Saat mengetahui siapa orang yang akan telah membuat kehidupannya akan suram, dia enggan keluar rumah.
Pria itu pasti akan bertemu dengannya, rasanya sangat malas.
Apalagi perasaan benci itu tidak semudah itu hilang.
"Kau telah membuat luka paling dalam, bagaimana bisa masih percaya diri datang?" batin sang gadis begitu terluka mengetahui semua ini.
Baru juga ngebatin, suara pintu di ketuk dengan keras, ada suara lembut yang terdengar.
"Ibu mulai menjadi teman ayah, dia sangat sangat membuatku merasa tidak nyaman. Dave, seharusnya kau tidak datang saja, aku merasa jika kedatangan mu hanya membuat satu keburukan. Aku sangat benci dengan semua ini, sangat benci!" batin sang gadis dengan air mata yang mengalir.
Rasanya sangat tidak nyaman, dia mau tidak harus keluar dari kamar dan menemui pria kurang ajar itu.
Klek!
Pintu terbuka, lalu sekarang adalah saatnya seorang gadis harus menerima kenyataan bahwa setiap apa yang dia lakukan harus banyak pertimbangan, terutama tentang apa yang akan dia putuskan setelah ini.
Dia menatap wajah sang ayah dengan wajah datar.
"Nak, akhirnya kau membuka pintu," ucap sang ayah merasa bahwa satu hal yang sangat tidak mungkin menjadi mungkin.
Dengan wajah datar, si gadis berkata," Aku tidak suka akan hal ini, aku hanya ingin menunjukkan kepada ayah satu hal," jelas Silva.
Dia berjalan menuju ruang tamu tanpa menghiraukan sang ayah.
"Aku merasa dia agak berbeda," batin ayah tercinta. Namun dia cukup lega, tidak ada drama lagi.
.
.
.
Ruang tamu ...
Sang ibu sudah ada di sana membawa sebuah nampan beserta gelas yang terisi air minum.
Jus jeruk sepertinya tiba-tiba ada di rumah itu, padahal selama ini, tidak ada yang orang yang minum buah itu.
"Ibu sangat gercep," batin SIlva.
Dave yang menyadari kehadiran seorang Silva langsung berdiri lalu menyapanya.
"Halo Silva, apa kabar. Lama sekali tidak berjumpa," ujarnya.
Dave merasa baik-baik saja dengan segala hal yang membuatnya menjadi pria keren, sebab kabar baik yang akan dia sampaikan mengenai pencapaian perusahaan kepada ayah Silva.
"Wah kau begitu tampan hari ini nak? seperti biasa, kau sangat luar biasa," puji tuan Nuel, ayah Silva.
"Tidak begitu hebat tuan, aku merasa menjadi pria yang biasa saja," jawab Dave sambil tak melepaskan pandangan dari wajah cantik Silva.
Tuan Nuel lalu meminta sang putri duduk bersama dengan seorang Dave.
Oleh karena terpaksa dia mau, Silva masih menahan perasaannya.
Kini Tuan dan Nyonya Nuel juga duduk, keduanya berada di sisi kanan dua orang yang akan menjadi pasangan suami istri.
"To the point saja, aku ingin menyampaikan laporan kepada tuan bahwa perusahaan kita mendapatkan penghargaan, yaitu menjadi sepuluh besar perusahaan dengan title terbaik satu kota ini."
Dave mengatakan sambil menggebu-gebu sebab dia tak pernah menyangka akan mendapatkan satu hal yang sangat berarti seperti ini, sebuah pencapaian akan satu hal yang luar biasa. Dia sangat bersyukur.
Apalagi dia berada di samping Silva, gadis yang sudah membuat jantungnya mau copot.
"Haha, kau sangat hebat seperti biasanya, berasa menjadi orang yang sangat tidak manusiawi jika aku tak memberikan hadiah satu pun padamu padahal selama ini kita sudah bekerja sama, meski kau menjalankan semua pekerjaan kantor, kau tidak pernah mengeluh serta selalu totalitas dalam melakukan segalanya. Terima kasih Dave, kau berhak menikah dengan anakku!"
Dave benar-benar tak pernah menyangka jika dirinya benar-benar menikah dengan seorang Silva yang selama ini dia dambakan.
"Tuan terlalu baik padaku, aku sudah menjadi orang yang bergelar S1 juga sangat bersyukur, saat menjadi orang yang memiliki keberuntungan ini, begitu menyentuh hatiku. Terima kasih tuan," ucap seorang Dave dengan rasa berdebar-debar tidak karuan.
Rasanya seperti mimpi menjadi nyata.
Namun ada satu hal yang terlupa, seorang Silva yang sangat tidak ingin menikah.
Dia mencoba buka suara dan mengutarakan semua pendapatnya.
"Aku tidak seharusnya mencampuri urusan kalian, hanya saja apa yang ada di dalam kehidupan ini harus ada persetujuan dari pihak yang bersangkutan, ayah tidak pernah bertanya pendapatku," cetus sang putri merasa terabaikan.
Apa yang menjadi haknya mengeluarkan pendapat begitu tidak dihargai serta tak mendapatkan kesempatan.
Sang ayah berkata," Aku tidak perlu bertanya padamu sayang, karena kau adalah gadis penurut," ucap seorang tuan Nuel yang sangat memaksakan pernikahan ini.
Dia tahu jika sang putri sama sekali tidak ingin menikah jadi dia harus menegaskan kepada Silva tentang keputusan yang sudah diambil seorang ayah tidak bisa diganggu gugat.
"Aku tidak setuju dengan pernikahan ini, maaf!"
Sang putri menunjukkan bahwa tidak setuju dengan apa yang sudah diputuskan oleh tuan Nuel selaku ayahnya.
Saat sang putri ingin masuk ke dalam kamar, tuan Nuel mencegahnya dengan nada berteriak.
"Tetap duduk dan menjadi gadis patuh, Silva!"
Sang ibu mencoba membujuk tuan Nuel agar tidak menjadi pria dengan amarah yang berlebihan, hanya saja tuan Nuel sudah memiliki keputusan yang sangat final.
Keputusan yang tidak bisa di ganggu gugat lagi.
"Kau harus mengikuti apa yang aku katakan jika ingin menjadi seorang anak yang patuh, jelas tuan Nuel dengan ketegasannya.
"Aku lebih baik tiada jika harus menikah dengan pria ini!"
"Diam kau Silva! kau tidak tahu apa-apa tentang Dave ini! bagaimana bisa ayah memaksakan kehendak ayah yang tidak jelas itu?"
Silva memberontak dengan segala cara, dia tidak bisa menjadi istri dari Dave, pria yang sangat dia benci.
Hanya saja yang ayah terlalu berlebihan.
Silva tidak bisa mengelak lagi.
"Ayah harus menghabisi aku ketika ingin menjadikan aku istri Dave!"
Plak!
Tamparan keras untuk pertama kalinya mendarat di pipi sebelah kanan seorang putri yang selama ini menjadi kesayangan ayah dan ibunya.
"Ayah tega menampar aku dengan sekeras ini demi Dave? demi orang asing tega menampar anak kandung ayah?"
Silva meneteskan air matanya yang tidak hentinya menetes.
Dave cukup senang dengan kehancuran ini sebab tujuannya masuk ke dalam kehidupan keluarga sang gadis memang menebar kebencian.
Dia berpura-pura membela Silva agar terkesan baik.
"Tuan, jangan seperti itu pada anakmu, dia tidak bersalah, aku tidka keberatan jika harus menunda pernikahan untuk beberapa waktu."
"Tidak ada yang menunda ataupun harus ditunda, ayah sudah menyiapkan gedung pernikahan untuk kalian, undangan sudah di sebar, aku hanya mengundang beberapa saja."
Sang ayah sangat gegabah, dia sudah menyiapkan segalanya tanpa sepengetahuan dari Silva.
"Ayah tega padaku!"
"Kau sangat keras kepala! padahal selama ini kau sangat penurut pada ayah. Jadi ayah harus memaksamu!"
Sang ayah menyayangkan sikap sang putri yang tiba-tiba saja menjadi pembangkang.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments