Rico menelan salivanya dengan kasar ketika mobil yang ia kendarai berhenti tepat di pelataran rumah megah nan mewah di hadapannya. Helaan napas panjang ia embuskan sebelum akhirnya turun dan keluar dari mobil.
“Selamat pagi, Tuan, Nyonya, Nona Kecil,” sapa Rico menundukkan kepala.
Tidak ada sahutan apa pun dari bosnya. Rico memberanikan diri mengangkat kepala, kembali bersitatap dengan Tiger yang mengetatkan rahangnya. Sorot mata biru itu tampak kilatan kemarahan yang siap mencabik-cabiknya. Bergeser pada Cheryl—sang nona kecil yang berada dalam gendongan ayahnya, gadis itu pun memberi tatapan yang sama seperti sang ayah.
“Uncle! Kenapa baru sampai? Cheryl udah telat!” marah gadis cilik berseragam TK Internasional dengan rambut berkepang dua. Lengannya memeluk leher sang ayah.
“Maaf, Nona Kecil.” Tidak ingin mengeluarkan banyak alasan, karena hal itu sangat dibenci oleh Tiger.
“Sudahlah, masih ada waktu, Sayang. Rico, enggak usah ngebut. Ayo, Sayang.” Jihan menyela, ia mengulurkan kedua tangan untuk meraih tubuh putrinya. “Buruan berangkat! Nanti kamu juga terlambat. Katanya ada meeting penting,” sambung Jihan mengusap lengan sang suami yang masih bergeming menatap tajam Rico.
“Emmm.” Hanya itu sahutannya. Tiger lalu mencium kening sang istri, kemudian mencium kedua pipi putrinya. “Baik-baik di sekolah ya princessnya papa. Love you,” ujarnya membungkuk untuk menyamakan tinggi dengan Cheryl, menggesekkan hidung mancungnya pada hidung gadis cilik itu.
“Love you too, Papa!” Cheryl tersenyum lebar sembari melambaikan kedua tangan kecilnya.
Rico buru-buru membukakan pintu penumpang belakang, setelah Jihan masuk segera menutup dan kembali ke kursinya di balik kemudi. Namun suara Tiger menghentikannya.
“Jangan ngebut! Tapi harus sampai sekolah tepat waktu! Bisa kuledakkan kepalamu! Aku selalu memantau kecepatan mobilmu!” seru Tiger memperingatkan dengan suara dinginnya.
“Siap, Tuan!” sahut Rico tegas walaupun dalam hati bergidik. Ia membungkuk lalu bergegas masuk mobil dengan langkah terburu-buru.
Jantung Rico berdegup dengan sangat cepat. Tangannya menyeka bulir keringat yang muncul di dahinya, lalu menyugar rambutnya ke belakang agar tetap rapi. Lebih tepatnya, mengurai kegugupannya.
Mobil mulai berjalan dengan perlahan. Cheryl masih asyik berceloteh dengan sang mama. Sesekali bernyanyi riang sambil menggoyang-goyangkan kepala, hingga kepang duanya terayun mengikuti gerakannya.
“Emm ... anak mama makin pinter aja sih,” puji Jihan mencubit kedua pipi gembil Cheryl dengan gemas.
Tak sengaja pandangan Jihan terangkat, setelah anak gadisnya terdiam dan memilih melihat jalanan di luar jendela. Ia suka sekali mengamati setiap jalan yang dilalui. Apalagi yang banyak simpang atau bundaran. Matanya berbinar menatap mobil-mobil yang berjajar rapi melintasi jalur yang sama.
“Rico!” teriak Jihan tiba-tiba dengan mata membelalak lebar.
Rico terjingkat kaget dari duduknya, “Astaga Jihan! Untung nggak punya penyakit jantung!” balas Rico berdecak kesal.
Jika tidak ada Tiger, mereka berdua sudah seperti sahabat sejak pertemuan mereka pertama kali. Di mana waktu itu, Rico ditunjuk oleh Tiger sebagai bodyguard sang istri. Karena seumuran, keduanya pun cepat akrab, hingga sekarang.
“Anak siapa itu, hah? Kamu punya anak di luar nikah ya?” sentak Jihan menarik ujung rambut Rico membuat lelaki itu mengaduh kesakitan.
“Aduduh! Sakit, Ji! Lepas, bahaya nih, lagi nyetir,” elak Rico memiringkan kepala, mengikuti cengkeraman tangan Jihan.
“Lagian tiba-tiba aja bawa anak. Hayo ngaku, siapa anak ini? Kamu sengaja ya sembunyiin dari kami semua!” seru Jihan dengan napas menderu. Ia terkejut sekaligus tidak menyangka jika lelaki yang selama ini selalu menjaganya itu punya rahasia besar.
Rico menghela napas panjang diiringi sebuah decakan kasar, melirik Jihan yang mengamati Rain dengan tatapan mengintimidasi. “Heh, jangan menatap Rainer seperti itu. Kamu menakutinya,” seru Rico.
Benar saja, Rainer terlihat ketakutan. Tubuhnya meringkuk di ujung pintu, napasnya terlihat berat. Hingga belaian tangan Rico sedikit membuatnya menoleh. Mata Rain sudah berkaca-kaca, tubuh kecil itu tampak gemetar.
“Jangan takut, ada aku!” ucap Rico menaik turunkan kedua alisnya.
“Tuh kan, kamu enggak bener sih. Kamu punya hubungan gelap sama siapa? Kenapa tidak kamu nikahi saja wanita itu! Dasar pria tidak bertanggung jawab!” cerocos Jihan kesal. Ia tidak terima jika ada lelaki yang mempermainkan perempuan.
Cheryl turun dari jok mobil, berdiri di celah kursi pengemudi lalu menoleh pada Rainer. Mata biru gadis cilik itu tampak berbinar. “Uncle, dia siapa? Hai, aku Cheryl,” ucapnya dengan senyuman yang menggemaskan. Tapi Rain hanya diam saja, masih mengatupkan bibirnya rapat. Hanya menatap Cheryl dalam diam.
“Dengerin dulu. Aku enggak tahu dia anak siapa. Nona Kecil, namanya Rainer. Emm ... sepertinya dia tidak bisa berbicara. Rain sama sekali tidak bersuara sejak aku menemukannya semalam.” Rico memperkenalkan anak itu.
“Gimana bisa kamu enggak kenal? Kamu saja sudah tahu namanya?!” sentak Jihan masih tak percaya.
Rico menggaruk keningnya yang sangat gatal. Jihan memang selalu menyebalkan baginya sejak dulu. “Aku yang memberinya nama itu. Karena aku menemukannya pas hujan deras,” sanggah lelaki itu menginjak pedal rem tepat di depan sekolah Cheryl.
“Aiss! Tunggu aku antar Cheryl dulu, kamu harus jelasin semuanya. Sayang, ayo turun dulu. Tuh hampir ditutup gerbangnya!” ajak Cheryl membuka pintu mobil, membawakan sebuah tas ransel berwarna cokelat, bertuliskan nama Cheryl. Tas khusus yang disediakan oleh sekolah dan senada dengan semua murid di TK tersebut.
Sudah ada beberapa guru yang berdiri menyambut beberapa muridnya. Jihan berjongkok, merapikan dasi kupu-kupu anak gadisnya. “Mama, nanti aku mau main sama anaknya Uncle Ric. Jangan boleh pergi ya, Ma,” pinta Cheryl.
“Iya, Sayang. Udah sana masuk.” Jihan mengecup pipi dan kening putrinya. Gadis cilik itu bersorak, mencium tangan sang mama lalu berlari kecil ke arah salah satu gurunya.
“Bye, Sayang. Selamat belajar,” teriak Jihan melambaikan tangan sampai anaknya tak terlihat.
Buru-buru ia kembali ke parkiran, penasaran dengan anak laki-laki yang tampak memprihatikan.
“Ayo ke butik, jelasin di sana!” titah Jihan setelah duduk.
...\=\=\=000\=\=\=...
Tiga puluh menit setelah menempuh perjalanan, Jihan sampai di Butik Anastasia. Butik yang ia kelola sendiri dari nol. Jihan turun terlebih dahulu untuk menyapa para karyawannya. Diikuti Rico yang segera membuka pintu untuk Rainer.
“Ayo, Rain. Kita hadapi wanita cerewet dan Kang Kepo itu!” ajak Rico melepas seatbelt yang membelit tubuh Rainer.
Rain bergeming, tatapan polos dan ketakutannya, benar-benar membuat hati Rico tersentuh. Senyumnya mengembang hingga kedua lesung pipinya terlihat jelas, “Selama aku di sisimu, jangan pernah takut pada siapa pun!” Rico berusaha menghibur dan meyakinkan Rainer.
“Ayah!” sebut anak lelaki itu membuat Rico membelalak lebar.
Bersambung~
Ini uncle Ric yang tetep kece walaupun nggak mandi 😆
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Sari Nu Amoorea
kasian km Rain
2024-07-15
0
💋エンダン
Rico= Hyu Bin❤❤❤😘😘😘
2023-11-23
1
ida martinah
Hyu jin kah itu.....❤️❤️❤️❤️
2023-11-21
0