Pertama mereka memutuskan untuk keliling toko untuk mengetahui harga barang umum di dunia ini. Hans memberi uangnya ke Terra untuk disatukan agar barang dan makanan yang mereka beli bisa dipakai bersama.
"Kamu tidak apa?" Terra khawatir dengan Hans setelah kejadian di Serikat Petualang.
"Aku tidak memikirkannya, lagipula selama wujudnya masih manusia mau hidup di dunia manapun, bullying akan tetap ada," jawab Hans.
Mereka berhenti di toko aksesoris untuk membeli tas ransel dengan kapasitas 30 barang seharga 80 Golz.
Hans juga membutuhkan jam tangan untuk bisa mengetahui waktu saat sedang raid Disaster, tetapi harganya rata-rata diatas 500 Golz. Semua benda yang ada di toko aksesoris tidak bisa di tawar karena semua sudah ada label harganya.
Hans hanya menghela nafas.
Sebelum mereka keluar pintu toko, sang pemilik toko memanggil Hans, “Hei nak, kau yang membawa sabit. Apa kelasmu Thief?” tanya pemilik toko.
“Iya paman, hehe,” balas Hans.
“Lebih baik kamu bekerja di Serikat Merchant atau menjadi pedagang saja, skill copy-mu sangat berguna untuk menduplikat barang Common. Kalau untuk bertarung kamu hanya akan membebani teman satu timmu saja,” saran pemilik toko.
“Baik paman, akan aku pikirkan. Terima kasih untuk masukannya” jawab Hans.
Hans dan Terra keluar dari toko aksesoris, mereka berencana untuk mencari makan dan minum untuk hari ini, juga bekal untuk besok saat raid. Mereka membeli 6 roti dan 4 air mineral dengan total 42 Golz, lalu terakhir mereka mencari penginapan.
Uang hadiah pendaftaran petualang yang mereka dapat dari Serikat Petualang hanya cukup untuk persiapan petualang sebelum menjalankan raid Disaster. Sekedar menginap, makan minum dan beli peralatan yang di butuhkan. Tapi itu pun Hans rasa sudah cukup untuk uang yang di dapat cuma-cuma.
*****
Hari sudah sore.
Setelah melihat-lihat penginapan termurah dan dekat dengan Serikat Petualang, mereka pun masuk lalu bertemu dengan pelayan penginapan.
Hans dan Terra menghampiri meja resepsionis, “Kita ingin menginap disini, apa ada kamar kosong?” tanya Hans.
“Yang kosong hanya 1 kamar dengan 3 ranjang, tuan,” jawab pelayan penginapan.
“Hmm... boleh,” ucap Hans.
“Biaya sewa 1 ranjang 20 Golz per hari,” terang pelayan penginapan.
Terra membayar untuk 2 ranjang, setelah membayar mereka pun masuk ke kamar. Hans sangat nyaman saat merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Hans merogoh saku dan melihat-lihat lagi kartu petualangnya.
Hans mulai membaca panduan yang ada dari kartu petualang miliknya.
Di dunia ini memiliki 6 barang yang di pisahkan menjadi beberapa kategori.
Common, barang umum yang bisa di dapatkan di mana saja.
(Air, tanah, batu, kayu, api dan barang umum lain)
Uncommon, barang umum yang merupakan bahan jadi dan bahan membuat senjata.
(Material monster, makanan, minuman, senjata, aksesoris)
Rare, barang langka yang kebanyakan merupakan bahan untuk membuat peralatan.
(Material monster, tanaman langka, Crystal, senjata, aksesoris)
Epic, barang yang sangat langka yang hanya bisa di dapatkan saat melawan boss area.
(Material monster, Ruby, Diamond, senjata, aksesoris)
Legendary, barang tingkat dewa yang hanya bisa di miliki saat mengalahkan boss tingkat atas.
(Material monster, Red Diamond, senjata, aksesoris)
"Sistem dunia ini mirip game MMORPG di komputer ya, Ter," ucap Hans.
"Kupikir juga begitu," balas Terra.
Hans bertanya ke Terra,
“Sisa berapa Ter uang kita?”
Terra menghitung, “Sisa 38 Golz Hans, mungkin cukup sampai besok.”
“Baiklah. Oh iya, kenapa skill pasifmu ada keterangannya sedangkan aku hanya tanda tanya saja ya?” Hans bingung.
"Mana aku tahu." balas Terra.
“Kata Mia seharusnya semua petualang terpanggil itu spesial, karena punya skill pasif. Aku penasaran dengan skill kelasku," ucap Hans.
Tidak ada skill tipe menyerang mungkin aman kalau aku gunakan disini, batin Hans sambil beranjak bangun dari ranjang.
Untuk menggunakan skill hanya butuh menyebut nama skill-nya, batin Hans.
"Copy!" (Dapat menyalin suatu objek).
Hans mencoba ke sebuah roti.
"Paste!"
"Heh, tidak ada respon apapun. Kata mereka skill-ku bisa duplikat sesuatu, ini kenapa tidak bisa,” ucap Hans.
"Hey, roti kan bukan barang Common, coba yang lain, Hans," balas Terra.
“Wind Walk!" (Kumpulan angin di bawah telapak kaki yang bisa menambah kecepatan tiga kali lipat).
“Ada angin di bawah kakiku, Ter!” Hans berseru.
“Waw hebat, Hans!” ucap Terra kagum.
Hans mencoba berlari dan …
Bruak!!
Hans menabrak dinding kayu.
Terra hanya tertawa.
“Aduh sakit, ini terlalu cepat,” ucap Hans memegang kepalanya.
Hans mencoba skill yang terakhir.
"Eagle Eye!" (Dapat melihat objek dengan jelas jangkauan 50 meter).
Setelah 3 menit menggunakan skill-nya.
“Haaaa~ Stop!” Hans bernafas dengan cepat bercampur kaget.
“Kenapa Hans?” tanya Terra.
“Gapapa Ter, aku cuma belum terbiasa,” balas Hans dengan muka memerah.
Hans kembali berbaring di atas ranjang, ia mulai membayangkan apa yang di lihatnya tadi.
Skill ini hebat, siapa sangka bisa melihat orang yang sedang mandi di pemandian kota dengan jelas, dan juga pemilik kelas ini hanya sedikit kalau banyak bisa perang dunia, beruntunglah kalian kawan yang kelasnya sama denganku, batin Hans sambil tersenyum.
Hans masih melihat kartunya yang seraya masih bingung dengan skill pasif miliknya. Ia menekan tanda tanya tersebut namun yang terlihat hanya tulisan "Skill Tak Terbatas" tetapi tidak terdapat apa-apa di dalamnya.
Tok tok tok!
Ada seseorang yang mengetuk pintu lalu Terra membukanya.
Seketika ada perempuan membawa busur masuk ke dalam kamar.
“Halo, permisi. Aku menyewa 1 ranjang di sini,” ucap perempuan pirang tersebut.
“Ya, silakan,” jawab Terra.
“Hai, aku petualang Karen Rubiena. Kelasku Archer level 15, kalian boleh panggil aku Ren. Salam kenal,” ucap Ren memperkenalkan diri memberikan tangannya ke Terra.
“Iya salam kenal juga, aku Terra dan dia yang lagi sibuk dengan kartunya Hans. Kami juga petualang tapi kami baru level satu.” ucap Terra.
“Oh baru mendaftar ya, boleh aku lihat kartumu?” Ren melihat kartu Terra.
“Apa! Petualang terpanggil?” Ren terkejut.
“Akhirnya aku ada teman dari duniaku! Ye... ye... ye...” Ren lompat-lompat kesenangan.
Hans melihat ke arah Ren lalu bertanya padanya, “Sejak kapan kamu terpanggil? Apa yang terjadi denganmu di dunia nyata?”
“Aku terpanggil 2 minggu lalu setelah operasi di rumah sakit, saat sadar aku sudah ada di dunia ini,” ucap Ren.
“Oh jadi begitu, aku turut prihatin,” ucap Hans.
Mereka pun berbicara sampai larut malam, berbagi informasi dunia ini dan berbicara tentang kehidupan mereka di dunia nyata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments