Mengobati

Bella tersenyum samar lalu menggeleng. “Tidak. Saya hanya merasakan kaki saya terasa begitu ngilu, mungkin efek tadi keseleo, makanya tak sengaja saya menangis. Tenang saja, saya akan mengerjakan tugas ini sampai usai. Saya akan bertanggung jawab untuk kesalahan yang saya perbuat. Anda bisa duduk dengan tenang Pak Arfa,” tutur Bella. Perempuan itu kembali menunduk memfokuskan diri pada tugasnya.

Tanpa sepatah kata Arfa melangkah menjauh dari hadapannya, membuat Bella menghela nafas lega. Berdekatan dengan lelaki itu justru membuat adrenalinnya terpacu, ia seperti merasa senang dan sesak dalam waktu yang bersamaan.

Namun, rasa lega Bella tak berlangsung lama. Saat tiba-tiba mendengar langkah kaki Arfa kembali mendekat, kemudian lelaki itu sedikit menggeser mejanya. Tak cukup hanya itu yang membuatnya kembali tertegun ketika Arfa berjongkok di hadapannya, lalu berkata, “Biar saya lihat kakimu? Mana yang sakit?"

Bella terperangah menatap Arfa tak percaya. Bagaimana bisa tiba-tiba lelaki itu bersikap manis padanya, layaknya seorang jin yang kembali menjelma menjadi malaikat.

“Tidak perlu, Pak. Saya bisa mengobatinya sendiri nanti saat pulang,” tolak Bella halus.

“Diobati seperti apa yang kamu maksud? Keseleo itu harus diurut, kalau menunggu nanti-nanti bisa bengkak dan kamu tidak akan bisa jalan. Kamu mau?" desis Arfa menakuti.

Bella menggeleng takut, hingga tak sadar ia menggeser kakinya mendekati Arfa. Lelaki itu sigap melepaskan sepatu Bella, sebelum kemudian memeriksa pergelangan kakinya.

“Kenapa semua perempuan itu harus ribet, dan menyiksa diri,” sergah Arfa kesal.

“Maksudnya?” Bella berniat menarik kembali kakinya dari tangan Arfa, karena ia mengira lelaki itu tengah menyinggung dirinya menyusahkan.

“Seperti ini contohnya. Kamu memakai sepatu hak tinggi, hingga membuat kamu keseleo. Bukankah semua seperti menyiksa diri sendiri, kalau memang memakai barang seperti itu menyusahkan untuk apa masih dipakai," terang Arfa tangannya mulai sibuk mengurut pergelangan kaki Bella dengan pelan.

Perempuan itu tersenyum haru mendapatkan perlakuan Arfa, meski wajah lelaki itu masih terlihat kaku. Setidaknya hal ini mampu membuat rasa rindunya terobati, apalagi Arfa mau berbicara dengan panjang lebar.

“Tentu saja semua itu untuk fashion. Bagi seorang perempuan penampilan itu penting.”

Arfa menghela nafasnya, menatap pergelangan kaki Bella yang mulai membengkak. Namun, perempuan itu masih saja memaksa menggunakan sepatu itu. “Tapi setelah semua terjadi, apa yang kamu dapatkan?” tukas Arfa.

“Itu karena–”

“Seperti ini contohnya.” Arfa mengencangkan pijatannya, membuat Bella berteriak kesakitan minta dilepaskan.

“Aaa.... Aduhh, sakit Pak. Lepaskan, bisa patah kaki saya ini,” teriak Bella bahkan perempuan itu sampai me re mas kuat bantal sofa. Ia berusaha menahan mati-matian untuk tak mengeluarkan air mata, akibat rasa sakit yang ditimbulkan oleh pijatan Arfa.

“Tahan. Ini memang sangat sakit, tapi nanti efeknya kamu akan segera pulih dan bisa berjalan dengan normal lagi,” tutur Arfa.

Bella meringis mengangguk menahan rasa sakit yang berkali-kali Arfa berikan saat memijat dan mengurut kakinya.

“Sudah selesai. Coba kamu gerakan berdiri dan gerakan kakimu,” pinta Arfa seraya beranjak dari tempatnya.

Bella pun berdiri, mencoba menggerakkan kakinya, ia tersenyum mana kala merasa sudah tidak sakit lagi.

“Bagaimana? Kalau memang belum sembuh juga, saya bisa membawamu ke rumah sakit,” tawar Arfa kemudian.

“Tidak perlu. Ini sudah sembuh, saya sudah bisa berjalan dengan normal lagi. Terima kasih Ar....” Bella menatap ke arah lelaki yang tengah melipatkan tangannya di dada. “Maksud saya Pak Arfa. Terima kasih,” ralatnya kemudian.

“Saya membantumu karena saya tidak mau dibilang atasan yang sombong dan tidak mengerti kesusahan karyawannya. Apalagi sampai dibilang tidak bertanggung jawab, mengingat kamu terjatuh saat membawakan berkas untuk saya.”

Bella menelan ludahnya, mengingat kembali pembicaraan dirinya dengan rekan kerjanya tadi di kantin. Sesaat ia merasa tersindir akan ucapan Arfa, tapi apakah Arfa mengetahuinya. Kalau tahu bagaimana caranya? Kalau begini lain kali ia harus hati-hati.

“Emm itu–”

“Sudahlah lanjutkan pekerjaanmu,” titah Arfa.

Terpopuler

Comments

Fitriyani Puji

Fitriyani Puji

udah bela jadi wanita yang tegas kangan terlalu lemah

2023-03-06

5

Sunarti

Sunarti

Arfa yg pura-pura sombong dan cuek sama Bella tp masih ada cinta utk Bella

2023-03-06

1

Naura Kamila

Naura Kamila

arfa sbnernya masih perhatian, , tp nyesekkin.....

2023-01-19

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 73 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!