apa coba Arfa perhatian nya ke kamu... mungkin dia sedikit jaga jarak aja ke kamu Bel..

2023-07-20

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 73 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!