Dua jam kemudian ...
"Nona lama sekali," ucap Malik merasa aneh dengan sang nona muda yang tak terbiasa lama saat merawat kuku.
"Kau tunggu di sini, aku akan memeriksa," pinta Maura.
Baru akan melangkahkan kaki, namun Malik menghentikan sang kembaran sebab dia yang ingin masuk ke dalam salon.
Sang kembaran mengiyakan apa yang dia katakan.
Kini Malik sudah berada di dalam pintu salon, dan tak sengaja sang nona juga berada di sana.
"Kau mau apa?" tanya nona muda arogan itu.
"Aku hanya ingin memeriksa, kenapa nona lama sekali keluar dari salon," cetus Malik dengan nada suara rendah dan wajah yang menunduk.
"Hah, sok peduli! aku sudah mengatakan kepadamu bahwa jangan terlalu peduli padaku, kau hanyalah seorang asisten rendahan!"
Sang nona muda menghempaskan pundak sang asisten hingga terjatuh.
"Cih, pria lemah!"
Sang nona muda melenggang jauh dari hadapan sang asisten dan berjalan menuju mobil mewah miliknya.
"Aku sudah tidak tahan lagi," ucap sang asisten sambil mengepalkan tangannya.
Dia meraih ponsel yang ada di dalam sakunya.
Lalu melakukan panggilan kepada seorang yang akan membantunya mengeksekusi rencana yang sudah sangat lama ingin dia lakukan tetapi terkendala oleh Maura yang selalu memberikan pengertian bahwa majikannya memang seperti itu dan tidak perlu dilawan.
Namun, kejadian di depan salon itu membuatnya gelap mata.
Dia akan terus melakukan aksinya tanpa sepengetahuan Maura.
"Robin, kau tahu rumah majikan ku?" tanya Malik di dalam sambungan telepon.
"Iya, aku tahu," jawab Robin.
"Kau datanglah ke sana malam ini pukul 10.00 malam. Lalu, pura-pura saja ingin bertemu denganku. Aku merencanakan sesuatu agar rumah itu terbakar bersama dengan majikan ku, kau bawa nona muda pergi. Aku akan memberinya pelajaran nanti."
"Lalu bagaimana bagian ku?"
"Aku akan membawa beberapa perhiasan serta uang, surat-surat penting juga akan aku amankan semua. Kita bagi dua nanti!"
"Siap!"
Setelah selesai melakukan panggilan telepon, Malik kemudian berjalan menuju mobil sang nona muda.
Lagi-lagi sang nona muda terlihat marah-marah karena Malik tak kunjung datang padahal hanya bertugas untuk menemaninya.
"Heh! kau ini memang tidak tahu malu! bagaimana bisa melakukan segalanya sesuai dengan keinginanmu? masuk ke dalam mobil! dasar! miskin! lebih baik aku memecat kau saja! pria tidak berguna!"
Sang gadis lalu masuk ke dalam mobil dengan hati yang dongkol.
"Cih, apanya yang memecat, kau yang akan aku pecat dari dunia ini!" batin Malik dengan rasa dongkol yang membahana.
Dia juga masuk ke dalam mobil, Malik duduk di samping sang kakak.
Setelah itu, Maura tancap gas menuju rumah karena tidak ada hal lain yang akan di lakukan sang majikan setelah merawat kuku.
.
.
Rumah mewah keluarga Elsava ...
Sebuah rumah dengan halaman super mewah, ada beberapa pengawal yang berjejer.
Sungguh kekayaan itu sudah terpampang jelas di depan mata.
Mobil mewah itu berhenti tepat di depan rumah itu, lalu sang gadis keluar dari mobil.
Sudah ada sambutan dari para pengawal.
Mereka membawa barang-barang milik sang gadis masuk ke dalam rumah, sedangkan Malik dan Maura bergantian berjaga.
Maura yang curiga dengan Malik, lalu bertanya.
"Kau akan merencanakan hal buruk?" ucap sang kakak.
"Jangan mengada-ada," jelas Malik.
"Oke, aku berharap kau tidak akan melakukannya sebab sebagai seorang pria, sangatlah buruk jika menjadi orang yang tidak memiliki hati, padahal keluarga Elsava sudah sangat baik dengan kita, kau pertimbangkanlah ketika sedang kesal dengan nona muda. Dia memang kekanak-kanakan, pahami dia Malik, oke?" pinta sang kakak yang merasa jika adiknya terlalu kecil hati, dia terkadang tak bisa menahan diri untuk emosi.
"Ya, kau tidak perlu menjadi orang yang terlalu mengkhawatirkan hal itu. Aku itu adalah orang yang akan menjaga nona muda," cetus sang adik dengan wajah yang tidak meyakinkan.
Dia sebenarnya kasihan dengan sang kakak, hanya saja menjadi orang baik tidak terlalu sok suci, sebab dia hanya ingin membalas semua hal yang tadi sang nona lakukan padanya.
Dia sudah terhina, sakit hati dan harga dirinya benar-benar terinjak.
"Maura, aku jaga gerbang depannya, kau sebelah sini," pinta Malik.
"Tumben, biasanya kau tidak mau melakukannya?" ungkap sang kakak dengan mengacak rambut dan adik.
Maura dan Malik adalah saudara kembar fraternal, jadi jenis kelamin mereka berbeda meski menjadi saudara yang memiliki wajah yang mirip.
"Aku hanya ingin saja, kenapa kau selalu curiga padaku atas semua hal?" jelas Malik mulai terpancing emosi.
Dia mencoba menahan, hanya saja kebiasaan nya yang sangat tidak baik ini terus terbentuk semakin berjalannya waktu.
"Haha, kau tidak perlu terlalu serius menanggapi apa yang aku katakan, oke?" cetus sang kakak yang meminta adiknya segera bertugas.
Malik segera berjalan menuju gerbang depan, Maura menatap punggung adiknya," Aku tahu apa yang ada di dalam hatimu, namun aku berharap kau tidak perlu melakukannya."
Sang kakak bergumam, dia hanya tidak mau sang adik bertindak sejauh itu, jadi dia hanya bisa memantau dari jauh.
Dia perhatikan memang sang adik sudah menunjukkan gelagat aneh beberapa hari ini, apalagi kata-kata nona muda begitu mengesalkan.
Maura akan terus memantau Malik, supaya dia bisa menegur dengan cara yang pas.
Di saat kecemasan itu coba diredakan oleh sang kakak, Malik makin menjadi dengan caranya untuk memberikan pelajaran terhadap sang nona muda.
Dia kembali menghubungi orang yang sama untuk membantu melancarkan segala rencana untuk menghancurkan keluarga Elsava yang selama ini telah memberikannya gaji tiap bulan.
"Kau sudah sampai?" tanya Malik berbisik.
Dia bersembunyi di dalam pos penjagaan agar tidak ada yang mengetahui apa yang di bicarakan.
"Sudah, aku akan bersembunyi di rumah kosong dekat dengan rumah bosmu itu," ungkap sang teman yang akan membantunya melancarkan usahanya menghabisi seluruh anggota keluarga itu.
"Oke siap, kau tetaplah di sana, sudah bawa orang?" ungkap Malik.
"Aku sudah mengenal kau dari dulu, tanpa kau bilang, aku sudah bawa, semuanya sudah siap. Minuman yang membuat semua orang bisa pingsan juga ada," cetus sang teman yang sangat cerdik dan licik, sama persis dengan Malik.
"Haha, kau selalu bisa di andalkan."
Malik sangat puas bekerja sama dengan temannya yang selalu militan itu.
Dia merasa bahwa rencananya akan segera terealisasi dengan baik.
"Kau akan hancur nona! seperti kertas tadi, kau akan aku hancurkan! bukan hanya dirimu tetapi apa yang "Apa yang kau memiliki, akan menjadi milikku," batin sang asisten yang sudah tidak tahan lagi dengan semua perlakuan tidak sopan sang majikan kepadanya.
Dia cukup merasa percaya diri dengan rencananya yang akan segera mendapatkan hasil sangat memuaskan.
...
Malam harinya, sang pria mampu membuat semua orang tak sadarkan diri dan semuanya berjalan begitu singkat.
Malik hanya perlu memberikan secangkir kopi pada para penjaga, kopi yang ada obat biusnya.
Sang gadis bersama teman Malik menuju rumah yang sudah di tentukan sebagai tempat penyekapan.
Di sisi lain, Maura yang selamat karena tak meminum secangkir kopi yang di buat oleh Malik, mencoba mencari celah untuk menyelamatkan majikan, tetapi tak ada yang bisa dia lakukan.
Dia memilih untuk memantau dari rumah pohon milik Xena.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments