Arfa Adiyaksa

Pukul satu siang, manager Agus meminta para staf untuk berbaris rapi di pintu masuk, demi menyambut kedatangan direktur baru. Para karyawan wanita tampak semangat, bahkan tak segan beberapa kali melihat penampilan wajahnya yang dirasa ada yang kurang. Karena mereka menginginkan penampilan yang sempurna, agar direktur barunya Sudi melirik ke arahnya.

Salah satunya Sima yang tampak heboh, berkali-kali bertanya pendapat penampilannya pada Bella. Sementara, Bella memilih tampil apa adanya asal ia merasa sudah rapi. Karena yang ia tahu, Arfa hanya menyukai perempuan yang tampil apa adanya.

Sebuah mobil mercy tiba di loby perusahaan, kedua penjaga sigap membukakan pintu. Seorang lelaki tampan, tinggi, rambutnya di sisi ke belakang, rahangnya tegas, menggunakan balutan jas biru, serta kacamata hitam yang bertengger di hidungnya, keluar dari dalam mobil. Ia melangkah masuk dengan gaya elegan, seraya melepaskan kacamata hitamnya. Di belakangnya tampak tiga orang pengikutnya pun turut andil mengikutinya.

Bunyi gesekan sepatu fantovel dengan lantai marmer terdengar semakin dekat. Bella yang semula menunduk pun memberanikan diri mengangkat wajahnya. Bersamaan dengan pintu kaca kantor terbuka, sosok lelaki yang merupakan Direktur barunya melangkah masuk. Bella terkejut mendapati dugaannya sama sekali tidak meleset.

“Arfa,” gumamnya hampir tak terdengar.

Seperti sebuah magnet, gumaman Bella membuat Arfa pun menoleh ke arahnya. Sama seperti Bella, lelaki itupun tampak terkejut melihatnya.

Bella merasa bahagia, ia memasang senyum semanis mungkin, berharap Arfa akan membalasnya. Namun, lelaki itu justru memalingkan mukanya, bersikap seolah keduanya hanyalah orang asing. Wajah bahagia Bella, kini menjadi muram. Kekecewaan menghantam keras relung hatinya yang paling dalam.

Namun, di sisi lain otak kecilnya mencoba berfikir positif jika mungkin saja Arfa hanya tengah bersikap profesional karena saat ini kedua tengah berada di perusahaan bahkan di depan banyak orang. Bella mencoba kembali tersenyum, mengenyahkan pikiran negatifnya.

“Gantengnya Pak Direktur. Aaah, aku meleleh,” pekik Sima seraya menangkup kedua pipinya.

Bella hanya mendengus, ketika para karyawan banyak yang memuji ketampanan Arfa. Memang harus di akui jika Arfa adalah lelaki tampan yang pernah dilihatnya, dengan rahang kuat, sepasang alis lebat, hidungnya mancung, sepasang bola mata hitam, matanya sedikit sipit. Sayangnya, kini Bella harus menelan rasa kecewa, saat melihat sikap Arfa padanya yang begitu acuh seperti tak saling mengenal. Padahal selama ini ia menutup hatinya untuk lelaki lain, demi perasaannya pada Arfa yang kian bertambah besar.

Setelah memastikan direktur masuk ke dalam ruangannya. Manager Agus membubarkan para staffnya. Bella menurut, tapi Sima justru masih bergeming di tempat dengan pandangan yang mengarah ke lift khusus direktur. Hal itu membuat manager Agus kesal.

“Ehh SIM card kamu gak dengar perintah saya. Buruan balik ruanganmu.”

“Atuhlah Aa Suga teh galak pisan. Main ganti-ganti namaku jadi SIM card pula,” dumel Sima kesal. Bella hanya terkekeh mendengarnya. Padahal apa bedanya, sama Sima yang mengganti nama Agus jadi Suga.

“Kamu juga ganti-ganti namaku kok,” celetuk Agus tak kalah sewotnya.

“Itu hanya aku balik, biar keren. Dasar gak gaul,” celetuk Sima kemudian, seraya menarik tangan Bella untuk kembali ke ruangannya. Tak memperdulikan umpatan kesal yang Agus berikan. Satu-satunya orang yang begitu berani dengan seorang manager hanyalah Sima. Kebetulan mereka berasal dari kota yang sama, Garut.

“Kamu itu kenapa kalau bertemu dengan Pak Agus bawaannya pengen adu mulut terus,” keluh Bella heran ketika keduanya telah tiba di ruangannya.

“Suka aja. Lucu gitu kalau ngeledek dia.” Sima mendudukkan dirinya di kursi, sementara matanya menatap ke arah depan, di mana ruangan Direktur terlihat. Perusahaan itu memiliki 22 lantai, dan divisi mereka berada di lantai 12. Terdapat 3 ruangan di sana yaitu ruangan Direktur, HRD, dan divisi marketing yang merupakan ruangan bebas tanpa sekat.

“Awas nanti jadi jatuh cinta,” celetuk Bella.

“Gak lah. Kan hanya untuk seru-seruan aja,” sahut Sima santai.

Bella mengangguk, otaknya berusaha fokus pada pekerjaannya. Namun, ternyata susah saat bayangan sikap Arfa justru menghantuinya, ia justru merasa gelisah dan gundah saat tak kunjung mendapatkan jawaban dari sikap cuek dan datar lelaki itu.

“Kamu kenapa sih, gelisah gitu Bell? Kaya aku dong, semangat kan ada direktur baru,” ujar Sima bahagia.

“Emm... Kayaknya aku butuh kopi deh.”

“Oh ngantuk? Ya udah panggil OB aja suruh buatin,” seru Sima.

Bella menggeleng. “Aku buat sendiri aja deh. Soalnya kalau dibuatin suka gak sesuai selera.” Perempuan itu beranjak menuju pantry. Sima mendengus melihat sikap Bella yang menurutnya ribet, apa salahnya tinggal duduk santai menunggu kopi tiba. Tapi apalah daya itu haknya Bella.

Terpopuler

Comments

Nendah Wenda

Nendah Wenda

gimana ya ketemu mantan

2024-04-21

0

Yani Cuhayanih

Yani Cuhayanih

ketemu mantan atiiiit tuh disini...

2024-03-13

0

Rita Riau

Rita Riau

wah si ganteng Leo Lou Yunxi
pas bgt CEO dingin,,,
diri ku mampir thor 🙏

2024-03-09

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 73 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!