Sementara, Pria yang sejak tadi mengawasi Nabila dari depan taman mengepalkan tangannya. Emosinya sudah sampai di ubun-ubun. Dia, Kevin Alvarez. Pria yang sudah mencintai Nabila sejak tiga bulan terakhir ini namun cinta Kevin bertepuk sebelah tangan. Karena, Nabila yang trauma dengan pekerjaan Kevin, dengan sopan menolak cinta Kevin.
"Maafkan aku. Aku tidak bisa mencintai kau," ucap Nabila waktu itu.
"Walaupun kau menolakku tapi izinkan aku untuk terus berada di sampingmu untuk menjagamu." Kevin bukan pria yang mudah menyerah. Dia tahu Nabila wanita baik-baik dia harus melindungi Nabila dari siapapun yang akan menyakiti wanita yang sudah mencuri hatinya itu.
"Terserah kau, tapi aku tidak suka kau terlalu ikut campur urusan pribadiku." sahut Nabila, seraya menghapus nomor Kevin yang dulunya sempat ia simpan di kontak ponselnya. Kevin hanya bisa menggelengkan kepalanya saat Nabila menunjukkan layar ponselnya ke wajahnya kalau nomornya sudah dia hapus dari daftar kontak ponsel.
"Hapus saja jika itu membuat kau bahagia. Tapi, aku tidak akan pernah menghapus apapun tenang dirimu diponselku sampai kapanpun." tegas Kevin. Ia pun akhirnya meninggalkan Nabila didepan apartemen milik Nabila.
Karena, ingin Kevin pergi dari hidupnya untuk selamanya. Nabila nekat mengungkapkan perasaannya kepada Reno padahal dia tahu Reno hanya menganggap dia sebatas teman kerja. Tapi, karena Nabila yang terus memohon akhirnya Reno mau menjalankan peran sebagai kekasih Nabila. Hari berganti hari Nabila akhirnya jatuh dalam rayuan Reno.
"Jika kau mencintaiku buktikan seberapa besar cintamu kepadaku." ucap Reno sembari menatap Nabila penuh misteri.
"Baiklah. Aku akan membuktikan semua itu." jawab Nabila yakin.
*****
Kevin membenarkan topinya lalu ia berjalan masuk ke taman dimana Nabila sedang menangis seorang diri. Tangannya menyentuh punggung Nabila hingga membuat wanita itu mendoangakkan kepalanya menatap Mafia tampan itu.
"Kau?" Nabila bergegas berdiri dengan cepat ia mengusap air matanya.
Kevin hanya tersenyum, ear phone yang tadi terpasang ditelinganya dia lepaskan dari telinganya lalu membiarkan bergantung dilehernya.
"Kau berbicara denganku?" Kevin balik bertanya.
"Ya, lalu siapa lagi jika bukan kau yang berdiri didepanku?" Nabila memutar bola mata malasnya.
"CK, jangan ngegas. Aku tadi mau duduk disitu tapi aku lihat kau yang sedang duduk menunduk makanya aku sentuh punggung kau," Kevin tersenyum sinis.Tapi jujur saat ini dia ingin mengejar Reno lalu menghajar pria itu sampai babak belur tapi dia masih menahan diri karena belum tau masalah yang sebenarnya.
"Kau, buntuti aku lagi?" tuduh Nabila seraya memperhatikan Kevin dari ujung kaki sampai ujung kepala.
"Jangan kepedean dulu. Aku itu setiap sore datang ke sini untuk bersantai sembari melihat anak-anak itu bermain." Lagi-lagi Kevin tersenyum misterius.
Nabila hanya berkata 'O' ria lalu ingin melangkah ke mobilnya. Tapi, dengan cepat Kevin menarik lengan Nabila, " Mau kemana?" tanya Kevin sembari mengeraskan rahangnya.
Mafia itu tidak bisa melihat wanita yang dia sayang menangis seperti ini apalagi sedaritadi dia sudah menyaksikan perdebatan Nabila dan Reno. Kevin juga penasaran dengan ucapan Reno soal 'gugurkan kandungan'. Kevin ingin bertanya mengenai hal itu kepada Nabila namun dia pikir itu terlalu sensitif dia akan menunggu waktu yang tepat.
"Lepaskan tanganku Kevin! Aku mau pulang! Apa-apaan sih tarik tanganku begitu?" Nabila menatap tajam Kevin.
Kevin tertawa garing, " Udah ikut aja temani aku duduk disitu. Biasanya saat senja indah banget lihat dari sini," ajak Kevin sembari menarik tangan Nabila. Tangannya menunjuk kursi yang tadi di duduki Nabila dan Reno.
"Tapi, aku ada perlu." Sela Nabila.
"Temani aku bentar aja, boleh ya?" Kevin memelas.
"Hmmm, baiklah. Janji sebentar aja, ya Vin." Nabila menghela napas dan akhirnya pasrah mengikuti Kevin.
"Thanks.Gitu dong, setidaknya temani aku sebagai teman." Kevin tersenyum seraya menuntun Nabila duduk disampingnya.
Nabil menatap Kevin, dalam hati dia menyesal dulu telah menyakiti hati pria baik ini. Namun, apalah daya dia memang sejak dulu tidak suka dengan seorang Mafia. Trauma, dengan kedua sahabatnya yang menikah dengan Mafia dimana hidup mereka dijaga ketat seperti seorang ratu membuat Nabila bergidik ngeri. Bukan hanya itu saja Nabila juga trauma waktu dipernikahan Stefani dan Glen terjadi penyerangan, Alfonso sahabat Kevin hampir merenggang nyawa dari sejak itu Nabila membenci siapa saja yang bertitel Mafia. Bagi Nabila menikah dengan Mafia sama saja menyerahkan diri ke pintu kematian.
"Ada-ada saja lu." sewot Nabila sembari memutar mata malasnya. Dia pun mendudukkan tubuhnya diatas kursi samping Kevin duduk.
Kevin memasang lagi ear phone ditelinganya dia mulai memutar musik, dengan kaki kanan dinaikkan diatas kaki kirinya. Kevin menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan mengikuti irama musik yang ia dengar. Begitulah Mafia satu ini dia berbeda dengan ke empat sahabatnya yang selalu kaku dengan hidup. Kevin, Mafia yang humoris, friendly dan manis.
Nabila hanya diam, sesekali dia melirik Kevin yang memejamkan matanya menikmati musik yang ia dengar.
"Jangan lirik begitu entar malah kau jatuh cinta," sindir Kevin.
Nabila yang merasa Kevin menyindir dirinya, mencebik kesal," Pede bangat jadi orang," gerutu Nabila.
Kevin membuka matanya, dia menatap Nabila sorot matanya sulit ditebak namun jujur hatinya sangat sedih melihat mata sembab Nabila. Dia juga kesal kenapa Nabila masih saja terus berpura-pura baik-baik saja padahal dari matanya yang sembab, Kevin sudah tahu dia tidak bahagia dengan hubungan dia dan Reno. Namun, Kevin tidak bisa berbuat banyak dia hanya bisa mengawasi dari kejauhan dan tidak bisa melanggar janjinya untuk tidak merusak hubungan Nabila dan Reno.
"Mau es cream?" tawar Kevin, matanya melirik ke arah es cream yang parkir di pinggir taman.
"Boleh," sahut Nabila.
"Mau rasa apa?"
"Vanila aja,"
Kevin pun memanggil penjual es creamnya. Kemudian, dia memesan dua es cream rasa vanilla. Tidak menunggu lama penjual es cream itu mengantarkan dua cone es cream rasa vanila.
"Terima kasih. Ambil saja kembaliannya." Kevin memberikan selembar poundsterling untuk Abang es cream.
Abang es creanya pun pergi meninggalkan Nabila dan Kevin. Kemudian, Kevin menatap Nabila.
"Es cream mu," Kevin memberikan satu cone es cream kepada Nabila.
"Thanks," ucap Nabila seraya menerima es cream dari tangan Kevin.
"Sama-sama. Dimakan keburu leleh," suruh Kevin. Ia pun mulai menikmati es cream miliknya.
Nabila langsung menikmati es cream rasa vanilla nya, sepertinya janinnya lagi menginginkan es cream karena sejak ia makan tidak ada tanda-tanda mual. Biasanya baru saja makan Nabila langsung mual dan mengeluarkan kan kembali semua yang ia makan.Tapi, sore ini bayinya sangat mengerti.
Tangannya menyentuh lembut perutnya tanpa ia sadari Kevin melihat itu. Mafia itu mengernyit membawa Kevin menemukan jawaban perdebatan Reno dan Nabila.
"Hamil?" batin Kevin.
Lalu ia menatap Nabila, "Enak es creamnya? Mau lagi?" tawar Kevin.
"Hmm, enak bangat." sahut Nabila seraya mengecap bibirnya.
"Kalau masih mau, aku beli lagi. Hmm?" ujar Kevin seraya menatap Nabila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Aditya HP/bunda lia
Thor Kevin temennya Daddy Alfonso ayahnya si kembar?
2023-03-18
0
adrian
saya nggak di tawarin es creamnya padahal saya juga suka
2023-01-08
1
auliasiamatir
Vin cari cewek lain sana yang lebih menghargai kamu , kesel aku sama nabila yang oon nya gak ketulungan.
2023-01-02
1