Tidak butuh waktu lama menuju sebuah club yang disebutkan oleh Marsha. Klub X sangat terkenal di Bali. Ken sebenarnya tidak suka tempat ini, karena dia harus ekstra menjaga Marsha. Hanya saja gaya hidup orang kota milyuner memang seperti ini. Marsha duduk di salah satu bangku yang kosong, menikmati musik. Dia tidak minum minuman keras karena Marsha sangat peduli kesehatan. Ditambah lagi, selama pacaran dengan Juna, Marsha dilarang keras untuk minum alkohol.
"Hai Marsha Lee.. Kamu di bali?" Seorang pria bule mendekati Marsha.
Ken maju ke depan menahannya, tapi Marsha memberi kode supaya Ken mundur.
Ken mencoba mengamati pria yang duduk dengan Marsha itu. Dia tidak pernah melihat nya, tapi kalau Marsha tidak protes berarti dia kenal orang itu.
Ken tetap bersiaga dekat Marsha. Perasaannya tidak enak, apalagi pria itu membawa sebotol minuman.
"Ngapain Jas? Baru putus cinta lo?" Tanya Marsha sambil tertawa.
Pria itu hanya menghela nafas, lalu meminum vodka yang dipegang langsung dari botolnya.
Mereka berbicara dengan bahasa Inggris. Ken tampak tidak tertarik, karena mereka hanya membicarakan soal kekasih masing-masing.
Marsha menceritakan tentang Juna, dan pria itu menceritakan tentang kekasihnya yang bernama Zoe.
Di tengah percakapan itu, Ken menangkap sosok yang sejak dulu dia cari. Seorang wanita dengan rambut ikal yang menggunakan tank top hijau.
Dia menatap Marsha, dia masih asik bersama teman prianya itu.
"Nona,, saya mau ke toilet dulu. Anda jangan kemana mana." ijin Ken.
Marsha mengangguk mengerti, lalu asyik mengobrol kembali dengan Jasper.
"So, will you stay in bali?" Tanya Jasper sambil menikmati musik.
"No..Aku pulang minggu depan." jawab Marsha sambil menggeser duduknya sedikit menjauh dari Jasper.
Minuman Marsha datang. Marsha segera meminum gelas di depan nya karena dia sangat haus.
"Wah.. Ini masalah." Marsha sadar kalau minuman yang baru saja di minum nya mengandung alkohol karena terasa pait. Ini begitu aneh karena dia memesan minuman soda yang sama sekali tidak mengandung alkohol. Kenapa yang datang berbeda?
Dia harus segera mencari Ken sebelum minumannya bereaksi.
Dan tepat saat mengambil ponselnya, Marsha sudah merasakan kepalanya sakit. Dia bahkan tidak bisa melihat orang-orang di sekitarnya.
"Hey, Marsha.. Are you okay?" Jasper yang juga mulai mabuk segera menolong Marsha yang hampir jatuh dari kursi. Dia tau kalau Marsha mabuk.
"Dia begitu cantik.." Otak kotor Jasper segera berjalan. Dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Bahkan bodyguard Marsha pun tidak ada. Jasper sudah siap memapah Marsha untuk pergi dari situ. Tapi sebuah pukulan melayang tepat mengenai pipinya dengan keras. Seketika itu juga Jasper tersungkur di kursi.
Setelah cukup sadar, Jasper melihat pria yang berada di depannya. Pria itu mengambil Marsha, dan menggendongnya ala karung beras. Dan tanpa banyak berkata lagi, pria itu membawa Marsha keluar dari bar.
*
*
*
Kamar hotel itu begitu luas. Boy membaringkan Marsha di ranjang dengan hati-hati. Dia sedang pergi ke club untuk mengambil uangnya, tapi tidak sengaja dia malah melihat Marsha sedang bersama pria asing. Boy merasa ada yang tidak beres karena si Bear alias Bodyguard Marsha tidak terlihat. Di tambah Marsha juga sepertinya tidak sadarkan diri. Benar saja, pria itu ingin melakukan hal yang kurang ajar pada Marsha. Jadi Boy berinisiatif untuk mengamankan Marsha.
"Kenapa nasib gue jadi ngurusin cewe-cewe yang patah hati gini sih." Keluh Boy. Dia pernah menghadapi situasi yang sama hampir 3 taun lalu, di mana dia menolong Aeris yang baru saja putus dari Reno. (Kisah mereka di tulis di novel Happy Ending? Silahkan di baca..hehe). Sekarang giliran dia menolong Marsha.
"Keeeen.. Kenapa ini berputar? Apa ada gempa?" Marsha bangun dari ranjang dan berdiri di depan Boy.
"Astaga.. Tidur saja lah.." Boy mentoyor dahi Marsha dengan jari telunjuknya, sehingga Marsha kembali jatuh di ranjang.
Boy memandang jam tangannya. Ini sudah jam 12 malam. Dia harus pergi ke helipad saat ini juga. Tidak ada waktu lagi untuk mengurus Marsha. Boy sudah bersiap pergi, tapi dia merasakan seseorang menepuk pundaknya.
"Ken.." Marsha sudah berada dihadapan Boy kembali. Kali ini Marsha melepaskan cardigan nya dan hanya menyisakan kaos tipis.
"Panas sekali, nyalakan AC nya." Perintah Marsha.
Boy menelan ludah nya. Cepat-cepat ia mengenyahkan pikiran yang mengatakan bahwa Marsha begitu cantik dan sexy.
"Ayo.. Kita tidur.." Boy membimbing Marsha ke ranjang dengan susah payah. Wanita itu sudah kehilangan akal karena dia terus mendekatkan diri pada Boy.
"Haduh.. kenapa jadi gini sih?" Boy berhasil meletakkan Marsha kembali ke ranjang. Dia segera menyelimuti Marsha yang tampak masih tidak sadar itu.
"Marsha.. Kenapa kita selalu bertemu dalam keadaan yang konyol?" Boy bicara sendiri.
"Junaa.. jangan pergi." igau Marsha. Marsha meraih tangan Boy, lalu menggenggamnya.
Boy merapikan rambut Marsha yang berantakan dengan satu tangannya yang masih bebas.Dia dapat melihat air mata mengalir dari sudut mata Marsha yang tertutup.
'Dimana pengawal tidak tau diri itu?' Boy berbicara dalam hati nya. Dia mengambil ponsel Marsha. Boy lalu mencoba menempelkan ponsel pada kelima jari Marsha secara bergantian, dan berhasil pada jempolnya.
Kontak Ken berada di urutan teratas nomer yang paling sering dihubungi oleh Marsha. Boy terkekeh sendiri. Cocok sekali dia memberikan julukan Marsha and the Bear, karena mereka selalu bersama kemana pun.
Ponsel Marsha berdering lebih dulu, tepat ketika Boy akan menelepon Ken.
"Wah, sepertinya dia punya indra keenam." ucap Boy kagum.
"Halo nona, anda di mana?"
Boy diam tanpa bicara apapun. Dia sengaja ingin mengerjai Ken lebih dulu supaya Ken panik.
"Nona Marsha.. kenapa diam saja? Halo.." suara Ken mulai terdengar panik.
"Ehem." Boy berdehem.
"Siapa kamu? Mana Marsha?" Ken tambah panik karena mendengar suara laki-laki.
Boy sudah tidak dapat menahan tawanya lagi. Dia benar-benar geli sendiri membayangkan Si Bear yang kebakaran jenggot.
"Hey, siapa kamu?" ulang Ken.
"Bear, Nona anda sudah aman."
"Boy Setiawan?"
"Kamu jemput dia saja sekarang. Aku akan sharelock hotel dan beritahu kamarnya." Boy mematikan telepon sepihak.
Dia tidak ingin Ken menginterogasinya. Saat ini Boy sudah kehabisan waktu. Dia hanya punya sisa waktu 30 menit lagi untuk kembali ke Jakarta.
Boy meletakan ponsel Marsha kembali pada tempatnya. Dia juga melepaskan tangan Marsha dengan perlahan. Terakhir, Boy menghapus air mata Marsha menggunakan tangannya sebelum dia pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments