“Lepasin gue, botak!” teriak Alya, yang semakin membuat si botak marah padanya.
“Cewek tengik!!” teriaknya, yang semakin menambah kencang cekikannya pada Alya.
Wanita yang ditolong Alya pun tak terima, dengan mereka yang berbuat semena-mena pada Alya. Ia merasa harus menolong Alya, karena Alya yang sudah menolongnya lebih dulu tadi.
“Lepasin dia!” pekik wanita itu, yang langsung menarik tangan si botak, yang sedang berada pada leher Alya.
Terjadi aksi saling tarik di sini, tetapi para anak buah si botak sama sekali tidak ikut campur dengan urusan si botak. Hanya dengan mengurus dua wanita tidak tahu diri, mereka yakin bos mereka bisa melakukannya seorang diri.
SRAK!
Karena terlalu kuat menarik tangan si botak, wanita itu sudah membuat baju Alya menjadi robek dengan sangat panjang. Hal itu membuat Alya mendelik kaget, karena bajunya yang sudah robek di hadapan para lelaki yang ada di hadapan mereka.
Alya mendelik kaget, “Baju gue!!” pekiknya, membuat wanita itu juga mendelik kaget mengetahuinya.
Alya berusaha untuk menutupi bagian dadanya yang terlihat, agar mereka tidak bisa seenaknya melihat ke arah dadanya yang cukup berisi itu. Wanita itu juga tidak terima, ketika baju Alya harus sobek, dan terlihat jelas di hadapan para berandal itu.
Wanita itu memandang sinis ke arah si botak dan kawan-kawannya, “Kalian mau duit, ‘kan?” tanyanya sinis, yang lalu mengeluarkan uang receh hasil kerja kerasnya malam ini, “nih! Gue cuma punya uang segitu! Jangan ganggu gue dan juga Mbak ini!” bentaknya, yang terpaksa harus memberikan semua uang hasil kerja kerasnya malam ini, hanya untuk para berandalan itu.
Si botak mengambilnya dengan sangat cepat, dan langsung memandangnya dengan sinis.
“Kalo dari tadi lo kasih, kejadiannya mungkin gak akan begini!” bentaknya, yang membuat wanita itu semakin tidak enak saja pada Alya.
Mereka pun pergi dari sana, meninggalkan Alya dan juga wanita itu. Wanita itu pun mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, yang ternyata adalah baju kaosnya yang belum terpakai. Ia memberikannya pada Alya, tanpa melihat ke arah Alya.
“Nih, pake dulu!” suruhnya sembari menyodorkan kaos tersebut kepada Alya, tanpa melihat ke arahnya.
Alya memandangnya sejenak dengan bingung, karena wanita ini yang sepertinya bersikap aneh di hadapannya.
SRAK!
Terlihat sebuah cahaya yang sangat terang, hasil dari sebuah senter yang diarahkan pada wajah Alya dan juga wajah wanita itu. Mereka kesulitan melihat, sehingga baru menyadari kedatangan para warga saat mereka sudah mengarahkan senter mereka ke arah lain.
“Siapa kalian?!” tanya salah satu warga dengan sinis, membuat Alya mendelik kaget mendengarnya.
“Mau apa kalian di tempat sepi, malam-malam begini?!” tanyanya lagi, tetapi Alya sama sekali tidak bisa menjawab pertanyaannya.
Mereka melihat baju Alya yang sobek, membuat mereka berpikiran hal yang tidak-tidak dengan Alya dan juga wanita asing itu.
Salah satu dari mereka mengarahkan senter itu ke wajah wanita asing itu, “Kamu Rian, ‘kan?” bidiknya, sontak membuat Alya mendelik kaget mendengarnya.
“Hah?! Rian?!” pekik Alya, yang sama sekali tidak mengerti dengan tuduhan para warga terhadap wanita yang ada di sampingnya itu.
“Rian yang tinggal di kampung sebelah, bukan? Masih belum tobat kamu jadi waria?” tanya mereka sinis, sontak membuat Alya kembali mendelik tak percaya mendengar ucapan mereka.
“Hah?! Waria?!” pekik Alya, yang langsung memperhatikan ke arah Waria tersebut.
Sekilas tubuhnya memang sangat tinggi daripada wanita pada umumnya. Mungkin sekitar 180 cm sampai dengan 190 cm. Alya sama sekali tidak menyadari hal itu, dan malah tertipu dengan dandanannya yang memang sangat cocok menjadi seorang wanita.
‘Anjir, kenapa gue bisa ketipu gini, sih? Dia waria, bukan wanita!’ batin Alya, yang merasa sangat kesal dengan dirinya sendiri, yang bodoh sudah menolong Waria yang ada di sebelahnya itu.
Salah seorang warga memandang ke arah dada Alya. Hal itu sontak membuat Alya mendelik kaget, karena ia lupa dengan bajunya yang sobek sejak tadi, ulah si botak dan kawan-kawannya itu. Ia juga memandang ke arah kaos yang masih waria itu pegang, membuat pikirannya traveling dengan tidak layak.
“Wah ... habis ngapain kalian?!” pekiknya, yang terkejut dengan hasil fantasinya pemikirannya sendiri.
Alya menyadari bajunya yang sobek, sontak membuatnya segera menutupi dadanya dan mendelik kaget ketika merasa dituduh sesuatu yang tidak benar.
“Habis ngapain, Pak? Kita gak ngapa-ngapain?!” ujar Alya dengan tegas, menepis segala pemikiran miring tentang mereka.
“Ah, bohong kalian! Di tengah malam begini, kalian ngapain di tengah hutan dengan baju sobek?”
Alya semakin tidak menduga, kalau kejadiannya akan menjadi seperti ini.
“Bener, kita gak ngapa-ngapain kok, Pak Lurah!” ucap Rian, yang mengetahui kalau yang menuduhnya itu adalah Lurah di kampung ini.
Alya mendelik, karena ternyata ia sedang berhadapan dengan Lurah di kampung ini. Ia sudah membuat Pak Lurah kehilangan rasa respect padanya.
“Kamu jangan bohong, Rian! Walaupun kamu selalu pakai baju wanita, tapi kamu ini cowok tulen! Bukan hal yang tidak mungkin kalau kamu melakukan sesuatu sama Mbak ini! Apalagi di sini sepi dan gelap, dengan malam yang sudah larut!” bidik Pak Lurah, yang terdengar sangat masuk akal dengan tuduhannya itu.
Alya merasa kesal, saking kesalnya sampai menjadi gemas sendiri dengan mereka.
“Ya tapi kita gak ngapa-ngapain, Pak!” bentak Alya, yang merasa sudah sangat tersudutkan oleh tuduhan Pak Lurah pada mereka.
“Gak ngapa-ngapain katanya? Kenapa bajunya sampai sobek gede begitu? Memangnya kamu sedang bohong-bohongin anak kecil, apa?” tanya sinis Pak Lurah, sampai sukses membuat Alya putus asa dengan hal tersebut.
“Tapi emang bener, Pak! Kita gak ngapa-ngapain!” ujar Rian, yang berusaha untuk membela Alya.
Walaupun mereka sudah mengatakan kejujuran dengan benar, tetap saja tidak membuat Pak Lurah dan para warga yang ikut serta bersamanya, percaya begitu saja dengan ucapan dan penjelasan mereka. Mereka malah semakin yakin, dengan perbuatan buruk yang telah mereka lakukan.
“Ah, itu mah bisa-bisa kalian aja buat ngelak!” ujar salah satu warga, berusaha untuk semakin memperkeruh keadaan.
“Udah Pak Lurah, nikahin aja mereka berdua! Lagian, itu udah jadi peraturan kampung kita, untuk tidak membiarkan siapa pun pasangan bertemu di lewat dari jam 9 malam! Kita harus nikahin, biar gak jadi fitnah buat semua orang yang melihat! Biar gak ada yang ngikutin lagi, hal buruk seperti yang mereka lakukan kali ini!” sambar warga lainnya, yang memberikan aspirasi dengan sangat lantang, sontak membuat Alya mendelik tak percaya dengan apa yang ia dengar.
“HAH?! NIKAH?!!” pekik Alya terkejut, yang benar-benar tidak percaya dengan apa yang ia dengar itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Imah Mama
pergi karena ingin menghindari masalah, e kok malah dapet masalah baru😂😂😂😂
2023-02-04
1
Mom Dian
Tertipu pandangan mata berakhir hijab khobul
Aduh Al....masak gak tahu gesture tubuhnya🤭😀 dah nikah gak papa deh apa boleh buat telanjur basah
2022-12-31
0
𝖘𝖙𝖗𝖔𝖇𝖊𝖗𝖞banana🍓🍌
ternyata laki to..klo laki knp ga dr awal ngelawan preman itu,bukanngya mlh diem2 bae...😒
gini nih klo bicara ma Lurah yg kurang jauh mainnya... ga tahu mn yg bener dan enggak.. 🙄🙄
2022-12-25
1