“Shit! Kenapa Dion malah gak ngelakuin apa-apa sih tadi? Dia malah nyuruh gue bersikap professional, saat gue dilecehin begini!” bentaknya, yang mulai kehilangan kendali atas emosinya.
DUAR!
Petir menyambar dengan kencangnya, sehingga membuat dahan pohon tumbang di hadapan mobil Alya. Dengan keadaan setengah sadar, ia memandang dahan pohon yang jatuh di hadapannya itu, kemudian setelah menyadarinya ia segera mendelik dan menginjak pedal remnya dengan sekuat tenaganya.
“Ah!!” teriaknya, yang baru saja menyadari tentang dahan pohon yang ada di hadapannya itu.
Ketika ia menginjak pedal rem dengan sekuat tenaga, ternyata yang terjadi adalah slip ban, sehingga walaupun ia menginjak pedal rem dengan sangat kuat, ia masih tetap menabrak dahan pohon yang tumbang itu.
Alya menabrak dahan tumbang itu dengan cukup kuat, sehingga dahan tersebut tersangkut di bawah mobilnya. Ia mendelik kaget, sembari menahan kepalanya yang juga ikut terbentur akibat menabrak dahan pohon yang tumbang tadi.
“Aww ....” Kepalanya terasa sangat sakit, karena benturan yang mengenai keningnya tersebut.
Alya berusaha untuk mengatur napasnya yang sudah memburu, dan memandang ke arah kaca spion untuk memeriksa keadaan dahinya itu.
“Aduh, jidat gue gak apa-apa, ‘kan? Nanti gue gak bisa syuting lagi!” gumam Alya, sembari berusaha memeriksa keningnya melalui kaca spion yang ada di hadapannya.
Perlahan, ia menyadari bahwa ia tidak harus bersikap seperti itu. Ia terpaku sejenak, karena dirinya yang ternyata masih memikirkan tanggung jawabnya tentang syuting yang harus dijalani satu bulan ke depan.
“Ngapain gue mikir begitu, ya? Gue gak harus mikir gitu! Gue ‘kan emang udah niat buat mangkir!” gumamnya yang merasa sangat terbebani dengan tanggung jawabnya itu.
Di hati Alya yang lainnya, ia berpikir untuk tidak memedulikan semua tanggung jawabnya, yang hanya membuat Dion senang. Ia merasa bahwa dirinya pantas melakukan hal ini, agar Dion menjadi jera, dan lebih mementingkan dirinya daripada job yang harus ia jalani.
“Lebih baik begini! Biar dia ngerti, apa yang harus dia lakukan!” gumamnya yang sudah sangat membenci keadaan ini.
BRAK!!
Alya kembali mendelik, ketika ia merasa ada sesuatu yang menabrak mobilnya dari arah belakangnya. Ia kembali melihat ke arah spion, untuk memastikan keadaan yang ada di belakang mobilnya.
“Apaan, tuh?!” gumamnya yang penasaran, dan langsung memandang ke arah spion mobilnya.
Karena tidak terlalu jelas, Alya segera menoleh ke arah kursi belakang, untuk memeriksa keadaan yang ada.
Di sana, terlihat beberapa orang preman, yang sedang menghardik seorang wanita. Mereka menabrakkan wanita itu pada mobil Alya, sehingga membuat Alya mendelik kaget saat mengetahuinya.
“Wah, kurang ajar! Mereka nge-bully cewek di tengah malem begini! Gak bisa dibiarin, nih!” gumamnya yang bertekad untuk menolong wanita yang sedang dihardik itu.
Karena dirinya yang selalu dihardik oleh lawan mainnya, dan tidak bisa melakukan apa pun setelahnya, ia merasa kali ini ia harus menolong wanita itu. Ia harus membuat para lelaki itu jera, karena sudah membuat wanita seperti dirinya terhardik.
Alya memeriksa kursi belakangnya, dan melihat ada sebuah stik baseball yang memang selalu ia bawa ke mana pun mobil itu pergi. Hal itu untuk berjaga-jaga, agar dirinya bisa menjaga diri dari mereka yang hendak bersikap tidak baik padanya.
Tentu saja itu juga ia gunakan untuk Dion, jika Dion sampai macam-macam padanya, ia tidak akan segan-segan untuk memukul Dion menggunakan stik baseball yang ia sembunyikan itu.
Alya keluar dengan gagahnya. Walaupun hujan tengah turun dengan derasnya, ia sama sekali tidak takut, demi menolong wanita yang sedang dilecehkan oleh para brandalan itu.
Sementara itu, para berandalan itu menyudutkan tubuh wanita itu ke mobil Alya, sehingga wanita itu tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
“Eh, serahin semua duit lo!” bentak kepala preman itu, membuat tubuh sang wanita menggigil karena ketakutan.
“Saya gak punya uang, Bang!” tolak wanita itu dengan nada yang sangat ketakutan, membuat mereka sangat tidak peduli dengan apa yang ia katakan.
Yang mereka inginkan, hanyalah wanita itu yang menyerahkan semua uang yang ia miliki, untuk keperluan mereka dalam berjudi dan mabuk seperti biasanya.
Itulah manusia. Jika tidak ada yang bisa dipakai untuk berjudi dan mabuk, mereka akan melakukan segala cara demi bisa melakukan kebiasaan buruk mereka, yang sudah mendarahdaging pada diri mereka.
“Gak usah bohong lo! Cepetan kasih, atau enggak gue habisin lo!” ancamnya, sontak membuat wanita itu ketakutan.
Alya datang dengan sangat berani, memukul pundak preman yang sedang menyudutkan wanita malang itu, dengan menggunakan stik baseball miliknya. Hal itu sontak membuat mereka terkejut, dan kepala preman itu menjadi sangat kesakitan karena pukulan dari Alya.
“Aduh! Siapa ini yang mukul gue?!” pekiknya, yang langsung membalikkan tubuhnya ke arah belakangnya.
Terlihat Alya yang dengan gagah berani, memandang sinis dan tegas ke arah mereka. Hal itu membuat mereka mendelik kaget, karena melihat seorang wanita yang sangat berani menghadapi mereka.
“Eh, lo jangan beraninya sama cewek, ya! Hadapin gue kalau berani!” tantang Alya, yang benar-benar tidak ada takutnya sama sekali dengan mereka.
Di tengah hujan yang sudah mulai rintik dan tidak deras lagi, Alya muncul sebagai sosok pahlawan bagi wanita itu.
“Apaan, tuh? Lo nantang kita, cewek tengik!” bentak sang kepala preman, membuat Alya mendelik kesal karena sudah dipanggil cewek tengik olehnya.
Secara tidak langsung, itu adalah tindakan pelecehan secara verbal. Alya sama sekali tidak menyukai hal itu.
“Sialan lo, botak! Jangan ngatain gue yang gak sesuai kenyataan!” bentak Alya, yang mulai melakukan body shamming kepada sang berandal itu.
Mendengar Alya yang mengatakan dirinya botak, sontak kepala brandal itu pun terpacu untuk berbuat yang tidak-tidak kepada Alya.
“Cewek tengik, beraninya ngatain gue botak!” bentaknya, yang tak terima dikatakan seperti itu oleh Alya.
Alya memandangnya dengan sinis, “Emang lo botak! Kenapa lo marah, hah? Justru lo harusnya marah, kalo gue panggil lo gondrong!” bentaknya balik, membuat semua anak buahnya menahan tawanya ketika mendengar Alya mengatakan hal yang benar itu.
Tak terima dengan perkataan Alya, si botak pun langsung menyerang Alya dengan cara mencekik leher Alya menggunakan kedua tangannya. Hal itu membuat wanita itu terkejut, karena orang yang sudah menolongnya sedang dihardik saat ini oleh orang yang menghardiknya tadi.
“Jangan macem-macem lo, cewek tengik! Emangnya, gue peduli kalau lo mati di sini, hah?!” pekiknya kesal, yang berusaha untuk mencekik Alya dengan lebih kencang lagi.
Alya merasa hampir saja kehabisan napas, karena tangan si botak yang sangat keras mencengkeram lehernya. Napasnya sangat berat, sampai tidak bisa merasakannya dengan benar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Imah Mama
keren si Alya jdi jagoan 👍
2023-02-04
0
Rika Khoiriyah
woyyylahhh kapan baku hantamnya kalo adu bacot terosssss🤦🤦🤦
2023-01-22
0
Rika Khoiriyah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣botak
2023-01-22
0