Larangan Menggunakan Rok

“Bell, ngelamun aja pagi-pagi. Awas kesambet loh,” celetuk Agus mengibaskan tangannya membuat lamunan Bella buyar. Ia terkejut mendapati di depannya ada Arfa dan Agus. Tampak lelaki itu memicingkan matanya, menatap Bella dengan datar.

“Pagi Pak,” sapa Bella pada Arfa. “Saya duluan Pak Agus,” pamitnya berlalu masuk ke dalam seraya merapikan rambutnya yang sempat berantakan. Bella buru-buru menekan tombol lift, sama seperti kemarin di saat ia hendak menutup pin lift, Agus berteriak memanggilnya membuat ia mengurungkan niatnya. Agus masuk bersama Arfa juga Yudi.

Bella tersenyum samar ketika menatap Arfa dari samping, lelaki itu tampak berwibawa. Seandainya hubungan keduanya sama seperti dulu, mungkin Bella akan menjadi orang yang sangat bahagia.

Perempuan itu merasa terganggu dengan rambutnya yang terus menutupi wajahnya. Ia mengambil ikat rambut di tangannya, dan menguncirnya. Gerakan sikunya membuat ia tak sengaja menyenggol lengan Arfa, hingga membuat lelaki itu menoleh ke arahnya.

“Maaf, saya tidak sengaja Pak," katanya gugup.

Arfa hanya terdiam acuh, hingga pintu lift terbuka. Mereka semua keluar dari lift. Bella masih terdiam menatap punggung Arfa yang perlahan menjauh. Tatapannya tak lepas dari pandangan Agus.

“Kenapa Bell?” tanya Agus.

“Tidak apa-apa Pak Agus. Ya sudah saya mau ke meja saya,” pamitnya.

Agus menghela nafasnya merasa ada yang aneh dari sikap Bella yang terus memperhatikan Arfa.

****

Bella mengetuk pintu ruangan Arfa dengan gugup, setelah mendengar sahutan dari dalam ia membuka pintunya.

“Pak Arfa manggil saya?” tanya Bella.

Lelaki yang saat itu tengah berdiri memunggunginya pun menoleh. “Iya.”

“Ada yang bisa saya bantu?” tanya Bella.

Arfa memandang penampilan Bella sejenak. “Siapkan ruangan meeting. Saya akan melakukan meeting besar-besaran kali ini,” perintahnya.

“Tapi Pak. Itu bukan tugas saya,” sanggah Bella menolak.

Arfa menatap Bella dengan tajam. “Apa saya memintamu untuk menolak. Siapa dirimu berani menolak perintah saya?”

Bella terkesiap mendengarnya, wajahnya menggelap sedih. Ia menunduk berusaha menahan air matanya yang ingin tumpah.

“Satu jam lagi semuanya harus sudah siap,” sambung Arfa.

Bella mengangguk. “Baik. Kalau begitu saya permisi.”

Bella memutar tubuhnya bersiap meninggalkan ruangan Arfa.

“Bella?” panggil Arfa membuat langkah Bella terhenti.

“Ya?”

“Mulai besok jangan gunakan rok span, kamu harus bekerja menggunakan celana panjang.”

“Baik Pak.”

Bella terlihat sibuk mondar-mandir demi menyiapkan ruangan meeting untuk Arfa. Semua ia pastikan tidak ada yang kurang, karena ia sendiri tidak ingin kembali terkena amarah atasannya itu.

Setelah beberapa para staf yang diminta Arfa masuk ke dalam ruang meeting. Bella kembali ke ruangan Arfa untuk memberi tahu jika meeting telah siap.

“Pak ruangan meeting sudah siap,” kata Bella pada Arfa yang saat itu sibuk mengecek beberapa berkas. Mendengar ucapan Bella, Arfa langsung menutup berkasnya dan menatap ke arah perempuan itu.

“Baik. Apa para staf yang saya minta sudah kamu suruh masuk?” tanya Arfa.

“Sudah, Pak!”

“Bagus.” Arfa beranjak dari tempat duduknya, sambil membawa setumpuk berkas melangkah mendekati Bella. “Kamu bawa ini ikuti saya dari belakang,” titahnya seraya memberikan paksa tumpukan berkas yang ia bawa.

“Aduh!” pekik Bella sedikit kaget karena tumpukan berkas itu begitu berat, sementara tadi kedua tangannya belum siap untuk menerima.

“Kenapa? Keberatan?” tanya Arfa dengan kedua alisnya yang bertaut.

Bella ingin mengiyakannya. Namun, melihat tatapan Arfa yang begitu tajam, ia justru menggelengkan kepalanya. Lelaki itu melangkah keluar meninggalkan Bella yang tampak kesusahan membawa setumpuk berkas di tangannya. Tubuh Bella yang mungil nyaris tak terlihat wajahnya kala membawa tumpukan berkas itu.

“Tega sih Ar sama aku. Kamu benar-benar sudah berubah, bukan Arfa yang ku kenal. Kamu suka menindas orang," keluh Bella miris.

Bruk!

Bella menabrak tubuh seseorang, hingga membuat tubuhnya oleng, ia terjatuh berikut dengan berkas yang ia jadi berhamburan.

“Berkasnya,” pekik Bella meratapi berkas yang berhamburan di lantai. Ia meringis merasakan pergelangan kakinya yang ngilu, jika tak salah menduga ia pasti sempat keseleo. Ia menyeret tubuhnya mencoba membereskan berkasnya, kertas yang berada di dalam map itu tampak berantakan. Bella meringis merasakan sakit di kakinya, sekaligus membayangkan Omelan Arfa nanti, lelaki itu pasti akan memaki dirinya tak becus bekerja.

“Bella.” Agus yang hendak menuju ruang meeting terkejut mendapati Bella terjatuh dan meringis, sementara tangannya terus membereskan berkas-berkasnya.

Terpopuler

Comments

Zoeya Agatha

Zoeya Agatha

abaikan aja bel arfanya😢

2024-03-25

0

Trisna Savitri

Trisna Savitri

ko qu baca ikutan nyesek ya 😭😭

2024-03-13

2

Ulfa Monalisa

Ulfa Monalisa

Ganti pekerjaan aja Bell..

2024-03-10

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 73 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!