Sementara itu, Alya membawa mobil tersebut ke arah yang tidak ia ketahui. Ia hanya bertekad untuk tidak akan kembali untuk sementara waktu, sampai Dion benar-benar memintanya untuk kembali dan membuktikan, kalau Alya sangatlah penting dan berarti baginya.
Alya mengeluarkan handphone-nya dari dalam tasnya, dan meletakkannya di kursi samping kemudi. Ia berharap, Dion akan menghubunginya dan ia tidak perlu pergi dari sana dan langsung mengurungkan niatnya untuk menghindari Dion.
“Telepon gue, kek! Tunjukkin, kalau gue itu penting buat lo!” gumam Alya, sembari tetap menyetir kendaraannya dengan sangat baik.
Walaupun Alya sedang dalam situasi dan kondisi yang tidak baik, ia sama sekali tidak ingin membuat nyawanya hilang begitu saja. Masih banyak mimpi yang harus ia kejar, dan masih banyak orang yang ia benci, yang harus ia balas atas perlakuan mereka terhadapnya waktu dulu.
DRING!
Benar saja, beberapa waktu berselang handphone Alya pun berdering, sehingga membuat Alya seketika langsung sumringah karenanya. Ia sedikit melirik ke arah handphone-nya, yang ternyata benar tertera nama Dion di layar handphone miliknya itu.
“Nah, bagus lo tau diri!” gumamnya, yang langsung memeriksa suaranya agar lancar saat berbicara pertama kali dengan Dion.
“Ekhm ....” Alya mengangkat telepon dari Dion.
“Halo, Alya! Lo di mana? Balik cepetan!” suruhnya dengan sinis, membuat Alya menyeringai senang karena Dion yang ternyata masih peduli dengannya.
“Balik cepetan! Gue bingung pulangnya gimana! Gak akan ada taksi malem-malem begini! Orang-orang juga gak akan mau kalau gue tumpangin!” bentak Dion lagi.
Alya yang tadinya sangat senang karena Dion yang menghubunginya, mendadak senyuman itu luntur, saking kesalnya karena tujuan Dion menghubunginya hanya karena ia bingung harus pulang dengan siapa malam ini.
Hal itu sangat membuat Alya kecewa untuk yang kesekian kalinya pada Dion.
“Lo gila, ya? Cewek lo pergi gak tau ke mana, bukannya ditanyain disuruh pulang karena lo khawatir, malah disuruh pulang karena lo bingung mau pulang gimana nantinya!” bentak Alya, yang membuat Dion menghela napasnya dengan kasar.
“Udah deh, Al! Jangan bikin ulah sekarang! Gue gak bisa pulang, nih!” ujar Dion, yang berusaha untuk mengalihkan pembicaraan mereka.
Seharian bekerja, membuat Dion sangat tidak fokus untuk membahas permasalahan yang terjadi pada wanita. Ia juga tidak bisa menebak-nebak, apa yang dirasakan wanita saat pikirannya tengah lelah.
Alya sangat tidak bisa menerimanya, kemudian merasa gejolak amarahnya semakin tinggi lagi dari semula. Ia benar-benar sudah membulatkan tekadnya, untuk sejenak mangkir dari dunia pertelevisian.
Terserah bagaimana nanti.
“Dengerin gue baik-baik, ya. Gue ... gak akan pernah muncul lagi di lokasi syuting! Jangan pernah lo cari gue! Gue gak akan mau balik!!” teriak Alya, yang sudah tidak bisa menahan emosinya lagi.
Ia berteriak, seakan menumpahkan seluruh kekesalan yang ada di hatinya. Ia merasa sedikit lega, ketika ia sudah mengeluarkan semua isi yang ada di dalam hatinya pada Dion.
Sambungan telepon terputus, sontak membuat Dion kelimpungan setelah mendengar ucapan dari Alya itu.
“Alya! Alya!! Jangan coba-coba, ya! Alya!!” pekik Dion yang percuma saja, karena sambungan telepon yang sudah terputus sejak Alya selesai berteriak tadi.
Dion menendang bebatuan yang ada di hadapannya secara spontan, “Sialan! Gimana bisa gue bujuk dia buat balik lagi ke lokasi syuting? Masih ada sisa 1 bulan lagi, sebelum filmnya tamat!” gumamnya dengan kesal, yang merasa dipermainkan oleh Alya saat ini.
Perjalanan yang entah ke mana tujuannya ia jalani, saking bingungnya ia harus berbuat apa. Ia tidak bisa kembali ke apartemen mereka, karena ia sudah terlalu kesal dan putus asa dengan sikap dan juga perlakuan Dion padanya itu.
Alya mengusap kepalanya dengan pelan, “Gue harus ke mana jadinya?” gumamnya, yang merasa tidak tahu harus pergi ke mana.
Alya teringat dengan kampung neneknya, yang cukup jauh dari tempatnya saat ini. Karena malam sudah terlalu larut, ia sampai ragu untuk pergi ke sana atau tidak.
“Ke sana gak, ya?” gumamnya, yang masih merasa sangat ragu.
Alya berpikir sejenak, tentang keputusannya untuk meninggalkan Dion tadi tidaklah salah. Ia merasa dirinya benar, dan harus menghindar sejenak dari Dion yang hanya bisa memanfaatkannya saja.
“Ya, gue harus ke sana!” gumamnya, yang kini membulatkan tekadnya untuk pergi ke rumah neneknya.
***
Perjalanan sudah ia tempuh selama kurang lebih 5 jam. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari, tak ada siapa pun yang melewati jalanan sepi dan terjal ini. Hujan turun dengan derasnya, membasahi jalanan perkampungan pinggir kota, yang jarang sekali dilewati orang lain.
Alya sudah berhasil menempuh jarak tersebut, hanya karena rasa sakit hatinya yang masih terasa di lubuk hatinya itu.
Alya adalah salah satu artis muda, yang baru beberapa tahun merintis di dunia hiburan tanah air. Ia sudah melewati segala macam tes dan juga audisi, untuk membuktikan bahwa ia layak untuk mendapatkan panggung di dunia hiburan ini.
Namun, perjalanannya sebagai artis baru tidak semudah yang ia bayangkan. Karena mereka selalu memandang rendah artis yang baru saja terbit, mereka yang gelap mata sering melakukan hal-hal yang tidak baik pada Alya.
Contohnya saja pada kasus kali ini, yang sampai membuat dirinya lari dari lokasi syuting, setelah ia menyelesaikan adegan yang akan ditayangkan. Lawan mainnya melakukan hal-hal yang tidak senonoh, yang bisa membuatnya tidak nyaman.
Alya menyetir mobilnya dengan kecepatan yang pelan, saking licinnya jalanan kampung tempat tinggal neneknya ini.
“Duh ... harus hati-hati, nih! Jalanannya licin banget!” gumamnya, yang masih bisa berpikir rasional, meskipun kesehatan mentalnya sedang terganggu.
Bukan hanya sekali ini saja ia dilecehkan oleh lawan mainnya. Ia juga sering mendapatkan perlakuan buruk, ketika ia tengah berada di lokasi syuting lainnya. Mereka mengejeknya, karena aktingnya yang tak terlalu bagus dari orang yang sedang meledeknya itu.
BRAK!
Alya kembali kesal, karena ia terbayang lagi setiap kejadian yang ada di lokasi syuting, sehingga ia menumpahkan amarahnya dengan cara menggebrak stir kemudi mobilnya yang sedang ia kendarai itu.
“Kenapa sih, jadi artis hebat itu gak semudah yang gue pikirin?! Kenapa mereka selalu ngelecehin gue begini? Entah megang bokong lah, megang dada lah! Gue ngerasa ternodai, dengan tindakan-tindakan mereka yang begitu! Mungkin bagi mereka itu bercanda, tapi kalau udah nyentuh fisik, itu namanya bukan bercanda!” teriak Alya, yang berusaha untuk meluapkan amarahnya di dalam mobilnya.
Hanya di dalam mobil, ia bisa meluapkan emosinya, saking tidak ada tempat untuk ia mengadu. Kekasihnya yang merupakan manajernya, sangat tidak peduli dengan apa yang terjadi padanya. Yang ia pedulikan hanya pemasukan dan job, yang harus ia atur untuk Alya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Imah Mama
bikin gregetan 👍
2023-02-04
0
Mom Dian
Kasihan stir mobilnya di kdrt 🤭
Alya kdrt orang yang sentuh ....... kalau perlu bawain tongkat bisbol
2022-12-29
0
👊🅼🅳💫
klo gampang semua org bs jadi artis ,pemesh n byk duit,Al🙄🙄🙄🙄
2022-12-17
0