Rico melenggang dengan perasaan lega setelah berhasil mengantarkan anak barunya ke toilet. Mereka sudah kembali dalam kondisi bersih dan kering. Rico sekalian menyeka muka bantal Rain dengan air di wastafel. Kening Rico dipenuhi peluh akibat panik yang mendera.
“Ji,” panggil Rico yang melalui meja kerja atasannya itu.
“Hmm ....” Jihan menyahut tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptopnya.
“Dih, ketularan sama suaminya,” cebiknya kesal. “Aku pinjem Lala bentar!” sambungnya membuka pintu kaca ruangan tersebut.
“Heh!” Jihan menoleh, namun pintu sudah terlanjur ditutup. Hendak beranjak pun, kerjaannya nanggung. Takut ide-idenya dalam membuat design gaun menghilang.
Rico celingukan, mencari seseorang yang ia percaya bisa mengatasi urusan belanja. Selain menjadi karyawan di butik, gadis itu adalah pengasuh Cheryl sedari bayi.
“La!” panggil Rico yang menggendong Rain.
Gadis cantik yang berpenampilan sederhana itu mendongak. Ia belum sempat melihat Rico tadi. Tubuhnya mematung ketika melihat lelaki yang selama ini ia suka, menggendong seorang anak.
Dengan langkah bersemangat dan senyum menawan, Rico mempercepat langkah untuk semakin mendekati Lala.
“Lala, ikut aku bentar.” Rico menarik lengan kurus Lala. Namun, Lala bergeming. Sama sekali tak beranjak dari tempatnya berdiri.
Rico kembali memutar tubuhnya, hingga menatap gadis berwajah ayu nan teduh itu. “Please, bantuin aku. Udah izin ke nyonya. Mau ya,” pinta Rico memelas.
“Sama aku aja, Mas Rico,” serobot seorang gadis centil mengedipkan sebelah matanya.
“Enggak, makasih!” sahut Rico ketus mengabaikannya. Menarik lengan Lala hingga terpaksa gadis itu harus mengikuti langkah panjangnya.
“Mas Rico, makin hot aja sih!” pekik gadis sexy itu lagi, menatap kepergian Rico. Meski selalu diabaikan, Sanaz tidak pernah menyerah terus menggoda lelaki pujaannya itu.
...\=\=\=000\=\=\=...
Rico membukakan pintu samping kemudi untuk Lala. Gadis itu menurut, meski bibirnya masih bungkam sedari tadi. Dadanya bergemuruh dan tidak berani menatap mata Rico.
“Rain, duduk sama Mbak Lala mau ya? Mbak Lala baik, nggak gigit kok,” tawar Rico mencoba melepas tautan tangan Rainer.
Gelengan kepala berulang menandakan sebuah penolakan dari bocah kecil itu. Rain sama sekali tak ingin berpisah dari lelaki yang beberapa saat lalu ia panggil dengan sebutan ayah.
Tatapan nanar tertuju pada dua lelaki berbeda usia yang berjarak tak jauh dari Lala. Ia tersenyum getir, yakin jika memang anak itu memiliki hubungan dengan Rico. Tidak tahu mengapa, ada rasa nyeri yang tiba-tiba menusuk jantungnya.
“Bukankah kau sudah berjanji untuk menurut padaku? Percayalah, Mbak Lala tidak akan menyakitimu,” bujuk Rico sekali lagi.
Kalimat itu seketika mampu memundurkan punggung Rain, menoleh pada gadis yang melebarkan senyum padanya. Kembali menoleh pada Rico yang mengangguk meyakinkan.
“Baik, Yah.” Suara serak terdengar lirih di telinga Rico.
“Good boy,” seru Rico mengacak rambut Rainer lalu mendudukkan di pangkuan Lala.
Dengan hati yang teremas, Lala berusaha keras menerima bocah itu. Menarik napas panjang untuk menghilangkan sesak di hatinya.
Rico beralih menuju pintu samping, duduk di balik kemudi dan mulai menjalankan mobilnya. “Bantu aku belanja keperluannya ya, La. Tolong,” pinta Rico memecah keheningan di dalam mobil itu.
“Iya,” sahut Lala pelan melirik anak di pangkuannya. Pikiran dan hati Lala berkecamuk, berbagai pertanyaan bersarang di benaknya. Namun, hanya mampu memendamnya.
Terdiam, tak bersuara lagi. Mereka bertiga terjebak dalam suasana canggung. Jika tidak terpaksa, Rico pun tidak ingin merepotkan orang lain. Dan hanya Lala yang ia percaya.
Tak berapa lama, mobil terhenti di area parkir sebuah mall besar. Rico meraih kembali tubuh Rain yang tampak tak nyaman dalam pangkuan Lala.
Mereka berjalan serentak di lantai marmer yang luas itu, memasuki counter anak-anak. Rico mengambil sebuah trolly belanja, mendudukkan Rain di dalam sana.
“La, apa aja yang sekiranya dibutuhin ambil aja. Enggak usah lihat harga," perintah Rico.
“Oke,” sahut Lala mulai memilah dan memilih selembar demi selembar pakaian yang pas untuk tubuh Rainer.
Sedangkan Rico sendiri mulai sering mengajak berbicara Rain yang duduk menghadap ke arah Rico di atas trolly. Sedikit banyak, Rain sudah semakin lancar berbicara. Akan tetapi, Rico sengaja tidak menyinggung mengenai orang tuanya. Karena khawatir, Rain akan kembali ketakutan seperti sebelumnya.
Seperti perintah Rico, tanpa melihat label harga, Lala memasukkan barang yang sesuai dengan tubuh Rain. Mereka terlihat seperti keluarga cemara yang tengah berbelanja bersama.
Selang beberapa jam, trolly penuh. Mereka bergegas antri di kasir. Rico menyerahkan sebuah kartu ATM dan menyebutkan nomor pin pada Lala.
“Enggak takut aku rampok nih?” seloroh Lala membolak-balik benda pipih itu.
“Lakuin aja. Aku langsung nikahin kamu!” celetuk Rico tanpa menoleh.
“DEG!”
Bersambung~
duh.. ayah tahu bulat ini memang meresahkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
NpScr EH
kirain bakalan sama emaknya si rain🤣🤣
but issokeh lah kalo sama Lala biar dapet ting²😂
2023-12-14
1
anonim
kode tuh La....mau kan dinikahin Rico 😁
2023-11-07
3
Sri Astuti
mau lah si Lala
2023-11-04
2