Kota Bigbeam

Hari sudah pagi.

Hans terbangun lalu berdiam sejenak mengumpulkan kesadarannya.

Seketika ia merasakan sesuatu yang aneh. Ada pergerakan pelan di sampingnya, seingatnya ia hanya tidur sendirian. Dan betapa kagetnya saat ia menoleh, Hans mendapati Terra yang tertidur di lengan kanannya.

Refleks dari kaget Hans membuat Terra terbangun.

Terra membuka mata.

“A--aa!” teriak Terra.

Sontak, paman pun masuk ke kamar setelah mendengar jeritan Terra.

“Ada apa?” tanya paman panik.

“Tidak ada apa-apa paman hehe,” jawab Hans, karena sebenarnya ia pun bingung apa yang sedang terjadi saat ini.

“Kamu ngapain tidur di ranjangku?!” kesal Terra.

“Coba lihat, siapa yang ranjangnya dekat jendela?” tantang Hans menunjuk ke ranjang yang satunya.

“Kok bisa ya?” Terra bingung.

“Nikmatilah masa muda kalian, saya tunggu di depan rumah,” ucap paman berlalu meninggalkan kamar.

Dia yang salah dia yang galak, batin Hans.

Tanpa mau pikir panjang, Terra langsung bangun dari kasur dan mengambil handuk. Berjalan keluar kamar.

.....

Saat mereka sudah siap untuk pergi, mereka menemui Paman Wil di halaman rumah. Paman Wil bersama seorang pria berkacamata yang berdiri di samping kereta kuda sedang berbincang dengan Paman Wil.

Pria tersebut berjalan menghampiri Hans dan Terra untuk menyapa.

“Hai! aku Darwis Paman Wil meminta aku mengantar kalian ke kota. Salam kenal ya.” Darwis mengulurkan tangannya.

Hans menjabat tangannya, “Iya salam kenal juga, aku Hans Wijaya dan ini temanku Terra Maharani. Terima kasih sudah memberikan kami tumpangan sampai ke kota.”

“Tidak apa, lagi pula aku setiap hari pergi ke kota untuk beli keperluan ladang dan kebutuhan lainnya,” balas Darwis.

Setelah semuanya siap, mereka pun berpamitan pada paman. Tak lupa menitipkan salam juga pada Bibi Liz yang sedang ke peternakan.

Ditengah perjalanan Darwis membuka percakapan.

“Oh iya Paman William bilang, kalian berdua orang yang terpanggil, tapi info kemarin yang aku dengar dari kota ada tiga orang yang berhasil terpanggil,” ucap Darwis.

“Tiga? Di mana satunya sekarang?” tanya Hans penasaran.

“Aku tidak tahu, sekarang di dunia ini cuma ada empat kota yang terdiri dari tiga kota kecil dan satu kota kerajaan.  Kota Malvis tempat tinggal kerajaan yang banyak petualang di dalamnya, dan kota kecil yang kita tuju bernama Bigbeam. Di Kota Bigbeam ada markas para petualang juga, maka dari itu banyak petualang yang beristirahat dan mengambil misi juga disana,” jelasnya.

“Kalau begitu terima kasih atas infonya, Darwis,” ucap Hans.

Mereka menikmati perjalanan dengan melihat pemandangan sekitar.

.....

Selang beberapa waktu, mereka pun sampai di Kota Bigbeam dan Darwis menurunkan mereka di depan bangunan petualang bernama Serikat Petualang.

Saat Hans dan Terra masuk, suara dan suasana sangat ramai yang berasal dari para petualang. Banyak petualang yang sedang asik berbincang, tertawa maupun makan bersama. Hans mengedarkan pandangan ke semua penjuru, siapa tahu ada orang yang bersedia membimbing mereka untuk melakukan hal selanjutnya. Sampai akhirnya setelah cukup melihat-lihat, tanpa sengaja Hans melihat papan bertuliskan pendaftaran, dengan wanita berparas cantik berambut pirang yang memakai baju pelayan dengan tanda pengenal bernama Mia.

Hans segera menghampiri, “Halo, bagaimana cara agar kita bisa mendaftar jadi petualang?”

“Silahkan tuan, ikut saya,” ajak Mia.

Tuan? Hans tertawa kecil dalam hati.

Hans dan Terra diajak ke arah kristal putih cerah untuk identifikasi data diri. Mereka disuruh memegang kristal dengan kedua tangan untuk beberapa saat.

Sampai akhirnya tak butuh waktu lama keluarlah semacam kartu petualang dengan nama, foto wajah, dan juga titel.

Saat Hans melihat hasil kartunya, ia takjub karena warna kulit sawo matang dan rambutnya yang sangat mirip.

Hebat sekali kristal ini, batin Hans.

Mia sontak terkejut saat melihat kartu mereka yang mempunyai titel petualang terpanggil.

“Perhatian teman-teman! kita kedatangan petualang terpanggil disini!” seru Mia meminta perhatian.

“Ooohhh yeeeaaahh!!!”

“Selamat datang di dunia ini kawan!”

“Hore! Bantuan dari dunia lain bertambah lagi!”

“Aku padamu!”

“Setelah cap ibu jari pasti kelasnya Warrior yang kastanya paling tinggi!”

“Selamat, tuan dan nona telah terdaftar sebagai terpanggil ke 243 dan 244,” ujar Mia.

Hans yang penasaran lalu bertanya. “Apa kemarin atau pagi ini ada yang terdaftar sebagai petualang terpanggil juga?”

“Ada tuan, kemarin di Kota Highway. Namanya Ryo Wiedan dengan kelas Knight,” jawab Mia.

“Itu Ryo, Ter. Apa habis ini kita langsung kesana?” tanya Hans pada Terra.

“Tidak mungkin tuan, para petualang setiap harinya menjalankan misi disaster keliling dunia, kesempatannya kecil untuk bertemu,” ucap Mia memotong pembicaraan Hans.

“Begitu ya, baiklah,” ucap Hans.

Aku senang mendengarnya, kalau ada waktu mungkin kita akan bertemu yo, batin Hans.

“Nona, bisa letakan ibu jarimu di kartu itu,” pinta Mia pada Terra.

“Kita akan melanjutkan pendaftarannya,” lanjutnya.

Terra meletakkan jarinya sesuai perintah, kemudian keluarlah daftar kelas dan kemampuannya.

PETUALANG TERPANGGIL

NAMA : TERRA MAHARANI

LEVEL : 1

KELAS : PRIEST

SKILL  : HEAL, LEX AETERNA, CLEARANCE

SKILL PASIF : KEKUATAN SERANGAN MENJADI 2X LEBIH SAKIT JIKA MELAWAN TIPE UNDEAD

SENJATA : MACE

“Ooohhhh yeeeeeeaaahh!”

“Hebat nona!”

“Itu termasuk lima kelas tertinggi dari kelas petarung!”

“Gabung lah ke tim kami!”

“Sembuhkan aku nona!”

Terra terlihat malu setelah mendengar teriakan kata mereka.

“Nah, sekarang giliran tuan,” ujar Mia.

PETUALANG TERPANGGIL

NAMA : HANS WIJAYA

LEVEL : 1

KELAS : THIEF

SKILL  : COPY, WIND WALK, EAGLE EYE

SKILL PASIF : ?

SENJATA : BEBAS

Hening. Semua terdiam.

“Ya... dia payah. Lebih baik dia jadi pembawa barang dan pemberi informasi petualang saja.”

“Petualang yang dapat kelas seperti itu lebih menguntungkan untuk berdagang, hahaha!”

“Pertama kali aku lihat petualang terpanggil dapat kelas terendah di kelas petarung.”

“Berdagang lebih baik daripada mati saat raid, kawan.”

“Pppffhh...” Mia menahan tawanya.

Masa sih ini kelas lemah? batin Hans. ia heran sambil melihat kartunya.

“Ini pakaian kalian sesuai kelas dan uang 100 golz untuk persiapan awal. Dan tuan, karena kelasmu bisa pakai semua senjata, tuan bisa pilih senjata apapun,” lanjut Mia sambil menunjukan ruang peralatan senjata.

Hans melihat dari kiri ke kanan, karena ia tidak tahu mana senjata awal dengan serangan tinggi. Setelah terdiam cukup lama akhirnya pilihannya jatuh pada senjata yang terlihat keren saja.

“Aku pilih ini,” ucap Hans menunjuk.

“Apa apaan dia? Kenapa dia pilih sabit, apa dia mau bunuh diri?”

“Dia memilih itu paling hanya untuk menakuti musuhnya saja.”

“Ini tuan, hehe,” ucap Mia sambil tertawa kecil.

“Tuan dan nona mulai hari ini kalian sudah bisa ambil misi disaster dari papan yang disebelah sana, saya sarankan untuk mengambil misi kelas rendah terlebih dahulu,” lanjut Mia menunjuk papan misi.

“Mungkin kita berdua akan memulainya dari besok, sekarang kita ingin berkeliling di kota ini terlebih dahulu. Terimakasih Mia untuk bantuannya,” pamit Hans pada Mia lalu keluar dari pintu.

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

Terra Maharani.. kelas Priest.

2022-12-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!